chapter sembilan || pelukan paling hangat

70 8 0
                                    

Sudah lebih dari seminggu Ranpo tidak berani menegur yang lain. Bukan karena dia enggan melakukannya, Ranpo benar-benar merasa bersalah atas apa yang terjadi.

Orang-orang di panti merupakan orang baik, mereka melakukan pengorbanan demi melindungi banyak hal yang berharga. Dan Ranpo tidak termasuk, justru dia yang membuat keadaan panti tidak baik-baik saja.

Jika terus berdiam diri tanpa melakukan apapun, kemungkinan terbesarnya Ranpo akan membuat masalah semakin tak terselesaikan. Dia yang harus mengatasi hal seperti ini, karena di sini dia satu-satunya yang bersangkutan dengan masalah yang terjadi.

"Kenapa tidak di makan?" Tanya Yosano yang datang menemui Ranpo hari ini.

Anak itu hanya menggelengkan kepalanya, dan tersenyum tipis. Ranpo benar-benar takut, dia tahu bahwa Yosano pasti marah padanya. Karena beberapa hari yang lalu, ruangan miliknya yang menyimpan obat-obatan di bakar. Hal itu dilakukan oleh orang suruhan Ryuji.

Lama-kelamaan Ranpo tidak bisa diam saja di sini. Akan banyak korban yang menderita, bahkan terluka nantinya.

"Kau harus makan, ketua menyuruhku untuk memeriksa keadaanmu. Padahal aku sudah bilang padanya kalau kesehatanmu sudah membaik. Kau memang mudah sekali sakit, tapi mentalmu tidak terguncang. Ranpo jangan menyalahkan dirimu sendiri, ruangan obatku yang terbakar bukan kesalahanmu," kata Yosano yang meninggalkan Ranpo usai mengatakan hal tersebut.

Ranpo bahkan belum sempat mengatakan sepatah katapun. Padahal dia ingin berterimakasih pada Yosano, karena dia tidak menyalahkannya sama sekali. Dan masih mau menegurnya seperti biasa.

Jika seperti ini yang akan terus terjadi, Ranpo tidak enak hati terus-terusan berdiam diri. Dia harus melakukan apapun untuk melindungi banyak hal yang ingin di lindungi olehnya.

Ranpo tidak ingin menyesal, dia tidak ingin menjadi dirinya yang lemah seperti dulu. Di sini Ranpo memiliki kekuatan, dia pastinya mampu melakukan apa saja. Ranpo bukan seseorang lemah seperti dulu, dia adalah seseorang yang bisa melakukan apa saja demi mudah. Karena Ranpo memiliki orang-orang yang menguatkannya.

Karena terlalu banyak hal yang ingin di lindungi nya, Ranpo tidak boleh membiarkan dirinya kehilangan beberapa hal tersebut. Dia berhak melakukan apa saja, Ranpo akan melakukannya meskipun dia harus terluka.

"Kak Ranpo, aku merindukanmu," ucap Kenji yang berlari ke arahnya. Dia bahkan sampai memeluk Ranpo tanpa aba-aba terlebih dulu.

Tentunya Ranpo terkejut akan hal itu, dia berpikir bahwa Kenji membencinya akan kejadian waktu itu. Ternyata Kenji masih memperlakukannya seperti sebelumnya, dia tidak berubah sama sekali.

Dia juga menemuinya lebih dulu, dan dia yang memberikan pelukan terhangatnya pada Ranpo.

"Kenji maafkan aku," ucap Ranpo yang menahan tangisannya. Dia benar-benar senang sekarang, dia tidak boleh membiarkan hal seperti ini cepat berlalu.

"Kakak aku egois kan? Maaf karena aku malah berpaling dari kakak. Tapi aku mau jadi orang yang dewasa, aku ingin memahami kakak dan tidak mau menghakimi kakak," katanya lagi yang menatap Ranpo dengan matanya yang berbinar indah.

Ranpo lantas mengacak-acak rambut Kenji dengan gemas, bagaimana bisa dia kesal pada Kenji. Pada kenyataannya Kenji itu menggemaskan, dia juga bukan seseorang yang bersikap kekanak-kanakan.

Mungkin selalu ada caranya tersendiri bagi seseorang berdamai dengan keadaan. Seharusnya Ranpo melakukan hal yang sama, bukan berdiam diri dan seakan-akan pasrah dengan apa yang terjadi.

"Aku ingin memeluk kakak setiap hari, aku merindukan kakak dan aku menyayangi kakak."

Jika seperti ini Ranpo tidak ingin mengenal kehilangan. Dia tahu makhluk yang bernyawa pastinya akan mati. Tetapi, Ranpo tidak ingin menghadapi kematian milik seseorang. Ataupun kematiannya sendiri.

Retak [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang