15. Saudara Tiri

20 2 0
                                    

Malam nyaris habis. Shawn menepikan motornya di pelataran rumah besar Mike. Ia segera berjalan cepat menuju teras. Sepi di mana-mana. Tidak heran karena sudah lewat tengah malam.

Ini semua karena dia mengunjungi ayahnya lebih dulu. Waktunya cuma terbuang sia-sia belaka. Shawn menggeleng tampak pusing. Ia lantas mengetuk pintu beberapa kali.

"Selamat malam, Tuan."

Seorang asisten rumah tangga segera menyapa saat langkah pemuda jangkung itu melangkah masuk. Shawn cuma mengangguk. Matanya memindai ke sekeliling. Apa pantas dia langsung melabrak Mike malam-malam begini?

Dia menggeleng sesaat, lantas berjalan cepat menuju anak tangga.

"Maaf, Tuan! Semua orang berada di rumah sakit sejak tadi siang."

Suara si asisten mengejutkan Shawn yang sedang menuju kamarnya. Langkahnya dihentikan. Ia lantas menoleh ke bawah di mana wanita paruh baya masih menunggu tanggapannya.

"Apa Mike sakit lagi?"

Wanita itu mengangguk. "Tuan Besar mengeluh sakit setelah makan siang. Nyonya Casandra dan Nona Camila segera melarikannya ke rumah sakit."

Shawn cukup terkejut mendengarnya. Dihela napas panjang olehnya sebelum melanjutkan langkahnya menuju lantai dua. Mike sakit lagi, dia jadi bingung sendiri. Padahal, amarahnya sudah siap diledakan ke wajah pria itu.

Shit!

Mike sudah menipunya. Pria itu mengatakan bahwa dia kenal dekat dengan pemilik gedung rekaman di pusat kota. Nyatanya saat dia dan teman-temannya ke sana, mereka malah diusir dengan tidak sopan.

Kasihan Nick dan Bruno. Mereka jauh-jauh datang hanya karena bualan Mike.

Benar-benar bajingan pria itu!
Ingin sekali dia menghajar ayah tirinya itu. Sudut pandanganya tentang Mike memang benar. Pria itu cuma omong doang!

"Aku sudah bicara dengan Tuan Sean. Kalian akan segera melakukan rekaman."

Omong kosong!

Shawn benar-benar kesal sampai tidak bisa tidur menunggu pagi tiba. Dia ingin segera pergi ke rumah sakit dan menghajar Mike.

Dia ingin tahu apalagi yang akan pria brengsek itu katakan sebagai alasannya. Dia sangat muak!

"Tuan, kami sudah siapkan sarapan untuk Anda."

Seorang asisten menyambutnya di bawah tangga saat Shawn keluar dari kamarnya. Pemuda itu cuma memasang wajah dingin menanggapi. Sarapan katanya?

Dia bahkan tidak mau makan apa pun sebelum menghajar Mike.

Setelah mengenakan jaket dan helmnya, Shawn segera tancap gas meninggalkan rumah besar itu. Meski ada banyak mobil mewah di garasi. Bahkan Mike memberinya hak untuk menggunakan mobil tersebut, dia tidak tertarik.

Shawn lebih mencintai motor antik yang ia beli dengan uangnya sendiri. Baginya kemewahan bukanlah satu-satunya yang bisa menghidupi manusia. Jika dia mau, ayahnya bisa belikan mobil sport paling mahal sekalipun.

Sayangnya, Shawn terlalu keras kepala dan punya gengsi tinggi. Dia lebih suka kesederhanaan yang berkelas. Seperti lagu-lagu romantis yang ia tulis. Kesederhanaan itu sendiri adalah kemewahan yang tidak ada bandingnya.

Motor Shawn menepi di pelataran rumah sakit di mana biasa Casandra membawa Mike cek up. Dilihatnya pula BMW hitam yang tampak berembun di sekitar. Itu mobil ibunya. Bergegas ia melangkah menuju lobi.

"Aku sudah baik-baik saja. Jangan cemas."

"Aku senang mendengarnya."

Dari ambang pintu, Senorita memandangi Casandra yang sedang duduk di samping ranjang pasien di mana Mike berbaring di tengahnya. Dia segera berpaling saat manik pria itu membidiknya.

SENORITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang