#spinoff212 #spinoff212 #Wiro212
°
"Sebaiknya kau menurut saja anak manis," bujuk Si Pengumpul Roh dengan mata tidak lepas dari sosok gadis yang mati karena diracun adik tirinya itu. "Kalau kau menurut, nanti akan aku kasih senang.""Mulutmu kurang ajar! bau busuk!" sentak Bunga yang justru membuat Si Pengumpul tergelak.
"Baiklah, kalau kau meminta dengan cara paksa ... Bumbung Sakti Penarik Roh!"
Kembali Si Pengumpul Roh menggembor keras sembari membuka tutup bumbung saktinya. Kabut tebal berbentuk tangan lagi-lagi melesat dari sana. Arahnya jelas. Tubuh Dewi Bunga Mayat. Melihat hal itu, dari samping Nyi Nimas segera memapak dengan ilmu kabutnya. Kabut hitam kembali buyar, tapi kali ini begitu buyar dari dalamnya keluar seutas rantai berwarna tembaga dengan buhul di ujungnya. Benar-benar jurus berbeda dari yang pertama!
Rantai tembaga melesat cepat ke arah Bunga dengan disertai bau bangkai yang sangat tajam. Melihat serangan datang, Bunga segera melompat ke belakang sembari mengeluarkan jurus Kabut Selatan Memapras Karang. Kabut putih naik dan menggulung rantai yang datang sembari menyiapkan jurus kedua. Jurus yang apabila mengenai korbannya, jika orang biasa pasti remuk tidak berbentuk.
"Kabut Peremuk Tulang!"
Ajaib. Begitu Bunga meneriakkan jurus itu, kabut yang semula menahan rantai dari bumbung sakti, menggumpal berputar menyelimuti senjata Si Pengumpul lantas, membuat gerakan meremas. Namun, ternyata itu belum cukup untuk memutus kekuatan rantai tembaga. Padahal, benda sekuat apapun, apabila terkena jurus ini pasti akan remuk tak terbentuk.
Si Pengumpul terlihat menggoyangkan badan bumbung. Seolah ada tenaga mengalir dari dalam sana, rantai menyentak. Cengkeraman kabut buyar, sedangkan rantai tetap pada tujuan semula_mengejar Bunga. Bunga kembali mundur. Menghindar dari kejaran rantai.
Di sisi lain, Nyi Nimas menunggu waktu yang pas untuk melancarkan pukulan, ketika lamat-lamat, ia dengar sebuah bisikan di telinganya.
"Hancurkan Bumbungnya, Nimas!"
Hancurkan bumbungnya? Nyi Nimas sejenak terdiam mendengar bisikan itu. "Kau kah itu, Angking Ukri?" gumamnya.
"Cepat! Hancurkan bumbung itu!"
Kembali bisikan terdengar di telinga Nyi Nimas. Sigap ia mengalihkan serangan. Gumpalan kabut tebal menderu ketika ia mendorong kedua telapak tangannya ke arah Si Pengumpul. Tahu serangan datang, Si Pengumpul bergeser ke samping. Gumpalan kabut menerjang ruang kosong. Sementara rantai tembaga yang awalnya mengejar Bunga terlihat tertarik dan masuk kembali ke Bumbung Sakti.
"Luar biasa," ucap Si Pengumpul sembari membetulkan letak blangkonnya yang miring ke kanan.
Usai melempar serangan, Nimas segera melompat ke arah muridnya berada.
"Kau tidak apa-apa, Nduk?" tanyanya.
"Aku baik-baik saja, Guru."
Setelah mendengar jawaban dari Bunga, Nimas Nyamat segera membalikkan badan dan kembali pasang kuda-kuda. Kini, mereka saling berhadapan kembali.
"Bagaimana?" tanya Si Pengumpul dengan nada mengejek, "kita teruskan sampai ada yang mampus atau ... kita bersenang-senang saja?"
"Cih! Tidak sudi!"
Si Pengumpul Roh tertawa mendengar jawaban Bunga.
"Nduk, kita serang bersama-sama. Kau serang dari depan_tapi awas! Kau jangan gegabah!" kata Nyi Nimas, "Aku akan mencari kesempatan untuk menghancurkan bumbungnya itu."
Bunga mengangguk dan maju dua langkah. Jemari tangannya terlihat terselip beberapa kuntum bunga kenanga. Tanpa membuang-buang waktu, kuntum-kuntum bunga ia tujukan ke arah orang yang dilawannya. Aroma kenanga, menembus bau bangkai yang santer dari kabut hitam Si Pengumpul. Percikan api kehijauan terlihat di jalur kembang kenanga, manakala bunga-bunga itu menerobos selimut kabut hitam. Lurus ke arah musuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wiro Sableng 212 ala depe
FanficSiapa yang tidak kenal dengan Wiro Sableng. Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 murid Sinto Gendeng. Dari banyak cerita silat, perjalanan pendekar yang banyak digilai wanita inilah bacaan fav saya. Di sini, saya ingin sedikit menulis tentangnya. Baik...