Bab 13 - Jebakan

14 2 1
                                    

" Marcell" ucap Maxwell, Kevin pun menepuk pundak Maxwell.

" Well, bukan, gak mungkin kakak lu setia itu." bisik Kevin.

" Maaf, saya tadi tidak dengar ada yang mengetuk pintu karna saya di belakang, kalian temannya Sandy ya?" tanya lelaki itu dengan wajah ramah.

Maxwell dan Kevin pun saling pandang. Lelaki itu pun mengajak mereka masuk dan menyuruh istrinya membuatkan es teh karna cuaca memang sangat terik. Maxwell dan Kevin memperhatikan dinding rumah yang polos tanpa foto dan hanya ada kayu salib yang bergantung.

" Bapak ini orang tuanya Sandy yah?" tanya Maxwell.

" Oh tidak, saya ini pamannya. Orang tua Sandy sudah lama meninggal, dia tinggal disini bersama ibu saya, kami cuma datang berkunjung saja. Tapi sepertinya Sandy masih ada kegiatan di kampus, kalian sudah buat janji dengannya?" tanya laki-laki itu.

Lagi-lagi Maxwell dan Kevin saling pandang.

" Oh tidak, Om, kami datang kesini mendadak, karna ada sesuatu hal penting yang ingin kami tanyakan." jawab Kevin.

Teh dingin pun datang, lelaki itu mempersilahkan Maxwell dan Kevin untuk minum, lalu dia memperkenalkan namanya.

" Nama saya Bastian, kalau kalian."

" Saya Maxwell, Om, dan ini teman saya Kevin."

" Oh ya, sepertinya Sandy agak telat pulang, coba kalian hubungi dulu dia."

Maxwell dan Kevin merasa bingung, karna keduanya tidak memiliki nomor Sandy. Akhirnya Maxwell memberanikan diri untuk bertanya langsung pada om Bastian mengenai asal usul Sandy. Om Bastian pun menjawab dengan santai apa yang dia ketahui tentang Sandy, mulai dari nama orang tua Sandy, lahirnya dimana sampai penyebab orang tua Sandy meninggal. Maxwell dan Kevin yang mendengar penjelasan itu menjadi ragu kalau Sandy adalah Marcell, sebab penjelasan Om Bastian sangat detail seperti tidak ada yang disembunyikan, keduanya pun pamit karna tidak mendapat petunjuk apa-apa.

" Heh, ternyata kita salah orang." kata Maxwell yang langsung masuk ke dalam mobil.

" Gak apa-apa, Well, kita bisa coba lagi nanti." jawab Kevin.

Keduanya pun meninggalkan halaman rumah Sandy. Namun saat mereka pergi, Sandy malah pulang dan langsung masuk ke dalam rumah.

" Eh, Sandy, tadi ada yang nyariin kamu, baru aja mereka pergi." kata Om Bastian.

" Siapa, Om? perasaan aku gak ada janji sama siapapun hari ini." jawab Sandy terlihat bingung.

" Nama mereka Maxwell dan Kevin."

Sandy terlihat berpikir sejenak mencoba mengingat siapa mereka, namun di memori otaknya sama sekali tidak ada tentang mereka.

" Aku gak tahu, Om, aku sama sekali gak kenal mereka, tapi kok mereka bisa kenal aku yah? Atau mungkin akau yang lupa?"

" Aduh, Om, juga jadi bingung, tapi mereka memang sedikit aneh."

" Maksud Om?"

" Jadi, mereka itu nanyain banyak tentang kamu, mulai dari dimana kamu dilahirkan dan nama orang tuamu."

" Terus om kasih tahu mereka?"

" Om gak nyebutin nama orang tuamu, karna kan itu sudah privasimu dari dulu, om cuma kasih tahu mereka kalau orang tuamu sudah meninggal dan beberapa informasi yang umum saja."

" Oh, syukurlah kalau gitu, tapi memang aneh sih kalau ada orang yang nanya seperti itu, takutnya mereka berniat jahat. Ya udah, aku ke kamar dulu, Om."

Sandy pun masuk ke kamarnya dan membuka laptopnya, dia kembali berkutat pada pembelajaran onlinenya.
***
Kimi dan Ara terlihat sedang belajar di perpustakaan umum, nampak mereka sedang serius mempelajari beberapa buku untuk mengejar ketertinggalan mereka sebab sering izin karna diundang ke beberapa acara variety show, sebentar lagi mereka juga akan ulangan kenaikan kelas. Mereka tidak ingin jika nilai ulangan mereka turun, apalagi Kimi yang selalu dituntut untuk mempertahankan nilai agar beasiswanya tetap aman. Beberapa kali Ara menanyakan soal-soal yang sulit dia mengerti, Kimi pun dengan sabar mengajari sahabatnya itu sampai dia mengerti. Tak beberapa lama kemudian terdengar suara adzan maghrib berkumandang.

Gallantra  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang