Serpihan Abu

432 62 11
                                    

Aku tersenyum selama berjalan menelusuri trotoar. Menggingat bagaimana Seika yang begitu mengkhawatirkan saudara kembarnya membuat pandanganku pada gadis remaja itu lebih luas lagi.

Dia orang yang penyayang sepertinya. Terbukti bagaimana cara dia memperlakukan Seren.

Saat aku akan mengambil tas di kamar Geges, hedak pulang, tak sengaja aku melihat bagaimana pancaran tatapan penuh cinta dan kasih sayang Seika ketika sebelah tangan Seren menangkup di pipinya.

Anak itu tersenyum sambil mengangguk-angguk kecil, bagai meng-iyakan segala perkataan saudara kembarnya.

"Manis,"

Tiiiiddd!

Aku bergidig kaget.

Astaga!

Aku menoleh pada sebuah mobil sedan yang berhenti di sebelahku. Kaca jendela mobil itu terbuka.

"Naik!" Pinta Kak Altan. Dia mengangguk, pertanda aku tidak boleh menolak permintaannya.

Ya, mau tidak mau aku naik, duduk di kursi depan penumpang.

"Ada urusan apa kau ke panti itu?" Kak Altan membuka percakapan tanpa berbasa basi.

Sejujurnya aku malas mengobrol dengannya. Ingat, kami masih bertengkar karena kejadian semalam!

"Main,"

"Geges temanmu?"

"Mm," aku mengangguk.

"I see..."

"Obat apa yang Kakak berikan ke Geges?"

"Hanya vitamin penambah nafsu makan,"

"Ah?" Aku menoleh padanya. Menatapnya tidak percaya.

"Kak, Geges bilang Seren mengidap penyakit langka, dan kau hanya memberikan vitamin? Kau gila?"

"Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakitnya, El. Bahkan dokter lain pun tidak bisa mendiagnosa penyakit Seren."

"Lalu bagaimana bisa kau menyembuhkannya?"

"Bukan menyembuhkannya, hanya membuatnya tenang,"

"Aku tidak mengerti,"

"Jangan pura-pura tidak tahu, kau merasakan energi jingga ketika berada di dekat Seika kan?"

Aku diam sebentar. Kak Altan benar, bahkan saat berjabat tangan dengan Seika aku merasakan energi jingga itu.

"Eoh,"

"Seika dan Seren adalah anak yang terlahir dari pernikahan dua golongan, ibu manusia dan ayah golongan Canoma,"

"Canoma?" Keningku mengerut samar.

Kak Altan mengangguk.

"Canoma, orang-orang yang tak memiliki darah. Mereka hidup dengan cairan energi yang mengaliri tubuh mereka."

"Maksudmu mereka zombie?"

"Bukaaan..."

"Zombi masih memerlukan darah untuk hidup meski tanpa jantung yang berfungsi. Tapi golongan Canoma mereka tidak memiliki sel darah sama sekali. Mereka hidup murni karena cairan energi yang mengaliri tubuh mereka. Wujud mereka sama seperti manusia pada umumnya,  namun warna kulit mereka dominan putih, dan suhu tubuhnya dingin,"

"Lalu hubungannya dengan penyakit Seren?"

"Cairan energi Canoma tidak bisa bersatu dengan darah manusia, El. Seren memiliki 50 persen darah murni dan 50 persen cairan energi Canoma, kedua cairan yang berbeda dalam tubuhnya itu seakan-akan bertarung memperebutkan wilayah, dan hal itu yang membuat Seren selalu kejang-kejang,"

MYSTERY OF THE ACALAPATI [PANGERAN KELIMA 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang