EL - 03

459 21 0
                                    

Tak terasa, sudah tiga tahun Nina menjadi bagian dari keluarga Ervatra. Selama waktu itu, hidupnya telah berubah jauh dari masa-masa kelam yang pernah dialaminya. Sekarang, ia hampir memasuki masa SMA dengan semangat yang baru. Bisnis kue kecil yang dirintisnya, didanai oleh Damar, semakin berkembang pesat. Kue-kue yang dibuatnya tidak hanya enak, tetapi juga menarik perhatian banyak orang dengan desain yang cantik dan menggoda.

Di suatu pagi yang cerah di dapur, aroma manis dari kue-kue segar memenuhi ruangan, menciptakan suasana hangat dan nyaman. Nina, dengan penuh konsentrasi, sedang mengaduk adonan, tangan kecilnya bergerak lincah mengikuti resep yang telah dia pelajari dengan seksama. Setiap kali ia melihat hasil kreasinya, rasa bangga menyelimuti hatinya. Tiba-tiba, suara langkah ceria mengganggu ketenangannya.

“Wah, Nina, bisnismu semakin berkembang ya?” Zafran yang baru masuk, menghirup aroma kue yang menggoda.

Nina menoleh, senyum cerah langsung menghiasi wajahnya. “Iya, Kak Zaf. Papa sangat membantu aku dalam memulai ini semua.” Rasa syukur dan kebanggaan terpancar dari setiap kata yang diucapkannya.

Zafran, dengan sifat jahilnya, tanpa ragu menyambar satu kue kecil dari atas meja. “Bisnis booming begini, pasti kamu punya banyak penggemar ya. Apa aku boleh mencoba ini?” tanyanya sambil menggigit kue tersebut.

Nina cepat-cepat menegur, “Kak Zaf! Itu pesanan untuk pelanggan, jangan dimakan sembarangan!” Suaranya penuh keprihatinan, tapi sulit baginya untuk menyembunyikan senyumnya.

Zafran tertawa kecil, senyum nakal menghiasi wajahnya. “Tenang aja, Nina. Aku hanya ingin memastikan kualitasnya,” jawabnya, dengan nada penuh candaan.

Meskipun sedikit frustrasi, Nina tak bisa menahan senyumnya. “Kamu itu selalu saja,” katanya sambil merapikan kembali kue-kue yang telah disusunnya, memperlihatkan sifat sabarnya.

Di luar kesibukan bisnisnya, Zafran sering mengajak Nina untuk makan malam di luar atau sekadar jalan-jalan di taman. Pada suatu sore yang damai, mereka duduk di sebuah taman yang tenang, menikmati pemandangan senja yang menakjubkan. Langit berwarna oranye dan merah menciptakan latar belakang yang sempurna untuk momen mereka.

“Nina, kamu tahu tidak, Kak Zaf benar-benar kagum dengan kemampuanmu mengelola bisnis ini,” kata Zafran tiba-tiba, menatap Nina dengan serius.

Nina terkejut mendengar pujian itu. “Serius, Kak Zaf? Aku pikir kamu tidak begitu peduli,” jawabnya, rasa tidak percaya mencuat.

Zafran menggeleng, “Tidak, Nina. Aku peduli. Kamu pintar, lebih dari yang kamu kira.” Kata-kata itu menjadi pengakuan yang sangat berarti bagi Nina.

Senyum tipis muncul di wajahnya. “Terima kasih, Kak Zaf. Aku juga belajar banyak dari kamu.” Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati kehangatan suasana senja yang memancar dari langit.

Namun, waktu tidak bisa berhenti. Zafran akhirnya menyelesaikan kuliahnya dengan prestasi gemilang. Kebanggaan meliputi hati setiap anggota keluarga Ervatra, tetapi rasa sedih pun mulai menghampiri ketika Zafran mengumumkan keputusannya untuk melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri. Damar dan Vira merasa campur aduk—bangga dengan pencapaian Zafran, tetapi juga sedih harus berpisah dengannya untuk waktu yang tidak ditentukan.

“Saya akan merindukanmu, Zafran,” kata Vira, dengan mata berkaca-kaca, menahan air mata kebahagiaan dan kesedihan.

Zafran tersenyum hangat, mencoba menenangkan ibunya. “Jangan khawatir, Ibu. Saya akan kembali dan membawa pengalaman baru untuk keluarga kita.” Janji itu menghangatkan hati mereka semua.

