1,23,4 ...! ANJING GILA JILAT PANTAT!

5 0 0
                                    

Lww....
_______
®

.
Judul yang saya pakai di atas adalah sorai pemanggul tandu pimpinan dari Serikat Candu Iblis. Seri Pendekar 212 yang kali ini saya coba tread_kan.

Kocak juga, Anjing Gila Jilat Pantat. Ngapain pula jilat pantat, sementara di warung... Oreo  tersedia.
Tetapi, ya ... begitulah, namanya juga anjing ... Gila, pula.  Gila 'kan, satu dari tiga hal yang buat orang bisa bebas dari hukum. Pertama, orang Gila. Kedua, orang kaya. Ketiga, ya ... tangan hukum itu sendiri.

Apalagi kalau sudah pegang ketiganya. Tangan hukum, kaya, dan Gila pula. Mau ngapain juga, bebas-bebas saja.
Skip we lah,
________________________
Episode-episode awal dari Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, selain berkutat di putaran dunia persilatan dengan tokoh-tokohnya, Wiro juga beberapa kali masuk dalam sebuah konflik di suatu kerajaan. Pun, dalam episode ini yang mengisahkan Wiro, secara tidak sengaja terperosok dalam gejolak perselisihan antara suatu kerajaan dengan sindikat yang menamakan diri Serikat Candu Iblis.

Seru sebenarnya tema yang diambil di judul ini. Hanya saja, kurang explore_kalau menurut saya. Plotnya kur-leb sama dengan judul yang seharusnya saya rilis sebelum judul ini. Sama-sama ada fitnah yang ditimpakan kepada Wiro. Ada upaya suatu kelompok untuk mengacaukan kerajaan. Ada pula kisah pengkhianatan di sana.

Sayang, keseruan di kisah ini tercoreng oleh kenyataan bahwa Wiro begitu mudah dipecundangi. Bukan hanya oleh ketua 'bayangan' dari Serikat yang berpenampilan ala tuyul. Bogel, botak, dan bertelinga lebar bernama Soltan Ramada alias Cula Singkir. Namun, juga pemilik kedai yang dengan mudah menjebaknya.

Sayangnya lagi, Wiro tidak sempat beradu dengan manusia katai itu. Pendekar 212  hanya berkesempatan menghabisi kroco-kroco dari Si Cebol, sementara harapan saya untuk menyimak adu jurus antara Wiro dan Si Tuyul sebagai 'final fight' tidak terjadi. Si Cula Singkir justru berhasil lolos dan dilumpuhkan oleh Sinto Gendeng_gurunya, dengan sangat mudah.

Catatan saya untuk judul ini, kalau di judul Kepala Iblis Nyi gandasuri, Wiro lebih dominan memakai jarum dari senjata mustikanya, di sini ia lebih sering memakai batu hitam pasangan dari senjatanya tersebut. Cukup unik, mengingat sejauh pengamatan saya Wiro sangat jarang memakai batu tersebut dan lebih sering mengandalkan pukulan Mataharinya.

Selanjutnya, perihal inisial SCI ysng dipakai sebagai tanda dari organisasi tersebut. Saya agak sedikit mengernyitkan dahi mencoba mencari permakluman.

[“Kurang ajar!” maki Wiro. Dia lari mendapatkan Sentiko yang saat itu menggeletak di lantai dalam keadaan menelungkup. Sebatang kayu kecil berbentuk sumpit yang ujungnya ada bundaran pipih dengan tulisan SCI menancap di lehernya]

Seperti halnya nomor 212 yang tidak jelas angkanya, singkatan CSI di sini pun, tidak jelas modelnya. Huruf sangsekerta, Jawa, latin atau apa. Ini_menurut saya, jadi agak janggal. Padahal, bukan perkara sulit sebenarnya bagi Pakde Bastian untuk_misal memberi narasi, semacam.... yang ujungnya ada bundaran pipih dengan huruf Jawa kuno, yang kalau diterjemahkan merupakan singkatan nama Serikat Candu Iblis menancap di lehernya.' Semacam itu, atau bisa juga memakai gambar saja sebagai tanda organisasi agar tidak ambigu. Pakai gambar yang identik dengan kegiatan mereka. Daun ganja, misalnya. Atau pipa cangklong. Jadi lebih mudah diterima, sesuai dengan jamannya.
Ini pendapat saya pribadi, ya ...

Toh, pembaca yang lain tidak begitu mempermasalahkan. Menganggap hal ini hal remeh temeh yang tidak harus dibahas dan jadi persoalan. Fine-fine saja.
Sekali lagi, ini pendapat pribadi yang bukan tidak mungkin, memancing orang untuk berkomentar, "tinggal baca saja, kok, repot. Memang, kau pikir buat tulisan itu gampang? Nyacat mah, ibu-ibu pinggir komplek juga bisa. Apa sih, keuntungannya korek-korek karya orang, membulli dengan kedok mengkritisi? Dan pendapat sejenis itu.
Skip (lagi) we_lah.

Alasan lain saya suka dari judul ini adalah kemunculan Suci aka Dewi Bunga Mayat. Ia hadir sebagai Dewi Penolong bagi Wiro yang nyaris dihabisi oleh tokoh silat kerajaan, yang mengira Wiro sebagai ketua Serikat Candu Iblis. Kemunculan Bunga ini memberi sedikit warna romansa_menurut saya. Ibarat judul ini sebuah merk air isi ulang, kehadiran wanita yang sanggup membuat Wiro meneteskan air mata kehilangan ini, jadi sedikit ... ada manis-manisnya.

Soal lainnya lagi, ada satu kalimat menarik yang saya temukan di narasi mengasyikkan karya ayah dari Vino ini. Kalimat wejangan yang diucapkan oleh Sinto Gendeng sebagai bekal Wiro mengarungi lautan persilatan.

[“Dalam perjalanan hidup seseorang, jika dia berbuat satu kebenaran atau kebaikan, tidak ada orang yang mengingatnya. Tapi bilamana dia berbuat kealpaan atau kesalahan, tidak ada orang yang melupakannya. Nah, kau ingat hal itu baik-baik agar kau hidup mawas diri dan mandiri!”]
Ini, 11-12 dengan ujar-ujar yang familier dengan jaman kita di bangku sekolah. Sekali arang tercoreng di dahi, bla_bla_bla.

Ada fakta menarik juga dari Serikat Candu Iblis ditemukan Wiro kala investigasi, menguak keberadaan gerombolan ini. Yaitu peran dari Pangeran Segala-gala_Pangeran Matahari! Ternyata, pangkal racun dari Serikat Candu Iblis adalah murid dari Si Muka Mayat itu.
Seru!

Kenapa? Karena, lagi-lagi musuh abadi Wiro ini hadir untuk menebar bala dan keonaran. Bagaimana pun, tidak ada yang lebih seru_menurut saya_dari sebuah kisah bertema hero, selain bertemunya sang pahlawan dengan musuh bebuyutannya.

Apakah kemudian, Wiro kembali harus adu kekuatan dengan musuh bebuyutannya itu? Bagaimana kira-kira endingnya? Apakah Wiro jadi pemenang atau seperti beberapa kali pertemuan mereka sebelumnya? Biarpun menang, Wiro tetaplah pecundang?

Baca sendiri aja, dah! Pokoknya over all, lumayan seru judul ini.
®
Depok, 03Juli24
#whatifDepe
#SKdKAS
#nggedabruse
_________________________________________________

Wiro Sableng 212 ala depeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang