Sepekan sudah Sasya menjalankan tugas abdinya. Pagi ini udara terasa menyegarkan, dia duduk di teras rumah sambil menikmati teh hangat.
Suara keyboard yang dia tekan berhasil mengirimkan emaile laporan satu minggu penuh pada dosen nya. Sasya cukup senang semua berjalan lancar sejauh ini.
Suara dari dalam rumah membuat dia menoleh, Ibu Ratih, Pak Dawan dan tentu Tama terlihat sangat rapih.
"Kita mau Ibadah dulu ya, ga lama kok, sekitar jam 10n juga sudah selesai. Di meja makan sudah ada makanan."
Dia hanya tersenyum mengangguk, perhatian sekali pikirnya Bu Ratih ini.
Suara mesin mobil dinyalakan oleh Pak Dawan disusul oleh Bu Ratih yang segera menuju mobil. Tama yang berjalan terakhir menoleh lagi pada Sasya.
Tanpa suara gerak mulut Tama bisa Sasya baca.
Kata Tama. "Jangan kemana-mana. Nanti kamu nyasar.. "
Sasya hanya memandangnya malas, dia kembali duduk dan fokus pada laptopnya.
Satu jam berlalu, matahari mulai meninggi sinarnya sudah menyengat, dia putuskan untuk menutup laptop nya, perutnya juga sudah kelaparan.
Bu Ratih mengatakannya benar, dimeja makan sudah tersedia makanan, dia makan dengan diam, tanpa dia sadari matanya menangkap patung yang sebenarnya sudah beberapa kali dia lihat di rumah ini. Dia baru benar-benar sadar kalau keluarga ini memang sangat taat pada Tuhan dan Agama-Nya.
Dia merasa malu sendiri, ibadahnya belum setaat itu, lima waktunya terkadang dengan enteng dia tinggalkan karna kesibukan dunia.
Dia segera menggelangkan kepalanya, menelan dalam-dalam makanan yang sedang dia makan. Suara dering handphone juga berhasil mengalihkan fokusnya.
"Halo ka.. "
Dia kerutkan dahinya, suara Juan terdengar ditelinga, mengatakan kalau dia sudah ada di Desa ini.
"Ah—Ka Juan di mana?"
Dia cukup bingung kenapa Juan bisa datang sepagi ini, bukannya janjinya datang sore? Pikirnya.
"Oh—okeoke aku ke Balai Desa sekarang..."
Sasya segera membereskan piring kotor dan keluar rumah untuk pergi ke Balai Desa. Juan berada di sana.
Masih mengenakan baju tidur yang dia balut dengan cardigan dia cepol rambutnya asal. Ini benar-benar masih pagi untuk menerima kiriman pupuk. Berniat untuk mandi setelah makan, dia jadi tidak sempat mandi karna tak ingin Juan menunggu terlalu lama.
"Ka.. "
Juan tersenyum, tangannya berada pada saku jaket berjalan menuju Sasya. Udara pagi ini memang cukup dingin.
"Kok pagi-pagi banget udah sampe?" Kata Sasya
Ntah perasaan nya saja atau memang benar Juan terlihat kelabakan menjawabnya, tangan yang berada pada saku juga segera dia keluarkan untuk menggaruk rambutnya.
"Tadi sekalian anter Pak Benny—iya anter Pak Benny, dia mau nengok Nina.."
Pak Benny salah satu dosen yang menjadi pendamping juga dalam pengabdian ini, dan Nina adalah teman Sasya yang mengabdi di Desa yang tak jauh dari Desa yang Sasya tinggali.
Sasya mengangguk saja, dia pikir Juan akan datang sore, dia sudah meminta izin pada Bu Ratih agar Juan bisa menginap. Kalau datang sepagi ini, dia rasa Juan tak perlu menginap.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS RASA
Aktuelle LiteraturSatu titik rasa yang tersusun rapih saling terhubung membentuk garis lurus yang tak ada ujungnya.