Di sisi lain, Nina baru saja memulai kuliahnya dan tinggal bersama Damar dan Vira. Meskipun Zafran akan pergi, hubungan mereka bertiga tetap erat. Damar terus mendukung bisnis kue Nina, bahkan ikut berperan dalam pemasaran dan promosi kue-kue buatannya. Vira pun selalu ada untuk memberikan nasihat dan dukungan moral, mendorong Nina untuk terus berjuang.

“Sudahlah, Nina. Kamu harus lebih percaya diri di kampus,” ujar Damar sambil menyantap kue yang dibuat Nina. Suara Damar penuh kasih sayang, menciptakan rasa nyaman di hati Nina.

Nina tersenyum, merasa hangat dengan dukungan mereka. “Terima kasih, Pa. Aku akan mencoba yang terbaik.” Harapan dan semangatnya tidak akan pudar, berkat cinta dan dukungan dari keluarganya.

Meskipun terpisah jarak, keluarga Ervatra tetap kompak. Mereka saling mendukung dan menjaga hubungan erat. Setiap hari, Nina belajar mengelola bisnis kecilnya dengan bantuan Damar, dari memilih bahan baku yang berkualitas hingga merancang kemasan yang menarik. Ia juga terus mengembangkan keterampilannya di stasiun televisi bersama Vira, terlibat dalam berbagai program yang membantu meningkatkan kepercayaan dirinya.

Zafran, meskipun berada di luar negeri, tetap berkomunikasi dengan mereka melalui video call. Setiap kali terhubung, Nina dan Damar merasa seolah Zafran masih ada di samping mereka. Zafran membagikan pengalaman barunya, mulai dari kuliah hingga budaya baru yang ia temui. Rasa kangen selalu ada, tetapi komunikasi yang baik menjaga ikatan mereka tetap kuat.

“Bagaimana kuliah di sana, Kak Zaf?” tanya Nina dengan penuh semangat saat mereka terhubung.

“Itu menyenangkan, Nina. Banyak hal baru yang bisa aku pelajari. Tapi, aku merindukan masakanmu,” jawab Zafran, tersenyum.

Nina tertawa, “Tunggu saja, begitu kamu kembali, aku akan membuat kue spesial hanya untukmu!” Harapan itu menjadi jembatan yang menghubungkan mereka, memberi mereka sesuatu untuk dinanti.

Satu hari, Damar mengajak Nina untuk menyiapkan sebuah kejutan kecil untuk Zafran saat dia pulang. Mereka mulai merencanakan pesta kecil untuk menyambut kepulangan Zafran, lengkap dengan kue-kue yang dibuat oleh Nina. Proses persiapan itu membawa Nina lebih dekat dengan Damar, dan mereka berbagi tawa serta cerita tentang pengalaman masing-masing.

“Pesta ini akan menjadi momen yang tak terlupakan, Pa. Aku ingin Zafran merasa bangga pulang ke rumah,” kata Nina dengan semangat.

“Dan kita akan membuatnya spesial, Nina. Ini adalah cara kita menunjukkan betapa kita merindukannya,” jawab Damar, matanya berbinar penuh harapan.

Waktu terus berlalu, dan dengan setiap hari yang berlalu, Nina merasakan pertumbuhan dan perkembangan dalam dirinya. Mimpinya untuk menjadi pengusaha sukses semakin mendekat, didukung oleh cinta dan perhatian keluarganya. Meskipun ada tantangan, semangat untuk terus belajar dan tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih ini membuatnya tak tergoyahkan.

Ketika Zafran akhirnya kembali ke rumah, suasana di keluarga Ervatra dipenuhi dengan keceriaan. Mereka merayakan kepulangan Zafran dengan penuh suka cita, mengingatkan mereka akan pentingnya ikatan keluarga. Nina menyadari bahwa meskipun hidup membawa perubahan dan tantangan, cinta dan dukungan dari keluarga adalah hal yang paling berharga.

Dengan setiap pengalaman, mereka belajar untuk saling mendukung dan tumbuh bersama. Di bawah atap rumah Ervatra, mereka adalah satu kesatuan, saling menguatkan dan memberi arti pada setiap langkah yang diambil.

Eternal Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang