32.| Duel Daddiies - which one gonna win?

218 6 0
                                    

Kedua pria itu masih mempertahankan posisinya. Baik Dom maupun Mike tidak ada yang segera meninggalkan lorong penghuni SWS. Seolah seperti dua hewan buas di hutan belantara berhadapan memasang kuda-kuda. Beberapa saat tidak ada penghuni SWS yang melintasi lorong yang hanya ditemani angin malam dingin, tapi kering menusuk.

"Kenapa masih di sini? Apa maumu?" cerca Dom masih menebar tatapan sengit. Ia bersedekap dengan menaikkan dagunya. Mengeluarkan aura bahwa lorong menuju pintu di mana Ibu Jenny istirahat adalah teritorialnya.

"Saya tidak berkewajiban untuk menjawab setiap pertanyaanmu, Mr. Petrov. Kedatangan saya di sini juga bukan urusan Anda." Sedangkan, Mike yang kini beralih memposisikan diri menyandar miring di tembok tanpa mengeluarkan kedua tangannya dari saku celana menatap tanpa perlawanan pada Dom.

Dom menyipitkan mata, ujung bibirnya berkedut, seringai yang kaku ia keluarkan. "Dengan mengganggu Jeanny-ku, kau telah memasuki daerahku tanpa izin. Aku memiliki hak untuk mengetahuinya dan menindaklanjuti gangguan itu."

Mike mengalihkan pandangan. Ia tarik tangan kanannya untuk mengamati jarum arlojinya berdetik. Ada debas halus dan panjang sampai Dom mampu mendengarnya meski jarak mereka kurang lebih lima meter. Sambil membenarkan posisi kacamata, pria itu tak kunjung bersuara untuk membalas lawan bicaranya.

Dom melangkah tergesa dan refleks menepuk keras bahu kanan Mike. "Kau, hanya orang asing yang tidak mampu memberikan perlindungan dan keuntungan, baik untuk Ibu gadis itu apalagi masa depannya. Kau harus tahu diri batasanmu, Tuan Pengacara."

Mike hanya melirik rematan Dom yang membuat tekstur atasan kasualnya kusut seketika. Kemudian memejamkan matanya. "Sebelum memberi petuah kepada orang asing, alangkah bijak, jika Tuan Raja Kasino lebih dahulu memberikan contoh mengenai batasan privasi terhadap bawahannya," ucapnya sambil lalu menepis tangan Dom.

Begitu Dom hendak membalas dengan mengepalkan tangan, Mike lebih dahulu melenggang jauh, bersama beberapa petugas SWS yang berlalu lalang di sekitar mereka. Sedangkan, Dom berlagak menepuk-nepuk jaket kulitnya dari debu.

"Selamat malam, Mr. Petrov. Ada baiknya Anda menjaga kesehatan juga dengan kembali ke mansion Anda." Mike tersenyum tipis meninggalkan Dom yang mendelik, seolah menembus punggung tegapnya yang hilang di belokan menuju tangga pintu keluar.

Pemilik kasino itu merogoh ponsel canggihnya lalu mengusap layar untuk mencari kontak. Sebuah suara berat seperti tengah menyesap rokok dengan suara percikan bara di seberang langsung menyapanya dengan ramah, bahkan setengah bernada seperti bernyanyi ketika memanggil namanya. Namun, Dom kontan menginterupsi bahkan sebelum sapaan hormat dari sambungan nirkabel itu menyelesaikan kalimatnya.

"Mike," sebut Dom penuh aksentuasi yang alot kebencian. "Lelaki yang selalu menghiggapi Jeanny Valentine."

Suara di seberang menyahut dengan dehaman singkat.

"Kerahkan segala akses yang kau miliki! Datang ke ruanganku segera!" imbuh Dom mengakhiri dengan memutus sambungan sepihak, bibirnya terkatup rapat.

Dari atas balkon arah pandangan Dom dapat mengikuti lelaki berkacamata itu tengah menuju gedung parkir roda empat seberang SWS. Namun, sebelah alis tebal Dom terangkat melihat Mike berbelok menuju rambu-rambu pejalan. Dom mendengkus menyaksikan Mike menghampiri seorang lansia wanita. Membantunya menyeberangkan ketika jalan raya cukup ramai seperti antrean seusai rambu lalu lintas di ujung jalan mulai bergiliran.

