Hari mulai sore. Shawn melajukan motornya menuju studio. Pasti Nick dan Bruno sudah menungunya di sana. Shit! Ini semua karena Edward!
Orang suruhan ayahnya itu selalu saja datang mengganggunya."Tuan ingin sekali kau segera pulang. Penyakitnya sudah parah. Ada wasiat penting yang harus beliau sampaikan padamu."
Shawn menatap lurus jalan di depannya. Suara Edward kembali terdengar. Ayahnya sudah lama mengidap sakit gijal. Namun, dia tak mau menemuinya lagi.
Penyakit itu mungkin saja hukuman dari Tuhan karena kekejaman pria arogan itu padanya dan ibunya. Hati Shawn bergetar hebat setiap kali ia teringat masa kecilnya yang pahit.
"Anak bodoh! Ayo keluar!"
"Rasakan ini!"
Bug!
Bug!
"Shawn!"
"Hentikan!"
"Jangan siksa dia!"
Pukulan demi pukulan itu, juga tangisan dan rintihan ibunya. Semuanya masih terlihat jelas dalam memorinya.
Ayahnya memukuli dia sudah seperti aparat polisi yang sedang menyiksa seorang pesakitan kasus berat.
Apa salahnya?
Mengapa pria itu membuat masa kecilnya yang semestinya indah menjadi hal yang mengerikan saat diingat. Pria itu selalu menyiksa, memukul, menendang, bahkan mencekiknya.
Ayahnya bukan hanya seorang yang pemarah dan tempramental, tapi juga iblis yang haus darah. Dan wasiat yang disinggung Edward, mungkin kantor besar milik ayahnya.
"Aku menyekolahkanmu untuk jadi seorang pebisnis, bukan penyanyi tidak jelas! Buang benda tidak berguna itu, dan mulailah kenakan stelan jas lalu pergi ke kantor!"
"Aku tidak mau."
"Apa?"
"Musik adalah hidupku dan cita-citaku, aku tidak bisa meninggalkannya."
"Anak bodoh!"
Malam itu sedang turun salju. Dia ditendang dari bungalow ayahnya. Sambil menenteng gitar, Shaw berjalan meninggalkan semua kemewahan itu.
Semua itu terjadi dua tahun yang lalu. Tepatnya setelah pria itu menceraikan ibunya.
Shawn pikir, dia bisa tinggal dengan ibunya untuk sementara waktu. Namun, ayahnya selalu mengirim orang untuk mencarinya. Pria itu tidak akan membiarkan dia hidup maupun mati. kemana pun ia pergi selalu dipantau.
Sedang ibunya kini telah menikah lagi. Shawn turut bahagia atas semua itu. Meski sebenarnya ia tidak bisa menerima takdirnya yang terlahir sebagai anak broken home.
Pria itu bernama Mike, dia seorang dokter spesialis jantung. Mike bekerja di sebuah rumah sakit swasta. Sementara ibunya kini sibuk dengan pekerjaan barunya sebagai seorang desainer.
Itu memang cita-cita ibunya. Seperti dia yang juga menggemari musik, ibunya sangat mencintai dunia fashion.
Lampu merah menyala di pertigaan jalan. Shawn melambankan laju motornya. Dia melirik ke arah kafe yang berada di tepi jalan itu. Sepertinya Senorita masih bekerja di jam segini, pikirnya.
Shawn menggeleng, sebaiknya dia jangan sering mengganggu gadis itu. Segera dilepas kopling motornya saat lampu hijau menyala. Terlihat punggung pemuda itu berbelok ke arah gang kecil.
"Shawn, syukurlah kau sudah datang! Seorang gadis sedang menunggumu di dalam."
"Seorag gadis?"
Shawn mengernyit heran menanggapi ucapan Bruno.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENORITA
FanfictionFanfic Shawn Mendes dan Camila Cabello SENORITA Camila selalu memusuhi ayahnya dan menganggap pria itu adalah penyebab ibunya tiada. Hingga ia memutuskan hidup sendiri di kota terpencil di propinsi Salvador. Dia merubah namanya menjadi Senorita da...