Setelah ragu sejenak, Theodore berbicara.
"Aku harap anak kita tidak terlalu mirip denganku..."
"Kenapa?"
Aku bertanya sambil terkekeh, dan Theodore berhenti sebentar sebelum menjawab dengan ekspresi agak malu.
"Yah, aku cenderung terlalu sensitif..."
"Lebih tepatnya tanggap."
"Aku terlalu banyak berpikir dan mengkhawatirkan setiap detail kecil—"
"Berarti kau teliti, kan?"
"...Pokoknya, itu adalah kepribadian yang bisa melelahkan diriku sendiri dan orang lain."
Aku tertawa saat melihat kesadaran diri Theodore. Ia pun ikut tertawa, mungkin senang melihatku bahagia.
"Aku tidak sabar untuk bertemu anak kita."
"Aku juga."
Aku menggenggam erat tangan Theodore yang terjulur dari belakangku. Kesadaran bahwa aku memiliki seseorang untuk bersama selamanya memenuhi hatiku dengan emosi sekali lagi.
Kebahagiaan yang dulu terasa seperti mimpi aneh kini menjadi sesuatu yang sudah biasa. Aku tidak lagi takut bahwa ini hanyalah lamunan sesaat.
"Mari kita pastikan kita hidup panjang umur dan bahagia bersama."
"Tentu saja, kita akan melakukannya."
Theodore menempelkan bibirnya lembut ke pipiku sambil tersenyum lembut.
* * *
Anak-anak adalah makhluk yang sungguh luar biasa.
Mereka membuat kita merenungkan masa lalu kita dan mempertimbangkan bagaimana kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik.
"Lumiere, kemarilah. Kita harus segera berangkat."
Lumiere mengalihkan pandangannya dari burung-burung di taman saat mendengar panggilanku. Wajahnya persis seperti wajahku, dibingkai oleh rambut putih keperakan. Mata kirinya senada dengan mata hijauku, tetapi mata kanannya berwarna biru tua, persis seperti mata Theodore.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Hates Me, But He Lost His Memories (Book II)
Roman d'amour✾ Novel Terjemahan Korea ✾ BOOK II Author(s) : Sisse 시세 # sebagian terjemahan diedit dengan kata-kata sendiri # terjemahan ini tidak 100% akurat #