chapter delapan || memberi sebuah luka

72 9 0
                                    

"Ranpo kau itu tidak boleh memiliki kekurangan, kau bahkan tidak boleh lemah. Jika kau sampai menunjukkan sisi keburukan seperti itu, maka kau akan di anggap tidak berharga," kata Ryuji sampai mencengkeram kuat pergelangan tangan Ranpo.

Cengkeraman yang kuat itu membuat Ranpo kesakitan, Ranpo yang masih berusia sepuluh tahun kala itu hanya bisa menangis sambil memohon untuk tidak disakiti lagi.

Dia juga tidak mau menjadi orang yang lemah, jika hal seperti ini harus dirasakan olehnya. Ranpo hanya akan di akui, dan diberikan kasih sayang jika dia menguntungkan.

Kemampuan yang dimilikinya bukan sesuatu yang dapat Ranpo banggakan. Karena kemampuan ini, Ranpo di anggap sebagai manusia yang di anugerahi Tuhan. Dengan begitu, Ranpo yang seharusnya menjalani kehidupannya dengan normal pun tidak dapat menjalani kehidupan sesuai keinginannya.

"Jangan menangis, kau harus bisa melakukannya. Jangan membuat kesalahan," sambung Ryuji dengan tatapan matanya yang tajam.

Ryuji Edogawa, dia merupakan ayah angkat Ranpo. Yang selama ini selalu merawatnya, tapi dia tidak memberikan sebuah perlakuan baik yang seharusnya diberikannya pada Ranpo. Dia terus memanfaatkannya demi kepentingannya sendiri.

Awalnya dia memang sengaja mengadopsi seorang anak di sebuah panti asuhan. Hanya saja, Ranpo yang memiliki kemampuan luar biasa itu membuatnya terpukau. Dan memanfaatkannya dengan baik pula. Ryuji terobsesi dengan kemampuan Ranpo, dan terus menggunakannya sebagai sesuatu yang bisa menghasilkan uang.

Bahkan jika harus melukai Ranpo untuk memuaskan dirinya jika Ranpo tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, Ryuji tidak akan segan-segan. Maka dari itu, Ranpo seringkali terluka. Dia takut melakukan kesalahan. Hanya saja kesalahan itu pun terkadang di lakukannya.

"Harus berjanji ya, jangan sampai kau tidak bermanfaat lagi," Ryuji mengelus pelan pundak Ranpo dan meninggalkannya.

Kenangan itu masih teringat jelas oleh Ranpo, dia ingin melupakannya agar tidak dihantui oleh rasa sakitnya. Sayangnya Ranpo tidak mampu untuk melakukannya, dia yang memiliki trauma di masa kecil kesulitan untuk sembuh.

Hingga pada akhirnya Ranpo dipaksa untuk pergi, yang membuatnya semakin terpuruk dalam kehidupannya itu. Kenapa dia hanya di manfaatkan, dan kenapa kasih sayang itu justru kebohongan.

"Kakak belum makan lho dari kemarin malam. Kak makan ya, jangan dipikirkan tentang kejadian semalam," ucap Kenji yang sudah membawakan makanan untuk Ranpo.

Ranpo menoleh ke arahnya, dengan matanya yang sembab. Sudah pasti dia menangis semalaman. Rasa sakit itu tidak bisa disembuhkan, Ranpo akan terus merasa sakit. Sekalipun dia tidak lagi dilukai.

Karena hal itu Kenji mengepalkan tangannya, dia tidak terima jika seseorang memberikan pesakitan pada Ranpo. Yang sudah di anggapnya sebagai kakaknya sendiri. Sekalipun Ranpo di anggap lemah, Kenji tidak akan beranggapan sedemikian. Bagaimanapun Kenji akan menyalahkan dirinya sendiri, karena dia tidak terlalu kuat. Sehingga tidak mampu melindungi kakaknya saat dia sedang di sakiti.

Seandainya saat itu dia menolong Ranpo terlebih dulu, dan tidak akan membiarkan siapapun menyentuh kakaknya hanya untuk melukainya. Pasti hal seperti ini tidak terjadi. Apalagi dia harus melihat dengan kedua matanya sendiri, bagaimana Ranpo ketakutan. Dia memeluk kedua lututnya yang masih menangis sesenggukan.

"Kak, pasti sakit kan? Maaf karena aku tidak bisa menjadi orang yang lebih kuat untuk kakak. Aku tidak bisa melindungi kakak waktu itu," ucap Kenji yang memeluk tubuh Ranpo yang bergetar hebat.

Ternyata Ranpo belum sembuh dari lukanya, dia memiliki trauma yang membuatnya sampai ketakutan. Apalagi saat kejadian itu berlangsung, pesakitan itu masih berlanjut. Padahal Ranpo sudah pergi jauh, dia tidak ingin merepotkan seseorang yang telah membuangnya.

Retak [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang