Bab 13

13K 1.9K 1.6K
                                    

Ternyata gak bisa tembus 2K votes ya? Padahal yang baca 10K 🥲

Yasudah, target 1,5K votes and comment!

Yasudah, target 1,5K votes and comment!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Jujur saja jika Zyana sudah merasa muak karena harus menahan senyum selama 3 jam karena tamu terus berdatangan tanpa henti. Hei, bukankah ia meminta pernikahan sederhana hanya akad saja tanpa resepsi? Bahkan, Zyana tak mengundang satu pun temannya, tak ada yang mengetahui jika Zyana menikah hari ini.

Tetapi Arshaka mengundang rekan-rekannya, pengurus Pesantren dari manca kota, dan banyak rekan kerja sama Arshaka.

"Capek banget, ya Allah," gumam Zyana, tetapi mampu didengar oleh Ustad Faruk, pria yang sekarang telah resmi menjadi suami Zyana.

"Kamu duduk, biar saya yang menyambut tamu," ucap Ustad Faruk tanpa menoleh pada Zyana, tetapi gadis itu sontak menoleh menatap pria disebelahnya.

"Acaranya masih lama gak sih?" Tanya Zyana.

"30 menit lagi selesai, karena akan masuk waktu Shalat Jumat."

"Boleh gak, saya ke dalam duluan?" Mendengar pertanyaan Zyana membuat Ustad Faruk menoleh menatap istrinya.

Pria itu mengangguk, "mau saya antar?"

"Gak usah, Ustad nyambut tamu aja."

Ustad Faruk mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Aryan, ternyata pria itu tengah berbincang dengan salah satu Dewan Pesantren. Karena Dewan tersebut melihat Ustad Faruk yang menatap ke arah Aryan, ia pun memberitahu Aryan sehingga Aryan ikut menatap Ustad Faruk.

Aryan menghampiri Ustad Faruk, "kenapa?"

"Mohon maaf sebelumnya, boleh saya merepotkan kamu sedikit? Ning Zyana kelelahan, tolong bawa Ning Zyana ke dalam, saya ingin mengantarnya, tetapi saya masih harus menyambut tamu."

Mendengar perkataan Ustad Faruk membuat Aryan mengernyit, seperdetik kemudian ia tertawa, "lo minta tolong sama gue untuk bawa adik gue ke ndalem?" Ustad Faruk mengangguk membenarkan.

"Ngapain minta tolong segala sih." Aryan menatap Zyana, "suami kamu terlalu sopan, Zy." Ia terkekeh lalu menggenggam tangan adiknya, membawanya menuju ndalem.

"Bukankah sudah seharusnya saya berkata seperti itu?" Gumam Ustad Faruk, bingung.

****

Sesampai di kamar, Zyana duduk di tepi ranjang, ia mendengus sebal melihat ranjangnya yang telah dihias, siapa yang melakukan ini? Kurang kerjaan sekali, pikir Zyana.

Gadis itu membersihkan wajahnya, setelah itu mengganti pakaiannya yang memang sengaja ia bawa untuk pakaian ganti, setelah itu Zyana berbaring di ranjang dan memainkan ponselnya, rasanya lega sekali bisa berbaring seperti ini.

ATHARRAZKA 3: ZyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang