0

543 47 13
                                    

Matahari tak terlalu terik suasana begitu tenang dengan angin sepoi-sepoi, dia masih duduk di taman Fakultas Pertanian, berada pada Program Study Agroteknologi

—Membuat dia jadi bisa menikmati taman yang lebih besar dari fakultas lain.

Keadaan tak terlalu ramai hanya ada beberapa mahasiswa saja termasuk Sasya. Dia tidak sedang mengerjakan tugas, dia hanya duduk sambil bermain sosmed dihandphone miliknya.

Dia hentikan tangan yang menjelajahi sosial media, ada yang menarik dari postingan instagram milik kampusnya.

"Campaign pengabdian masyarakat?" Monolognya, dahinya semakin mengkerut saat dia membaca benefit yang akan didapatkan.

"Bebas skripsi.. "

"Hah? Bebas skripsi??" Katanya mengulang.

Sudah hampir tiga bulan ini Sasya merasa sudah tidak ada semangat untuk kuliah. Padahal harusnya dia sudah memikirkan bagaimana nanti tugas akhirnya. Bukannya berpikir untuk lebih giat belajar, dia malah berpikir untuk cuti kuliah.

"Bebas skripsi.." Lagi dia ulang kalimat itu, kemudian senyumnya merekah.

Tiga tahun sudah dia kuliah, rasanya semester enam adalah semester yang paling berat. Praktikum dilakukan begitu padat. Pada awalnya semua itu terasa menyenangkan lambat laun dia merasa salah ambil jurusan.

Rambut yang tergerai dia ikat rapih dengan almamater berwarna hijau, dia bergegas untuk mencari informasi tentang campaign itu.







..
.
.

Hampir saja terjatuh, dia lihat alas kakinya terputus, tak menghiraukan-dia lanjut berjalan membawa beberpa benih tanaman yang akan ditanam.

Sejauh mata memandang banyak tanaman yang mengering, lagi-lagi gagal panen. Dia ikut prihatin dengan hal yang terjadi di desanya, sebagai anak muda rasanya ingin membantu dari keterpurukan ini, tapi apa daya dia juga masih belajar cara menanam dengan baik.

Namanya Tama, dia perhatikan Ayahnya yang sedang mengecek beberapa sampel benih tanaman yang dia bawa.

Berbanding terbalik, pada Green House dengan ukuran tak terlalu besar senyummya sedikit terukir, selada, bayam tumbuh subur, mesikupun begitu hal ini tidak bisa untuk menunjang perekonomian masyarakat di desanya.

Harga selada dan bayam tidak semahal harga padi atau gandum.

Desanya jadi terpuruk akibat limbah yang diakibatkan oleh penambangan, limbah pembuangan dialirkan ke laut membuat air laut terkontaminasi sehingga ikan di laut sudah sangat sulit didapat, baru 5 tahun belakangan, masyarkat di desanya banting setir menjadi seorang petani. Pengetahuan yang minim mengakibatkan gagal panen sering terjadi.

Sambil menyiram tanaman-tanaman kecil ini, Tama berdoa semoga suatu saat desanya bisa kembali mengelola sumber daya alam yang sudah Tuhan berikan dengan baik.

Diluar sana banyak orang berkuasa yang hanya mengambil untung tanpa tau resiko nya, tanpa perduli dampak apa yang masyarakat rasakan.

Mereka tau tapi menutup mata..




































°°

Cerita bakal dilanjut setelah Wait selesai ya kawan~
See You^^

GARIS RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang