In Each Other Arms

1K 94 10
                                    

"Boy..."

Huh?

"Oboi..."

A-Ayah?

Dimana ini? kenapa semuanya gelap?

"Boboiboy, kemarilah..."

Boboiboy takut. Dia tidak bisa melihat apapun di dalam kegelapan ini.

"Jangan takut, anak ayah 'kan kuat..."

Mata Boboiboy berair, dia berlari tak tahu arah mengikuti suara ayahnya yang menggema di kegelapan ini.

"Terus melangkah melihat ayah, Oboi..."

Boboiboy mulai menangis dengan suara segukan kecil, mengusap air matanya di kala dirinya terus berlari.

Ayah dimana...? Boboiboy takut sendirian...

"Shh~ shh~ Ayo berusaha lagi, Oboi sudah mulai dekat ke pelukan Ayah..."

Suara lembut ayahnya menggema di kegelapan menusuk telinga dan hati Boboiboy. Rasanya dia pernah mendengar hal ini di masa kecilnya.

"Kaki Oboi kuat, 'kan? Terus jalan sini, jangan takut jatuh. Ayah akan menangkapmu!"

Boboiboy melihat sebuah siluet orang dengan cahaya dibelakangnya. Sosok itu merentangkan tangannya sambil berjongkok dan tersenyum hangat padanya didampingi seorang wanita bertudung putih.

Sosok yang sangat familiar di ingatan Boboiboy.

Boboiboy berlari, tubuhnya tiba-tiba saja menyusut mejadi tubuh anak-anak.

Setiap langkahnya bertambah berat seakan gravitasi menarik tubuhnya menjauh dari sosok itu. Tapi Boboiboy tidak menyerah.

Ayah! Ibu!

"Boboiboy..."

Kaki kecilnya dengan kuat berlari kearah sosok yang merupakan orang tuanya.

Boboiboy berhasil menabrakkan tubuh kecilnya di pelukan sang ayah, sang ibu terkekeh mengusap rambutnya.

Dirinya menangis sejadi-jadinya di pelukan sang ayah dan usapan lembut ibu.

"Anak ayah memang hebat, 'kan? Pantang menyerah seperti seorang wira."

Tidak... Boboiboy tak sekuat itu. Boboiboy hanya mau ayah dan ibu kembali...

Suaranya tidak keluar, semua yang diucapkannya hanya terpendam di dalam hati.

"Ayah dengan Ibu bangga sangat pada Oboi. Sudah bisa melangkah dan berdiri di atas kaki sendiri. Sudah bisa berjalan ke segala arah sesuka hati."

Tubuh kecil Boboiboy hanya terus menenggelamkan dirinya dalam kehangatan pelukan dan usapan orang tuanya sembari menangis.

"Boboiboy, buka mata dan bangun sekarang, oke?"

Tak nak... Tak nak! Boboiboy mau tetap di sini dengan kalian!

Boboiboy menahan pelukan ayahnya dengan dua tangan kecilnya.

"..."

"Maafkan ayah, Boboiboy..."

Dengan cepat, tubuh kecil Boboiboy diselimuti cairan merah amis.

Sosok kedua orang tuanya berubah menjadi gumpalan merah sebelum meledak di depan wajahnya.

Tenggorokan Boboiboy terasa panas ingin berteriak histeris dengan mata terbuka lebar menatap tangannya yang sudah kembali normal dengan cairan merah.

MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang