3. Hari Bunga

35 6 1
                                    

Wajah tampan itu teramat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Juga senyuman yang memabukan itu, apakah ini yang dinamakan cinta pada pandanagn pertama?

Senorita tak sanggup menahan gejolak gila yang mendera jiwanya. Dia memilih untuk memejamkan mata saat pemuda itu mendekati. Namun, kapan sentuhan lembut itu menyapu bibirnya?

Tentu saja tidak, karena saat ini dia sedang terbaring di atas ranjang. Pestanya sudah selesai. Dua jam yang lalu dia dan Ester tiba di kamar pengap ini lagi.

Lantas, di mana Shawn?

Entahlah. Mungkin pemuda tampan idola para cewek di Salvador itu sedang mengorok di kamar hotel sekarang.

Ah, sial!
Kenapa dia kesulitan untuk melupakan Shawn?

Dan di pesta itu, dia bukan satu-satunya gadis yang diajak berdansa oleh Shawn. Senorita mengusap wajahnya lalu menggeleng. Cinta pada pandangan pertama, itu omong kosong.

"Kau tampak murung sejak tadi malam, kenapa?"

Ester bertanya pada Senorita. Tangannya sibuk mengoles selai kacang pada sepotong roti. Tidak biasanya pagi ini temannya itu bangun terlambat. Apa Senorita mabuk berat semalam?

Gadis cantik yang baru keluar dari kamar mandi tidak menjawab. Langkah Senorita tertuju pada lemari pakaian di sekitar. Setelah berdiri di depan cermin dan mengambil seragam kerjanya, dia melepas handuk dengan acuh.

Masih duduk di meja makan dan sambil memegang sepotong roti, mata Ester tertuju pada punggung polos Senorita. Dilihatnya gadis itu yang sedang mengenakan celana dalam. Dia belum menjawab pertanyaannya.

"Apa kau masih marah karena aku mengajak Toni ke pesta semalam?" tanya Ester lagi. Dia merasa cemas dan tak enak hati pada teman sekamarnya itu.

Senorita segera berdiri tegak usai merapikan stelan pendek warna merah muda yang ia kenakan. Dipandanginya siluet Ester yang muncul di cermin.

Dia menjawab dengan acuh tak acuh, "Aku sudah melupakan semua itu."

"Lantas, kenapa kau murung sejak tadi malam?" Ester bergegas menyerang dengan pertanyaan lain.

Dihela napas panjang oleh Senorita, "Aku cuma kepikiran tentang ayahku."

Ester tidak menimpali lagi. Dia tahu jika Senorita sedang berbohong.

~•~

"Ini hari bunga, apa kita harus beli satu untuk bertukar?" tanya Ester saat dia dan Senorita berjalan bersisian menuju kafe tempat mereka bekerja. Dia masih heran akan sikap temannya yang aneh sejak semalam.

Hari bunga?

Senorita menoleh ke sekitar. Dilihatnya orang-orang yang sedang memberikan bunga pada orang terkasih mereka.

Hari ini tanggal 18 Maret. Menyambut musim semi yang akan segera tiba, orang-orang akan membeli bunga dan menghadiahkannya pada seseorang yang dirasa cukup isimewa.

Sudah dua tahun dia dan Ester hanya bertukar mawar putih di hari bunga. Tidak ada yang memberinya mawar merah sebagai simbol satu perasaan yang isimewa. Jika dipikir-pikir, ini cukup menyedihkan.

"Hei, kenapa diam terus begitu? Jika kau mau, kita bisa tukeran bunga mawar putih sebagai simbol persahabatan yang abadi." Ester bicara lagi. Dia pun sedih melihat ekspresi temannya.

Senorita tidak punya pacar. Bahkan dia belum pernah mengencani seorang cowok.

Dia jadi tak enak hati untuk mengabarkan jika pacarnya, Noah sedang membeli buket bunga mawar merah untuk hari istimewa ini. Kasihan Senorita, dia tak tega mengatakan hal itu padanya.

SENORITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang