Who's he?

377 64 41
                                        

Sssttt!

Jalanku terhenti mematung beberapa saat memperhatikan seorang laki-laki yang berjalan berlawanan arah denganku. Sudah satu minggu ini kepalanya selalu tertunduk menatap langkah dua kakinya, dan selama itu juga tidak pernah ada interaksi diantara kami.

Namun bukan berarti aku mengabaikannya begitu saja. Diam-diam aku memperhatikan dan mengawasi si pangeran kedua dari kerajaan Cerano itu. Semenjak perdebatanku dengannya dia tampak kehilangan semangat hidup. Tidak ada yang Geges lakukan lagi selain diam duduk di kelas seorang diri.

Jika kalian berfikir aku menjauhinya, iya itu memang benar. Tujuh hari ini aku menjauhinya, kubiarkan dia sendiri dulu, berharap dia menggunakan waktu sendirinya untuk berpikir.

Bruk!

Dan sepertinya benar, waktu sendirinya dia gunakan untuk berpikir. Entah seberapa bayak hal yang dia pikirkan sampai-sampai dia tidak menggunakan matanya untuk melihat jalan dan menabrakku yang sudah diam berdiri memperhatikannya sedari tadi.

"Ah, maaf-maaf," Geges mendongak. Dia sempat terhenyak kaget ketika melihat siapa yang sudah dia tabrak.

"E-El,"

Aku tidak merespon apa pun dan hanya menatapnya dengan tatapan sedingin kutub.

"M-maaf,"

Aku menghela napas pelan. "Apa hidupmu digunakan hanya untuk meminta maaf?"

"Ah?"

"Kau tidak ingin menjelaskan sesuatu?" Aku melirik sebuah gulungan kertas di tangannya.

"Tidak ada," Geges menggeleng.

"Ah, baiklah. Tapi jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu kepadamu,"

Aku menggeleng pelan lantas pergi meninggalkannya. Dasar, anak itu benar-benar batu. Setidaknya dia mengatakan sesuatu selain kata maaf. Jika saja dia mau menjelaskannya, mungkin aku akan-

Sssttt!

Jalanku terhenti. Aku menoleh kebelakang. Energi hitam itu menghilang setelah kepergian Geges. Iya, itulah alasan kenapa aku menghentikan jalan ketika melihat keberadaan anak itu barusan. Dari kejauhan aku sudah dapat merasakan ada energi hitam yang membuntutinya, namun entah siapa? Aku tidak melihat sosok itu.

Tapi kurasa aku tidak perlu mengkhawatirkannya, dia bisa mengatasinya sendiri.

"AKH!"

Kakiku yang hendak melanjutkan jalan tertahan sudah, ketika kemampuan pendengaran superku menangkap suara teriakan dari jarak puluhan meter.

Geges?

Aku menghela napas sekaligus.

Aish, sial!

Aku segera memutar arah, berlari secepat yang kubisa, mencari keberadaannya. Hingga sampailah aku di sebuah gedung tak terpakai tidak jauh dari gedung fakultasku.

Iya, aku yakin suara teriakan Geges berasal dari sini. Aku mengedarkan pandangan dengan langkah tak putus mencarinya. Dan pada akhirnya kakiku berhenti tepat di depan pintu salah satu ruangan.

Tidak salah lagi, Geges pasti ada di dalam. Energi hitam itu begitu kuat kurasakan di sekitar sini. Aku mencoba membuka pintu tersebut namun nihil, pintu itu seolah-olah terkunci. Apa boleh buat, aku terpaksa menggunakan kekuatan energi merah mudaku lebih awal dengan menendang pintu tersebut hingga terbuka kasar.

Baru saja akan melangkah masuk, aku sudah dibuat terkejut dengan pemandangan di depan sana.

Lima orang laki-laki berpakaian serba hitam sedang membabi buta menyerang Geges yang melawan mereka seorang diri.

MYSTERY OF THE ACALAPATI [PANGERAN KELIMA 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang