Bab 2- Di Kota

55 2 0
                                    

Gallantra dan Kimi terlihat ziarah di makam orang tua mereka, setelah menaburkan bunga dan menyiramkan air, mereka pun terlihat berdoa untuk orang tua mereka.

" Pak, Buk, Galla dan Kimi pamit yah, kami akan melanjutkan pendidikan kami di kota, semoga impian kami bisa tercapai di sana, sebagaimana yang bapak dan ibu inginkan dulu. "

" Kami janji, kami akan tetap pulang jika liburan sekolah. " sambung Kimi.

Setelah mencium batu nisan kedua orang tuanya, mereka berdua lalu pergi meninggalkan makam. Di rumah, paman dan bibinya telah menunggu dengan membawakan beberapa cemilan serta kebutuhan pokok lainnya. Galla dan Kimi merasa tidak enak melihat kebaikan paman dan bibinya.

" Paman, bibi, kok repot-repot sih siapkan kami semua ini." kata Gallantra

" Yo ndak apa-apa, Galla, lagi pula kalian kan ngontrak disana dan harga apa-apa di kota itu mahal, jadi paman dan bibi udah sediain beras, dan bahan makanan lainnya. Tapi maaf yah, paman dan bibi ndak bisa bantu banyak. " kata bibinya

" Ini udah lebih dari cukup kok, Bik, justru kami merasa tidak enak karna ngerepotin bibi sama paman terus. " imbuh Kimi

" Kalian ngomong apa sih, kalian ini keponakan kami, jadi sudah sewajarnya paman dan bibi bantu kalian, oh ya Galla, ini ada sedikit tambahan rejeki untuk kalian, semoga bermanfaat yah. " ujar pamannya sambil memberikan amplop putih kepada Gallantra.

Gallantra pun dengan halus menolak pemberian pamannya itu, dia merasa tidak enak karna selalu di bantu oleh mereka. Namun paman dan bibinya memaksa Gallantra untuk menerima amplop tersebut, sebab mereka tahu kalau hidup di kota tidaklah muda. Karna terus-terusan di paksa akhirnya Gallantra pun menerimanya. Kemudian mereka berdua di antar oleh paman dan bibinya ke halte bus. Ketika bus akan berangkat, Gallantra dan Kimi memeluk paman dan bibinya sebagai tanda perpisahan, kemudian bus pun berangkat paman dan bibinya hanya bisa melambaikan tangan mereka sampai bus menghilang di tikungan jalan.

Kimi menyandarkan kepalanya di bahu kakaknya, Gallantra pun merangkul adiknya dan melihat ke jendela. Bayang-bayang orang tuanya menari-nari di pikirannya.

Ketika bus telah masuk di wilayah perkotaan, Gallantra pun melihat gedung-gedung tinggi pencakar langit yang seolah akan runtuh ke bawah. Galla sedikit berkidik karna merasa sedikit khawatir dengan lingkungan perkotaan.

" Bisa gak ya aku bertahan di kota besar seperti ini? " batin Gallantra

Saat akan memasuki terminal, tiba-tiba saja bus berguncang kencang yang membuat para penumpang terkejut. Gallantra langsung menahan kepala Kimi yang hampir terjedot dengan jendela bus.

" Ini ada apa sih, Kak? " tanya Kimi

" Kakak juga tidak tahu, biar kakak cek keluar dulu. " jawab Gallantra

Lalu Gallantra turun dari bus dan mengecek apa yang sebenarnya terjadi, terlihat supir bus sedang berdebat dengan seorang gadis cantik yang mobilnya telah lecet.

" Ini, Mbak nya kalau gak asal nyerobot tadi, pasti saya gak bakalan nabrak, itu juga saya bawa banyak penumpang, kalau mereka kenapa-napa emang mbak mau tanggung jawab? "kata sang supir

" Aduh, ya udah-udah, nih biaya ganti rugi, sekarang gak usah ribut, gue buru-buru, udah sana! " kata gadis tersebut sambil melempar uang ganti rugi kepada supir bus itu, dia pun memasang kaca matanya dan langsung pergi.

Gallantra kemudian mendatangi sang supir.

" Bapak gak apa-apa? " tanya Gallantra

" Gak apa-apa, Mas, udah biasa mah kalau orang kaya emang sering kayak gitu. Ya udah ayo, Mas. "

Gallantra  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang