Bab 7

13.1K 2K 2.2K
                                    

Disarankan membaca bab ini pelan-pelan dan penuh penghayatan agar feel nya dapet hehe

Target: 1K votes dan 2K comments

Happy reading!

****

Zyana menatap dirinya dipantulan cermin, ia memegang kalung yang melingkar di lehernya, air matanya menetes, tetapi ia tak menghapusnya, tatapannya terfokus pada kalungnya melalui cermin.

"Umma.."

Ingatannya kembali berputar pada kejadian beberapa tahun silam, saat sang Ibu memberikannya kalung ini, itu adalah kali terakhir dirinya bertemu dengannya.

Zyana memakai kerudungnya dan beranjak keluar. Hari ini tak ada siapapun di rumah, Aryan tengah bekerja, Arshaka tengah di Pesantren bersama kedua anaknya dan juga Abyzar.

Zyana pergi mengenakam mobilnya, ia menuju tempat pemakaman umum, tetapi sebelum itu, ia membeli banyak bunga terlebih dahulu. Sesampai di pemakaman, Zyana melangkahkan kaki menuju blok pemakaman kedua orang tuanya.

Arshaka sengaja membuat pemakaman Abyan dan Zara dibatasi dengan pemakaman sekitar, juga ditambahkan tempat untuk penziarah agar bisa duduk di pinggir makam Abyan dan Zara. Tetapi Zyana lebih memilih duduk di tengah-tengah makam Abyan dan Zara.

"Assalamualaikum, Umma, Abba. Zyzy dateng."

Rasanya air mata Zyana sudah tidak bisa terbendung lagi, kini air matanya sudah membasahi pipi, ia menangis tanpa suara.

"Terima kasih udah dateng ke mimpi Zyzy semalem walaupun cuma sebentar aja, Zyzy seneng banget."

Dadanya terasa sesak, gadis itu meremas rerumputan yang berada di atas makam kedua orang tuanya, "Zyzy kangen kalian, Umma, Abba."

"Abba, dari Zyzy kecil Zyzy gak pernah lagi merasakan kasih sayang Abba, Zyzy gak punya Ayah kayak temen-temen Zyzy yang lainnya. Dari dulu, setiap ada acara di sekolah, selalu Umma yang dateng, pas perpisahan SD Umma dateng sama Bang Shaka disaat temen-temen Zyzy didatengin orang tua mereka yang masih lengkap, Zyzy sedih banget, tapi Zyzy tau Umma jauh lebih sedih dari Zyzy, bedanya Umma gak menunjukan kesedihannya didepan anak-anaknya. Zyzy tau setiap malem Umma nangis karena kangen Abba. Sampai akhirnya Umma nyusul Abba, sekarang kalian udah bareng lagi, kan?"

Air mata Zyana terjatuh, bersamaan dengan tubuh Zyana yang bersandar di batu nisan Abyan, "Zyzy kangen pelukan Abba."

"Abba, kalau Abba masih ada di sini, pasti Abba bakal kecewa banget sama Zyzy karena Zyzy udah menjadi anak perempuan yang gak baik, Zyzy lebih mementingkan diri Zyzy sendiri, Zyzy gak mikir gimana Abba dan Umma di sana yang sedih banget ngeliat kelakuan Zyzy di sini, Zyzy minta maaf, Ba. Maafin Zyzy."

Zyana menangis di batu nisan Abyan, ia meluapkan segala rasa sedihnya, hingga dirinya sudah jauh lebih tenang, ia berpindah bersandar di batu nisan Zara.

"Umma.." tangis Zyana kembali pecah.

"Umma, kenapa perempuan gak bisa memberontak? Kenapa perempuan harus mengikuti perintah laki-laki? Kenapa perempuan gak punya kekuatan untuk memilih jalannya sendiri? Kenapa, Umma?"

"Zyzy tau rasa sakit yang Umma rasain pas Umma dijodohin sama orang yang gak Umma cinta, sekarang Zyzy ada di posisi itu, Umma. Zyzy mau memberontak, tapi Zyzy gak bisa, Zyzy tau Bang Shaka lakuin ini karena mau yang terbaik untuk Zyzy, tapi rasanya tetep sakit, Umma."

"Umma, rasanya sedih banget karena gak ada yang bisa mengerti perasaan Zyzy, walaupun Zyzy tau Bang Shaka, Bang Aryan, dan Abyzar selalu menjadi saudara yang baik untuk Zyzy, tapi mereka laki-laki, Umma. Mereka gak tau gimana rasanya jadi perempuan. Andai Umma masih ada di sini, Zyzy pasti punya tempat curhat terbaik."

"Umma, Zyzy kangen Umma. Kenapa semalem datengnya cuma sebentar?"

"Sebentar lagi Zyzy menikah, semoga Zyzy bisa menjadi istri yang baik kayak Umma, Zyzy sayang Umma."

Zyana berharap kedua orang tuanya dapat mendengar semua keluh kesahnya, walaupun orang berpikir mungkin Zyana sudah gila karena berbicara dengan makam, tetapi Zyana tak memikirkan itu, ia menganggap kedua orang tuanya mendengar semuanya, mengerti perasaannya, dan ada bersama dirinya sekarang ini.

Cukup lama Zyana berada di makam Abyan dan Zara, sampai 15 menit kemudian Zyana baru bisa menenangkan dirinya, ia berdoa untuk kedua orang tuanya, setelah itu menaburkan bunga di makam kedua orang tuanya.

Zyana mencium batu nisan Abyan dan Zara, "istirahat yang tenang, my first love. Doa anak-anak kalian selalu untuk kalian, kita berkumpul lagi nanti di Surga Allah, ya. I love you both so much more than my self and anything in this world."

Zyana membuka kamera ponselnya, ia berselfie dengan makam kedua orang tuanya, lalu beranjak berdiri, ia melambaikan tangan, "Zyzy pulang dulu, ya. Nanti Zyzy ke sini lagi, bye-bye lovebird. Assalamualaikum."

Setelah kepergian Zyana, datanglah seorang pria yang sejak tadi berada tak jauh dari makam Abyan dan Zara, pria itu duduk di tempat yang tadi Zyana dudukkan.

"Assalamualaikum, Gus Abyan, Ning Zara."

"Perkenalkan, saya Muhammad Alfaruk, saya laki-laki yang Gus Arsha minta untuk menikahi putri kalian, Ning Zyana."

"Saya datang ke sini ingin mendoakan Gus Abyan dan Ning Zara agar kalian merestukan dan meridhoi pernikahan saya dengan Ning Zyana. Saya berjanji saya akan membahagiakan Ning Zyana, saya akan memberikan segalanya yang saya miliki untuk Ning Zyana, dan saya berjanji hanya Ning Zyana yang akan menjadi pendamping saya seumur hidup."

Ustad Faruk membacakan doa ziarah kubur untuk Abyan dan Zara, sebelum akhirnya beranjak pergi dari pemakaman.

****

Aku tau ini sangat pendek, sengaja hehe

Mau di update lagi? Tembusin target secepatnya yaa

Jakarta, 18 Juli 2024

ATHARRAZKA 3: ZyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang