API DENDAM JANDA KOTARAJA

6 0 0
                                    

#spinoff212
.
Saya yakin seyakin-yakinnya, penggemar Wiro Sableng kurang familier dengan judul satu ini. Bahkan, banyak yang tidak tahu. Memang bukan seri yang luar biasa, sih. Tapi buat saya_pribadi, episode yang ini cukup layak untuk diikuti kisahnya.

Di serial lepas satu ini, Wiro mendapat tugas dari gurunya Sinto Gendeng untuk menghentikan sepak terjang seorang wanita yang meresahkan sebuah kerajaan, di wilayah tengah Jawa bernama Nyi Ayu Suriatem. Awalnya, Nyi Ayu adalah seseorang istri yang setia pada suaminya. Namun, sebuah peristiwa tragis merubahnya dari sosok baik menjadi seorang yang penuh kebencian dan dendam. Kekejamannya itulah pangkal Ia mendapat sebutan sebagai wanita Iblis atau janda Iblis_mengacu dari statusnya ini, menjadi momok di wilayah tersebut.

Mulanya, ia hanya ingin membalas dendam pada orang-orang yang dahulu menyakitinya. Namun, ilmu yang dipelajarinya, tidak mau lepas dari inangnya. Nyi Ayu diperbudak oleh ilmunya itu, membuatnya tidak lagi pandang bulu dalam menjerat korbannya.

Kisah dibuka dari tiga orang yang menuju Gunung Gede untuk bertemu dan meminta bantuan Sinto Gendeng. Di tengah perjalanan sempat terjadi kesalahan pahaman antara mereka dengan Wiro Sableng. Di momen ini, seperti biasa sifat jail Wiro kambuh.

Selanjutnya dikisahkan tentang Nyi Ayu dalam melakukan aksinya. Wanita yang dinarasikan sangat cantik dengan lekuk tubuh aduhai, berkulit putih halus, dan berbibir mengundang birahi setiap kali ia berbicara sedang mengerjai salah satu korbannya.

Laki-laki "mangsanya" yang ke sekian, adalah seorang Penguasa Kadipaten yang punya sifat hidung belang. Saya pakai kata 'mangsa' karena, selain memperdaya, ia juga memakan organ vital korban-korbannya. Sebenarnya, Adipati Saksa Putra sudah mendengar kabar siapa Nyimas Ayu, tapi akibat rasa percaya dirinya yang terkenal sebagai penakluk wanita, membuatnya nekat. Walaupun, pada akhirnya pesona dari Nyimas Ayu yang begitu kuat, membuatnya bertekuk lutut dan tidak sanggup keluar dari jeratan jelita berumur seperampat abad itu.
Perihal memakan organ vital_terlebih dalam keadaan orangnya masih hidup, memang jadi syarat yang harus dilakukan oleh Nyi Ayu untuk mempertahankan pesonanya. Dan 'ritual' itu kudu ia lakukan sekali dalam satu Purnama.

Wiro Sableng pun, tidak luput dari pesonanya kala pertama kali bertemu. Untunglah, di saat kritis datang seorang tokoh silat paruh baya bertopeng dengan caping bambu, hadir sebagai dewa penolong. Hadir juga sebagai pemanis cerita seorang wanita cantik 'tak bernama, mengaku diutus oleh penguasa Duyung dari Laut Selatan turut membantu Wiro. Dialah yang memberitahu Wiro cara mengalahkan Nyi Ayu, dengan memberi tahu kelemahan dari iblis wanita itu. Dari ia pula Wiro tahu bahwa Nyi Ayu mendapatkan kemampuan serta pesonanya karena ada perjanjian dengan seorang pengkhianat dari kerajaan sang utusan tersebut.
Kemungkinan, Penguasa Duyung yang dimaksud adalah Ratu Duyung. Fakta ini menjadi hal menarik karena judul ini ada, jauh sebelum  Wiro mengenal Sang Ratu yang konon, musti ia sebadani untuk melepaskannya dari kungkungan kutuk.

Mereka bertiga akhirnya bahu membahu mengatasi_bukan saja Nyi Ayu, melainkan juga harus mengalahkan pengkhianat dari kerajaan Duyung_guru dari wanita itu.
Wiro sempat kewalahan mengalahkan Villain di judul ini, dan nyaris kalah andai tidak mendapatkan bantuan dari si utusan dari laut selatan. Sedangkan sang guru, dihadapi oleh tokoh misterius bercaping tak bernama yang ternyata, ada cerita masa lalu. Sebuah kisah cinta diantara dua tokoh ini.

Walaupun, tema ceritanya biasa, tapi alurnya ngalir dan cukup seru pertarungannya. Di judul ini juga Wiro 'menyala' konyolnya. Selain pada Nyi Ayu, ia juga gencar ngegombalin wanita cantik sang utusan. Sayang, tidak mendapat respon_walaupun, sebenarnya ia suka dengan Wiro. Hanya saja ia takut dengan murka junjungannya dan tahu akan sebuah rahasia yang akan terjadi di masa datang.

