Mike berulang kali berusaha menghubungi Jeanny. Sudah dua minggu ini dia sama sekali tidak bisa menghubungi gadis itu. Pesan singkat, telepon, bahkan email pun juga tidak ada balasan. Dugaan Mike adalah Jeanny memblokirnya di semua media. Pria berkaca mata itu berdecak, bertanya-tanya mengapa Jeanny sampai memblokirnya.
Apakah itu berhubungan dengan permintaannya pada gadis itu beberapa minggu silam?
Sambil memakirkan mobilnya di halaman SWS, Mike berusaha memikirkan alasan yang masuk akal. Jeanny terlihat baik-baik saja tanpa ada tanda-tanda menghindarinya. Waspada, tapi tetap mau berbicara dengan dirinya terutama karena ia kenalan ibunya.
Dia sudah berusaha pergi ke tempat kerja Jeanny tapi petugas keamanannya menolak mengizinkannya masuk. Perintah dari atasan katanya, membuat Mike semakin was-was. Dom tidak menyembunyikan ketidaksukaannya tapi dia tidak pernah terang-terangan menolak Mike.
Firasat buruk Mike menjadi-jadi.
Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Jeanny?
Satu-satunya tempat yang bisa dia datangi hanya SWS itu pun selama beberapa hari terakhir ini, dia juga ditolak oleh petugasnya jika ingin mengunjungi Margareth.
Sesuatu sedang tidak beres. Mike tahu itu, tapi dirinya yang serba dibatasi tidak memiliki akses informasi yang tepat. Belum lagi berita kematian Victor membuatnya semakin paranoid. Bagaimana kalau Jeanny berakhir seperti Victor?
Dalam hati Mike mengumpat. Victor adalah salah satu saksi kunci yang dia usahakan tapi justru dilenyapkan saat dia begitu dekat dengan kebenaran.
Langkah Mike terhenti ketika dia sadar, bahwa Jeanny mulai tidak bisa dihubungi sejak Victor ditemukan tewas. Rasa takut dan gelisah naik perlahan mencengkram dadanya. Semuanya pasti berhubungan. Mike tahu itu, tapi dia tidak bisa menemukan benang merahnya.
Dengan alis berkerut, dia kembali melangkah menuju pintu utama SWS di mana seorang resepsionis menyapanya dengan cemberut.
"Maaf Mr. Johannson, jika Anda ingin bertemu dengan Mrs. Valentine jawaban saya tetap sama," ucap sang resepsionis tanpa perlu Mike membuka mulut yang dibalas dengan seulas senyum oleh Mike.
"Saya hari ini ingin bertemu dengan Mrs. Calleway, apakah saya juga tidak bisa bertemu Beliau?"
Wajah sang resepsionis tetap kecut walau Mike menimpalinya dengan ramah. Dia dengan enggan menunjukkan Mike kamar Mrs. Calleway. Setelah dia pergi, baru Mike pelan-pelan keluar dari kamar wanita itu dan berjalan menuju kamar Margareth.
"Mike?"
Suara wanita yang menyambutnya membuat Mike tertegun. Dia melihat Margareth sedang tersenyum ke arahnya. Sebuah pemandangan langka karena wanita itu lebih sering menatap kosong ke udara atau kejang. Mike tidak bisa menahan senyum.
"Halo, Margareth. Bagaimana kabarmu?"
Margareth tidak menjawab. Dia kembali menatap jendela, membuat Mike panik karena takut kesadaran Margareth akan kembali terbang.
"Margareth, aku ingin bertanya tentang Jeanny. Apakah dia mengunjungimu?" tanya Mike terburu.
"Jeanny?" Pandangan Margareth kembali fokus ketika nama anaknya disebut. Dia terdiam sejenak, berusaha mengingat sesuatu. "Ah, dia datang dan bilang bahwa saat ini dia sedang tinggal bersama seseorang bernama Dom. Mereka ... menjadi sepasang kekasih ...."
Alis Mike bertaut. Kecurigaannya benar. Dom sedang merencanakan sesuatu.
Tubuh Margareth gemetar. Matanya membelalak. Mike langsung siaga, wanita itu sedang dalam fase mania.
"Margareth! Tatap aku!"
Wanita itu berusaha menatap Mike tapi yang dilihat Mike hanyalah tatapan penuh ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] DADDY's SEXY Doll - AGE GAP WARNING
Romantik🔞 [Memuat Konten Dewasa. Bijak memilih bacaan. Dosa tanggung sendiri. Kamu sudah diperingatkan.] ____________________________________________ Ada degup yang meliar di dada Jeanny, ketika seorang pria matang meninju si Berengsek yang berani menggang...