8. Malam Panas

115 3 1
                                    

Angin malam menerbangkan koran bekas di sekitar jalan. Keheningan yang terjadi saat langkah panjang Shawn berhenti di depan tiga orang pria yang sedang menyeret Senorita.

Gadis itu menatap dengan wajah cemas. Shawn membalas tatapan itu. Dia berusaha meyakinkan Senorita jika semuanya akan baik-baik saja. Maka dengan gagahnya ia menantang mereka.

"Lepaskan gadis itu atau aku akan mematahkan tangan dan kaki kalian."

Mendengar ucapan pemuda ingusan itu, tiga orang pria tergelak tawa.

"Bocah kemarin sore mau memerintah kita!" kata salah satu dari mereka sambil menoleh pada kedua temannya. Kemudian mereka tertawa begitu geli.

Shawn mengepalkan buku-buku jemarinya penuh emosi. Dia memang bukan lelaki yang mahir berkelahi, tapi dia akan menghajar orang-orang yang sudah mengganggu Senorita.

Bug!

"Shit!"

Satu pukulan Shawn berhasil membuat hidung salah satu dari mereka keluar darah. Dia tersenyum puas dan semakin percaya diri sekarang.

Cuma preman amatiran. Sepertinya tidak sulit menangani mereka, pikirnya.

"Brengsek!"

"Ayo hajar dia!"

Mereka bertiga maju secara bersamaan. Pisau lipat yang mereka tunjukkan membuat Senorita menjerit ketakutan. Dia menoleh pada pemuda di sampingnya. Shawn bisa mati konyol di sini.

Sama seperti Senorita, Shawn pun tidak yakin bisa menghadapi para bandit itu. Dia menoleh pada gadis di sampingnya. Senorita dibuat terkejut saat pemuda itu menyambar lengannya.

"Kita harus kabur sekarang!"

Senorita berusaha keras mengimbangi langkah panjang Shawn saat pemuda itu membawanya lari menuju motornya. Dilihatnya tiga orang pria itu yang terus mengejar mereka.

"Hei, jangan kabur kalian!"

Shawn melirik ke arah Senorita. Gadis itu tampak sangat ketakutan. Dia menyesal karena dulu tidak ikut kelas seni bela diri sewaktu kuliah. Sekarang hanya kabur yang bisa selamatkan mereka.

"Ayo cepat nyalakan motornya, Shawn!"

Senorita menjerit ketakutan. Dia sudah duduk di motor Shawn, dan para preman itu nyaris tiba pada mereka. Entah apa yang sedang Shawn lakukan. Motornya tidak juga dilajukan.

Shawn mulai panik karena motornya tiba-tiba mogok. Dilihatnya tiga orang pria itu yang sudah mendekat.

Oh, shit!

Dia berusaha menyalakan motornya lagi. Shawn sangat lega saat motornya berbunyi keras. Dia segera tancap gas. Namun, tiga orang pria itu tidak juga melepaskan mereka.

"Sial! Mereka masih mengejar kita!" Shawn menambah kecepatan motornya.

Tiga orang preman itu mengejar dengan motornya. Suara bising yang ditimbulkan membuat kepala Senorita mau pecah. Dia melingkarkan tangannya ke perut Shawn sangat erat. Rasa takut nyaris membunuh mereka.

"Cepat kejar mereka!"

Shawn melirik ke belakang. Motor para bandit itu cukup jauh tertinggal. Dia merasa lega sekarang. Namun saat mereka memasuki sebuah gang, Shawn dibuat sangat terkejut melihat sekumpulan geng motor yang sudah memblokir jalan mereka.

"Astaga ..."

Senorita menoleh ke depan. Dia pun sangat terkejut.

"Hei, Serahkan gadis itu!" teriak seorang pria yang berada di barisan paling depan. Dia duduk di motornya sambil memainkan pisau lipat.

SENORITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang