Bab 23

11K 1.7K 690
                                    

Happy 300K reads! 🫶🏻

Kalau vote dan comment nya banyak, besok aku update lagi!

****

Pagi-pagi sekali, setelah sarapan, Ustad Faruk dan Zyana menuju makam orang tua Ustad Faruk yang berjarak 2 kilo meter dari rumah. Mereka tiba di makam yang terlihat masih banyak lahan kosong, tak sepadat tempat pemakaman umum di Jakarta.

Tangan Zyana tak lepas dari genggaman Ustad Faruk, pria itu berjalan di depan, sedangkan Zyana berada di belakangnya, dengan tangan yang saling menggenggam, Zyana menatap sekeliling makam.

Mereka berhenti di hadapan dua pusara yang bisa Zyana baca nama tersebut merupakan nama kedua mertuanya. Tak ada kursi atau alas untuk duduk peziarah seperti di makam Abyan dan Zara, alhasil Ustad Faruk berjongkok di tengah kedua makam orang tuanya, ia mencabuti rumput liar yang memanjang, menyisakan rumput-rumput pendek agar makam terlihat lebih rapih.

"Kamu berdiri aja, nanti kotor," ucap Ustad Faruk dengan mata yang masih sibuk mencabuti rumput liar tersebut.

Tetapi Zyana tak menghiraukan, ia ikut berjongkok di sebelah suaminya, ikut mencabuti rumput liar, membuat sang suami menoleh menatapnya, "nanti kotor, Sayang."

"Aku nggak takut kotor, lagi pula ini makam mertuaku, bukan makam orang nggak dikenal, aku nggak mau kayak tuan puteri yang cuma diem ngeliatin suamiku bersihin makam orang tuanya."

Senyum tipis terbit di bibir Ustad Faruk, ia kembali melanjutkan membersihkan makam, setelah itu berdoa untuk kedua orang tuanya, diikuti oleh Zyana. Selama 5 menit, mereka baru selesai berdoa, Ustad Faruk pun menaburi bunga di atas pusara kedua orang tuanya.

"Mau juga." Zyana mengambil segenggam bunga tabur lalu ikut menaburinya di atas makam. Hingga bunga tersebut telah habis, kedua makam itu sudah dipenuhi dengan bunga.

"Abah, Ambu, Faruk datang bersama istri Faruk, namanya Zyana."

Zyana mengembangkan senyumnya, ia mengusap nisan Ibu mertuanya, "hai Abah, Ambu, namaku Zyzy, aku istrinya Alfaruk. Terima kasih karena udah melahirkan dan merawat Alfaruk, laki-laki ini tumbuh menjadi laki-laki yang baik dan sangat menghargai istrinya, kalian pasti bangga."

Ustad Faruk tersenyum kecil mendengarnya, "Faruk juga sangat beruntung karena menikahi wanita baik seperti Ning Zyana, Mbu, Bah. Wanita tercantik yang pernah Faruk temui, setelah Ambu."

"Abis Ambu dan aku, siapa lagi wanita cantik nomor 3 yang kamu temui?" Tanya Zyana penasaran.

"Belum ditemukan."

"Masa sih?"

"Hm, karena masih ada di dalam sini." Tangan Ustad Faruk menyentuh perut Zyana, membuat Zyana salah tingkah, ia mencubit lengan suaminya lalu membuang wajah ke arah lain.

Bisa-bisanya masih pagi mereka beromantisan seperti ini di makam.

****

Sebenarnya, Ustad Faruk tak ingin Zyana bertemu dengan Asih, ia tahu betul bagaimana istrinya, wanita itu sangat posesif, Zyana tak segan-segan melakukan apa pun demi orang-orang yang ia sayang.

Tetapi, ia tak mungkin melarang istrinya untuk bertemu dengan Asih, tak ada alasan yang spesifik, akhirnya saat ini mereka sudah berada di depan rumah Asih.

Rumah yang berbeda dari rumah-rumah di sekitarnya, rumah Asih merupakan rumah paling besar sepanjang jalan menuju ke sini, memiliki pagar, dan dua pintu. Seperti rumah di kota.

Zyana menatap suaminya, memintanya untuk mengetuk pintu, pria itu pun mengetuk pintu seraya mengucapkan salam, Zyana hanya menunggu saja. Tak ada sahutan, Ustad Faruk kembali mengetuk pintu seraya mengucap salam, tak lama kemudian terdengar suara slop kunci, kemudian pintu tersebut terbuka.

ATHARRAZKA 3: ZyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang