Ini sudah lewat dari pukul tujuh malam, aku pun sudah melewatkan jam makan malam. Bujuk rayu Al dan Arun tak mempan buatku ingin bergabung di meja makan sana.
Berdebat dengan Ayah dan Kak Ravendra tadi sore benar-benar buat nafsu makanku hilang, mungkin juga dengan semangat hidupku. Jujur saja teman-teman, aku merasa lelah sebelum berperang.
"Ayah-"
"Diam! Kamu benar-benar sudah membuat Ayah kecewa El!"
"Ayah tidak habis pikir, apa sih yang ada di kepala kamu? Sudah berkali-kali Ayah peringatkan, jangan menggunakan energi kekuatanmu di dunia manusia! Apa lagi sampai kau memberitahu orang asing siapa kau sebenarnya!"
"Kau sudah melanggar peraturan kerajaan, Ellio!" Sambungnya.
Tak kulihat wajah marah pada ayah dan kak Ravendra saat itu tapi raut kecewa sangat jelas tampak pada keduanya.
"Lalu apa yang harus aku lakukan? Membiarkan semua kekacauan ini?"
"Apa aku harus membiarkan peperangan itu terjadi terus-menerus? Apa aku harus membiarkan kondisi kesehatan baginda raja semakin memburuk? Dan apa harus aku merelakan anak ketigamu pergi?"
Aku menggeleng bersama air mata yang sudah menumpuk di pelupuk.
"Tidak Ayah, aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi! Aku tidak akan pernah rela jika Kak Altan menjadi golongan dari mereka!" Kubiarkan air mataku jatuh bersama segala ucapan emosional yang tumpah pada mereka.
Ayah menghela napas sekaligus, bahkan kepalanya tertunduk sambil berkacak pinggang. Ayah pun tampak frustasi oleh masalah yang belakang ini sedang terjadi.
"Tapi tindakanmu itu sangat gegabah, El. Pengakuanmu barusan akan mengancam nyawamu," ucap Kak Ravendra.
"Haruskah aku peduli dengan nyawaku sendiri, ketika sudah banyak nyawa rakyat Arsakha yang hilang karena aku?"
"Ah?" Mata Ravendra melebar bahkan Ayah mengangkat kepalanya menatapku tajam.
"Peperangan itu, dan apa yang terjadi pada Baginda Raja dan Kak Altan, itu semua karena aku. Andai kesatria acapalati itu muncul lebih awal, mungkin penyerangan kerajaan Cerano terhadap kerajaan kita tidak akan pernah ada, dan Kak Altan tidak harus bertemu Geges yang sedang mencari keberadanku di sini,"
Aku menatap beberapa saat dua laki-laki yang berdiri di hadapanku ini sebelum terpejam bersama beberapa tetes air mata karena melihat sekelebat bayangan memilukan tesirat di benakku.
Cklek!
Seseorang membuka pintu kamar, memutus lamunanku. Aku menoleh dan kutemukan pangeran berambut ungu itu sudah tersenyum padaku di ambang pintu.
"Kau mau ikut ke panti?"
***
Mobil sedan itu kini terparkir di halaman alamat yang dituju. Ini sudah pukul sembilan malam, tapi manusia berambut ungu itu memaksaku untuk ikut meski aku sempat menolak ajakannya. Ikut ke panti sama saja aku bertemu Geges!
Tok, tok, tok!
Tok, tok, tok!
Setelah beberapa kali Kak Altan mengetuk, pintu utama rumah itu terbuka dari dalam. Geges tampak terkejut melihat kedatangan kami yang mendadak tak memberinya kabar sama sekali, terlebih Kak Altan datang tidak sendiri, dia membawa dua adiknya ke sini.
"D-dokter?" Ucap Geges terbata-bata.
"Gila cakep banget!" Perempuan remaja itu lantas membekap mulutnya sendiri, kala sadar jika suaranya berhasil mengalihkan seluruh pasang mata menatapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/365216385-288-k96484.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MYSTERY OF THE ACALAPATI [PANGERAN KELIMA 2]
FantasyKehidupannya tak lagi menyandang gelar sebagai Pangeran Kelima. Ellio kembali berbaur dengan hirup pikuk Ibu Kota. Meski tak ada lagi tuntutan sebagai seorang Pangeran, Ellio tak menampik jika dia tak bisa lari dari perannya sebagai kesatria Acapala...