Narasi soal itu dipakai sebagai kalimat 'closing' dari judul ini.

"Kelak catatan takdir akan membawamu pada kami dan   Sang Ratu," ujar wanita tak bernama itu, "karena engkaulah satu-satunya, kunci dari kebebasan kaum kami, Wiro."

Menarik, bukan?
°
Depok, 24juni2024
#ssM
#whatifDepe
#nggedabruse
#spinoff212
_______________________________________________________

#SKdKAS
.
"Jangan-jangan_" gumam Wiro dengan tatapan tajam menyelidik ke arah Aki Sukri yang sedang menata jajanan, di tempat menyerupai piring berlapis daun jati.

"Ah, tidak. Tidak mungkin orang itu Aki Sukri," lanjut Wiro. "Ki, minta tambah tehnya, ya?"

Wiro mengangkat wadah kosong dari potongan bambu ke arah Aki Sukri, memberi tanda bahwa minumannya sudah habis.

"Ya, Den."

Aki Sukri segera menghampiri Wiro dengan teko gerabah kecil di tangan yang terlihat mengepul uap di bagian moncongnya. Begitu sampai, laki-laki paruh baya yang konon, pernah berselisih paham dengan Sukat Tandika dalam memperebutkan hati Sinto Gendeng di masa mudanya ini, segera menuangkan isi teko ke dalam wadah di meja Wiro. Sementara itu Wiro memperhatikan dengan seksama dari ujung kaki ke ujung kepala Aki Sukri. Seolah ingin memastikan hal yang menjadi ganjalan di benaknya.

"Ada lagi, Den?" tanya Aki Sukri sembari menjura hormat.

"Apa? Oh, Eh_emh, cukup Ki, cukup," jawab Wiro gagap.

"Ki! Minta tambah teh hangatnya!"

Seruan permintaan dari meja lain, membuat baik Aki Sukri maupun Wiro menghentikan obrolan dan menoleh ke arah yang sama. Aki Sukri terlihat mengangguk dan pamit ke Wiro.

"Sebentar, y, Den," ujarnya yang dibalas Wiro dengan seringai kemaluan di bibir.

Ketika Aki Sukri lewat di samping Wiro duduk, dengan sengaja ia meluruskan kakinya. Tentu saja itu membuat Aki Sukri tersandung.

"Dbruk! Prak!!"

Akibatnya Aki Sukri tidak dapat menjaga keseimbangan tubuhnya dan jatuh tersungkur. Mulutnya terlihat meringis dan mengaduh sementara teko di nampan yang dipegangnya pecah berantakan. Kejadian itu membuat hampir semua pengunjung menoleh.

"Aduh ...." keluhnya.

Wiro segera bangun dari duduk dan membantu Aki Sukri berdiri lantas membimbingnya untuk duduk.

"Aduh, maaf, ya, Ki," kata Wiro dengan wajah memelas. "Ini salahku."

"Tidak apa-apa, Den. Yang namanya musibah, kan, tidak ada yang tahu."
.
Sepeminuman teh kemudian ....

"Maaf, ya, Ki ... perihal tadi," ujar Wiro pasang wajah menyesal.

"Tidak apa-apa, Den," jawab Aki Sukri dengan senyum ramah khasnya.

"Tidak, Ki. Aku benar-benar minta maaf," balas Wiro, "aku tadi sengaja melakukan hal itu."

"Maksud Aden?"

Akhirnya Wiro bercerita tentang petualangannya saat menghadapi Nyi Ayu dan mendapat bantuan dari seorang pendekar tua bertopeng dan bercaping.

"O ... Aki mengerti sekarang. Jadi tadi itu Den Wiro sengaja melakukannya karena Aden mengira, orang yang menolong Den Wiro adalah saya?"

Wiro hanya nyengir dan menggaruk-garuk kepalanya tanda membenarkan pernyataan Aki Sukri. Wiro memang sengaja menyengkat kaki Aki Sukri untuk menge_tes orang tua itu. Apabila Aki Sukri bisa menghindar, dipastikan benar dugaannya. Karena bagaimana pun, naluri kependekarannya pasti berjalan.
Namun, ternyata tidak dan Wiro berkesimpulan, Aki Sukri bukanlah pendekar tak bernama yang menolongnya.

"Orang itu perawakannya sangat mirip denganmu, Ki," ujar Wiro. "Tapi, sepertinya aku salah. Maafkan aku, ya, Ki."

"Maaf soal gampang. Tapi_"

"Tapi apa, Ki? Kata Aki tadi tidak apa-apa."

"Aki memang tidak apa-apa ... hanya, bagaimana dengan teko teh Aki yang pecah?"

"Oh ... Ha_ha_ha. Tenang saja, Ki. Tenang, akan aku ganti."

"Dengan apa? Bon Aden saja, sudah menumpuk di warung Aki ini," protes Aki Sukri setengah menggerutu.

Wiro kembali tergelak mendengar gerutuan pemilik kedai itu.

"Pokoknya beres, dah ...."

"Cih. Lagu lama!"

"Ha_ha_ha."

©

Wiro Sableng 212 ala depeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang