BAB 18 [Belum Pergi] END

213 28 18
                                    

Kevin kembali terbang menuju Indonesia dengan membawa Marko, Haidar, Jerome, Noah, Juan, Celvin serta jasad Gema dan Rafli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kevin kembali terbang menuju Indonesia dengan membawa Marko, Haidar, Jerome, Noah, Juan, Celvin serta jasad Gema dan Rafli. Sebenarnya mereka harus diselidiki lebih lanjut oleh pihak kepolisian, namun ketika Marko bercerita tentang kejadian di Black Forest, para polisi justru gelagapan. Mereka secara sepihak menutup kasus ini dan bahkan membantu Marko untuk segera pulang ke Indonesia membawa serta mayat Gema dan Rafli.

Pihak kepolisian sana tampak enggan dengan masalah ini. Menyelidikinya, berarti mereka harus masuk ke hutan terlaknat itu. Itulah kenapa kasus Marko langsung ditutup saat itu juga.

Di  pesawat, Marko hanya diam sambil terus meneteskan air mata. Dengan pesawat ini mereka dulu pergi berdelapan, kini dengan pesawat yang sama pula mereka berdelapan pulang. Namun dengan situasi dan kondisi yang berbeda.

Kevin senantiasa menemani perjalanan Marko dan yang lainnya. Dia juga yang menghubungi dinas sosial untuk meminta tolong mengurus jasad Rafli dan Gema. Akhirnya kakak beradik itupun dimakamkan di pemakaman umum.

Kevin juga mengantarkan mereka berlima pulang ke rumah masing-masing. Marko merasa tingkah kelima temannya terlihat begitu aneh. Jerome, Noah, Juan, Celvin, dan Haidar, terlihat seperti orang linglung dan tidak bisa diajak bicara. Omongan mereka melantur, dan terkesan tidak nyambung. Bahkan setelah mereka diberitahu bahwa Rafli sudah tiada, mereka tidak merespon apapun. Tapi Marko dan Kevin memaklumi itu semua. Dia rasa itu semua hanya karena trauma sesaat.

Pemberhentian terakhir adalah rumah Marko, setelah mengantar lima temannya yang lain. Marko hanya ingin memastikan semua temannya sampai di rumah dengan selamat. Tapi betapa terkejutnya lelaki bermata elang itu kala sampai di rumahnya dan melihat kondisi rumahnya. Ada banyak orang di sana, bendera hitam pun terkibar di pagar rumahnya. Jantung Marko berdebar kencang, ujung jarinya terasa dingin.

Marko segera berlari ke dalam rumah. Melihat kedatangannya yang begitu tiba-tiba dan dengan penampilan yang amburadul serta acak-acakan, tante Marko pun segera menghampirinya.

"Marko kamu kemana aja? Dihubungin gak bisa, Kamu dari mana aja, Marko?" Tanya si tante dengan nada lumayan tinggi terkesan khawatir.

Marko tidak menjawab. Ia hanya terpaku melihat jasad dua orang yang teramat ia cintai; ayah dan ibunya yang sudah terbujur kaku di dalam peti dan mengeluarkan bau formalin. Tubuh lelaki itu terpaku seketika, ingin menangis dan berteriak tapi dia pun sudah tidak ada tenaga lagi. Mengerti dengan keterkejutan sang keponakan, tante Marko berusaha memberitahu dengan pelan-pelan.

"Mama papa kamu udah dibunuh, nak. Dua hari yang lalu mereka tewas. Baru tadi pagi ditemuin dan langsung di otopsi sama pihak berwajib. Hasil otopsinya juga janggal, badan mereka utuh tanpa luka sedikitpun. Tapi jantung mereka justru udah ditikam berkali-kali" jelas tante Marko sambil menahan tangis.

Mendengar hal itu, Marko langsung mengingat kejadian 2 hari yang lalu saat ia masih di hutan kelam dan di dalam villa. Saat itu ia hendak disantet oleh Violet, tapi tiba-tiba sihirnya lepas begitu saja bahkan Marko tidak merasakan apapun.

(✔)IBLIS [Nct Dream ft Guanlin] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang