Bab 25

6.4K 1.5K 1.5K
                                    

Target: 2K votes and 2K comments!

****

Perlahan tangan Ustad Faruk memeluk tubuh istrinya, Zyana menyandarkan kepalanya di bahu lebar Ustad Faruk, sedangkan pria itu menghujani kening Zyana dengan kecupan.

Keduanya memejamkan mata, merasa nyaman dengan berpelukan seperti ini, angin sejuk menghembus wajah mereka, hingga tak sadar sudah berapa lama mereka berpelukan seperti ini, Ustad Faruk merasakan tetesan air hujan mengenai wajahnya, ia membuka mata dan mendongak menatap langit yang tampak mendung.

"Sayang, mau hujan," bisiknya pada sang istri.

Zyana ikut menengadahkan kepalanya, "kalau kita pulang, pasti kehujanan."

"Kita berteduh di warung dulu, ya?" Zyana menyetujui, mereka bergenggaman tangan menuju warung tempat Ustad Faruk memarkirkan motor.

Ada beberapa orang yang juga berteduh di warung, untung saja masih ada meja kosong, mereka segera duduk di sana. Seorang pegawai warung memberikan mereka menu makanan dan minuman.

"Kamu mau apa?" Tanya Ustad Faruk.

Zyana mengamati menu tersebut, "mau mie rebus pake telor, sawi, cabe, cuanki, boleh?"

Pria itu terkekeh dan mengangguk, "boleh, Sayang."

Pria itu menulis pesanan makan dan minum mereka, lalu memberikannya ke pegawai tersebut, kemudian ia duduk kembali di sebelah Zyana, keduanya memandang kebun teh yang mulai dibasahi air hujan.

"Kamu pernah ke sini?" Zyana membuka obrolan.

"Enggak, ini pertama kali ke kebun teh, kehujanan, berteduh di warung ini, biasanya cuma lewatin jalan kebun teh aja, nggak pernah berhenti."

Senyum Zyana merekah, "yeay, sama-sama pertama kali!" Serunya bahagia.

Ustad Faruk terkekeh, ia mengusap kepala Zyana, "aku nggak bawa jas hujan, kita berteduh sampai hujan reda, ya?"

Wanita itu mengangguk, ia mengedarkan pandangannya ke penjuru arah, matanya menangkap sebuah pedagang buah stroberi yang sedang berteduh, membuat Ustad Faruk ikut memandang arah pandang Zyana.

Tanpa berbicara, pria itu beranjak menuju pedagang tersebut, berbicara menggunakan bahasa Sunda yang tak Zyana mengerti artinya apa, lalu kembali menghampiri Zyana dengan membawa 4 kotak mika stroberi.

"Mau, kan?" Tanya pria itu seraya membuka satu kotak mika stroberi tersebut.

"Aku belum bilang loh."

"Aku tau kamu mau."

Zyana tersenyum, "peka banget, terima kasih, ya."

"Sama-sama, kamu cobain, mungkin rasanya sedikit asam karena sekarang belum masanya panen stroberi, jadinya sulit untuk dapet stroberi yang manis," jelas Ustad Faruk.

Zyana mengambil satu buah stroberi, menggigitnya, seketika ia memejamkan mata, kepala wanita itu mengangguk-angguk, "iya, asem tapi ada manisnya, kamu cobain deh."

Ustad Faruk memegang tangan Zyana yang tengah memegang potongan stroberi yang sudah digigit, lalu ia mengarahkan tangan Zyana pada mulutnya, pria itu ikut menggigit stroberi milik Zyana hingga habis, matanya terpejam beberapa saat sebelum ia kembali mengunyah stroberinya, sedangkan Zyana melongo melihat apa yang baru saja suaminya lakukan.

"Iya, sedikit asam, cocok untuk dibikin smoothies atau dimakan pakai selai cokelat," komentar pria itu.

Ibu jari pria itu mengusap bibir Zyana yang sedikit terbuka, "tapi aku lebih suka rasa stroberi yang berasal dari sini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ATHARRAZKA 3: ZyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang