Janji Terakhir

143 38 64
                                    

"Kau dari mana saja?" Tanya Zalwa.

Kami tidak sengaja berpapasan di salah satu koridor istana.

"Kau tahu, kalau kondisi baginda raja semakin memburuk?"

"Ah?"

"Dan dia terus menanyakanmu, El,"

"Aku baru pulang dari perbatasan bagian utara,"

"Kau pergi ke sana seorang diri tanpa pengawalan?"

Aku mengangguk.

"Kau pergi ke sana untuk menemui Altan?"

Sekali lagi aku mengangguk.

"Untuk apa?! Sedangkan di sini ada hal yang harus lebih kau prioritaskan, El!" Zalwa tampak kesal malam ini.

Iya aku tahu, aku sudah menyadari kondisi buruk baginda raja dari semenjak dia memanggilku ke kamarnya kemarin. Tapi bagiku persoalan Kak Altan pun tidak kalah penting, aku harus meluruskan masalah ini segera, akup khawatir pedang belati itu benar menusuk mangsanya.

"Sekarang lebih baik kau segera temui baginda raja," Zalwa menarik tanganku hendak memabawaku ke kamar baginda, namun langkahku bak tertanam, aku menggeleng, aku benar-benar belum kuasa menghadap padanya.

"El!"

"Aku belum bisa menghadap padanya,"

"Why?" Zalwa menatapku tidak mengerti.

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Zalwa secara langsung, aku lagi-lagi terdiam kala ingatanku tertarik munduk kebelakang.

"Bawa dia padaku,"

Itulah yang Paman katakan saat aku menemuinya di kamar kemarin sore.

"Aku ingin melihatnya sebelum aku pergi,"

Saat itu aku tak kuasa menyanggupi permintaannya, meski aku tahu dia menitipkan harapan besar dalam genggaman tangannya padaku.

Namun, kembali aku mempertanyakan sendiri, apa aku sanggup membawanya ke hadapan baginda raja?

***

"Paman, kondisi kawasan Utara sudah sangat memprihatinkan, apa yang ingin kau lakukan sekarang?"

Paman menghela napas pelan.

"Aku akan melepaskan kawasan utara,"

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Bukankah seharusnya kita mempertahankan kawasan itu demi Rakyat sampai tetesan darah terakhir,"

Paman tersenyum.

"Seorang pemimpin bukan hanya soal berkuasa dan berani bertaruh nyawa demi rakyatnya, tanggung jawabnya lebih dari itu. Memberikan kedamaian dan kesejahteraan bagi rakyatnya adalah yang terpenting. Seorang pemimpin tidak berpikir bagaimana orang lain akan mengenangnya, tapi bagaimana dia memberikan banyak kenangan baik pada semua orang,"

"Jadi melepas satu kawasan demi kesejahteraan dan kedamaian banyak rakyat di luar sana itu jauh lebih baik di bandingkan berperang tapi kau tidak bisa melihat kedamaian itu nantinya,"

"Apa seorang pemimpin selalu berpikir seperti itu?"

"Seseorang yang berjiwa pemimpin tidak akan mementingkan kepentingannya sendiri, El. Dia pandai meredam egonya untuk memutuskan kebijakan terbaik,"

Kakiku berjalan cepat menyusuri koridor istana setelah Ariel menghampiri kami berlima di ruang keluarga dan mengabarkan jika kondisi baginda raja sedang kritis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MYSTERY OF THE ACALAPATI [PANGERAN KELIMA 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang