Happy reading...
★~(◡﹏◕✿)
Bambam kini memberanikan diri untuk bertanya kepada sahabatnya. Meyakini bahwa Jungkook tidak hanya sekedar berlibur, melainkan ada sesuatu yang sahabatnya ini alami.
"Jung, kamu ke sini mau liburan doang apa ada tuntutan kerja nih?!" celetuk Bambam mengalihkan perhatian Jungkook. Di sana Bambam menangkap air muka Jungkook yang tiba-tiba mengeruh.
"Gak ada kerjaan sih. Bisa di bilang mau nenangin diri aja?!" jawabnya lirih.
Sejak kapan seorang Jungkook yang periang, menjadi pendiam seperti ini. Sedari menginjakan kaki mereka di resto ini, Jungkook sama sekali tidak menunjukkan keceriaan yang terpancar. Piasan wajahnya begitu kacau dalam penglihatannya. "Cerita gih. Emang siapa sih yang ngebuat sahabatku ini kacaunya sampai di bawa ke Hawai?!" canda Bambam, berharap jika Jungkook berkenan membagi lukanya.
Terdengar hembusan nafas pelan dari sang lawan. Lalu menatap lekat mata sahabatnya itu, kentara jika ia tengah menunggu dirinya membuka suara.
"Aku suka sama Taehyung?!" sengaja menjeda ucapannya, hanya ingin melihat reaksi lawan bicaranya. Terlihat sedikit tidak percaya, mungkin.
"Terdengar konyol memang, tapi itu kenyataanya. Kemarin aku mengungkapkan padanya, perasaan yang sudah lama aku pendam itu. Dan aku di tolak?!" lirih di kalimat akhir. Bambam tidak bereaksi apapun. Menyahut pun tidak, akan menunggu sampai sang sahabat melanjutkan ceritanya.
"Di sini akulah yang patut di salahkan, Bam. Perasaan ini seharusnya tidak pernah ada. Selama ini, aku salah mengartikan perlakuan Taehyung padaku. Bodoh memang, tapi ia hadir tanpa aku duga. Aku tau jika Taehyung homopobic, bahkan memiliki seorang kekasih wanita. Namun aku tidak berpikir jika seharusnya sejak awal rasa itu terhapuskan. Lagi-lagi, aku tiada kuasa, sikap Taehyung membuatku semakin tinggi. Meninggikan angan jika kita akan berakhir bahagia. Sayangnya aku tidak sadar jika aku salah meletakkan pengharapan?!" Jungkook menyendu. Hatinya sedikit lega, setidaknya ada seseorang yang mendengar apa yang ia rasakan.
Bambam bungkam. Pertemanan mereka bertiga terjalin cukup lama. Sedari awal ia bahkan tidak paham bagaimana Taehyung memperlakukan Jungkook. Sangat terlihat jelas berbeda jika dengan dirinya. Bukan, bukan maksud iri. Namun perhatian dan keposesifan Taehyung terbilang di luar nalar, untuk sekedar kata pertemanan. Tidak heran jika Jungkook terbawa perasaan sampai sedalam ini.
"Sakit yah?!" di bawanya Jungkook dalam pelukan, sekedar peringan, bukan penyembuh. "Boleh sakit, tapi bentar aja yah. Aku bantu kamu lupakan semuanya?!" seketika pelukan itu terlepas.
"Jangan bilang, kamu suka sama aku lagi?!" Bambam melotot, sahabatnya ini sakit hati kan, kenapa jadi otaknya juga ikut sakit?
"Anjir... Gak lah. Gila kamu ya. Kita sama posisi tau?!"
Jungkook berkedip-kedip, mencoba mencerna ucapan Bambam. "Kamu?!"
"Kkkk... Iya. Kaget yah. Tapi itulah kenyataannya Jung. Kehidupan di Negara kelahiranku sudah biasa dengan hal ini. Ini bukan kesalahan Jung. Kita tidak pernah tau apa rencana yang di atas. Kita hanya bisa menjalani Jung, ya gak?!" dan kini giliran Jungkook menarik sahabatnya dalam pelukan. Ia lega saat ini, setidaknya masih ada orang yang menganggap hal tabu ini bukanlah kesalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐘𝐎𝐔 (𝑻𝒂𝒆𝑲𝒐𝒐𝒌/𝑽𝑲𝒐𝒐𝒌)
Random"jika tidak bersamamu, maka tidak bersama siapapun" Kth. Itulah yang Taehyung sering gumamkan ketika penyesalan mulai menyelimuti.