Wanita renta itu tersenyum lebar melihat ada pria muda dengan berani menghalau arus yang tampak tak memberi kesempatan bagi pejalan yang hendak menyebrang. Mike menatap sepat setiap kali menjumpai sisa cat zebra cross yang pudar hampir seluruhnya, pun lampu lalu lintas tidak menyala sepenuhnya. Di malam semakin larut, akan sulit bagi penjalan kaki merasa aman menyeberang dan pengendara dengan berbagai kondisi selama seharian menjadi bumbu utama untuk terjadi kecelakaan.

Jalan raya depan SWS memang bukan jalan utama maupun alternatif penting pengalihan arus. Asumsi itu yang diambil Mike yang menjumpai rambu-rambu dan fasilitas pejalan tak begitu terurus begitu menginjakkan kaki di kawasan SWS.

Mike tidak hanya lepas tangan begitu wanita lansia itu tiba di seberang trotoar, melainkan terus membantunya menjunjung tas kantung berisi beberapa produk harian ke lantai bus kota. Gayung bersambut, penumpang lain ada yang berdiri dari tempat duduknya dan mengarahkan wanita itu ke kursi khusus lansia atau difabel.

Usai wanita tua mengucapkan terima kasih, pintu bus merapat sempurna. Kendaraan publik itu pun akhirnya melaju ke tujuan.

Mike melanjutkan jalan kaki santainya tanpa menoleh, cukup melirik sekilas ke belakang. Serta, tak perlu repot-repot memberikan gelagat waspada, kedua tangannya kembali memasuki saku celana dan melangkah ringan.

Terdengar ada suara langkah lain di mana Mike sadar betul jarak orang sekitar dengan dirinya di trotoar cukup jauh. Ada sesuatu yang tidak beres.

Oleh karenanya, pria berkacamata itu mengarah ke kerumunan pejalan kaki lain. Begitu lampu-lampu penerangan emperan toko menghujani Mike, suara langkah di belakangnya tiba-tiba menghilang bersama dengan gumam orang-orang sekitar turut menyamarkan.

Tak terasa Mike berjalan beberapa kilo menjauhi gedung parkir roda empatnya. Ia ingin memastikan sesuatu. Namun, sebelumnya, ia berhenti sejenak, dengan memasuki sebuah minimarket 24 jam. Tak berlama-lama ia membeli sekantung plastik kecil dan membuka penutup kaleng soda.

Sebelum menenggaknya, tiba-tiba dari arah belakang terdapat suara derap langkah kencang bergema. Sekejap mata, Mike menggiring tubuhnya merapat ke pembatas pintu minimarket dan sontak saja suara tabrakan kaleng trotoar nyaring terdengar.

Pejalan kaki sekitar sesaat terhenti dari aktivitasnya saking terkejutnya dan menjatuhi tatapan apa yang terjadi pada pojok tong sampah terkumpul.

Mike berupaya menghampiri sosok berjaket itu, tetapi orang tersebut justru semakin menutupi kedua tangan dan kembali bangkit membelakangi pejalan kaki sekitar yang menonton, kemudian segera berlari. Pria berkacamata itu kontan menaruh kembali kaleng soda ke plastik dan mengejar sosok pria yang memakai topi. Tak sempat ia tangkap ke dalam ingatan rupa orang itu.

Sayangnya, makin dikejar, sosok itu seperti atlet pelari nasional, dengan gesit membawa dirinya ke lokasi gang yang tidak mendapatkan penerangan cukup, malahan cenderung pengap dan gulita. Lebih-lebih Mike sulit menggiring ke sebuah lokasi untuk mendapatkan bukti karena tempat itu sangat minim fasilitas kamera pengawas.

Mike menghentikan langkah, ia memutuskan untuk tidak meneruskannya. Sesekali ia menyentuh daerah perut ke pinggang. Sepersekian detik ia mengingat ada benda yang hendak menusuk ke bagian vitalnya saat ia menggiring tubuhnya doyong ke pintu minimarket. Akan tetapi, sosok asing tadi hanya sempat menyenggolnya.

Mike bergeming sejenak sambil bergumam. Alisnya berkerut sambil merabai bekas remasan Dom beberapa saat lalu. Air mukanya yang semula ringan dan rileks, mengeras memikirkan sesuatu.[]

Question's Time:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Question's Time:

💋 Apa yang terjadi dengan Mike?

💋 Siapa sih orang yang nguntit Mike?

💋 kalau kamu digituin, what will you do?

Tekan ⭐ kalau kamu suka part ini! Jangan lupa bagikan ke teman-temanmu biar makin seru cerita ini!

Holy Kiss,

[16 Agustus 2024]

[END] DADDY's SEXY Doll - AGE GAP WARNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang