Grandee (001)☘️

302 50 0
                                    

Sore hari ketika Winter pulang dari kampus dengan segenap jiwa kurang semangatnya, tiba-tiba merasa antusias kala mendapati sang paman yang terduduk manis di ruang tengah. Apa ini kejutan?

"Lihat, siapa ini?" Winter duduk di depan sang paman dengan cengiran konyolnya.

"Kamu senang mendapat kunjungan?"

"Aih, pertanyaan apa itu? Tentu saja aku senang. Uncle sendirian ke sini?"

"Denganku." Timbal seseorang yang baru masuk ke dalam rumah.

"Woah ..., Jaemin juga ikut!" Pekik Winter senang.

"Ya, untuk menghibur orang yang patah hati." Ejek Jaemin.

Seketika raut wajah Winter berubah menjadi masam. Kenapa diungkit lagi sih?!

"Nah, Uncle sudah ingatkan sebelum kemari untuk tidak terlibat dengan hubungan asmara."

"Bagaimana ya, cinta kepada seseorang mana bisa diprediksi. Nah Uncle, siapa calon mu? Noona Jisoo atau noona Dae Hwa?"

"Siapa saja bisa." Jawab Taeyong.

"Uncle enak, kami menikah dengan siapa nanti. Dengan siapa kita menikah, Jaem?" Winter menoleh melihat Jaemin.

"Siapa lagi kalau bukan dengan kamu." Jawab Jaemin dengan santainya.

"Dih …." Winter menatap Jaemin aneh.

"Semua sudah direncanakan oleh keluarga, kalian tidak perlu khawatir begitu."

"Benarkah? Uncle bisa memberi tahuku?" Tanya Winter antusias.

"Uncle tidak punya hak."

"Yah …."

"Sana siap-siap, kita akan keluar malam ini." Jaemin mendorong Winter agar beranjak dari duduknya.

"Malas. Aku tidak bisa tebar pesona dengan pria-pria tampan diluar sana." Ucap Winter dramatis seakan gairah hidupnya telah hilang.

"Apa kamu mengingat bagaimana halmeoni Irene menghukum anak bebal?"

"Pengadu."

Setelah debat kecil tadi sore, kini ketiganya mengunjungi restoran bergaya klasik, sesuai selera kedua pria yang lebih tua. Kalau Winter di mana saja terserah, yang penting makan.

"Akan ada tamu Uncle."

"Huh? Pria tampan?"

"Otakmu penuh dengan pria saja." Celetukan Jaemin sukses mendapatkan hadiah cubitan gemas di lengan kirinya.

"Mending diam saja. Aku tidak mau bicara denganmu."

"Dih!"

Sementara keduanya sibuk berdebat, Taeyong sebagai pria dewasa dan berwibawa cuma menjadi penonton.

"Permisi."

"Wah ...."

Jennie tersenyum kikuk atas respon dari keponakan temannya ini.

"Hahaha .... Dia memang seperti itu. Perkenalkan keponakanku Jung Winter, dan Jaemin pasti kamu sudah mengenalnya."

"Tentu, masa sama pasien sendiri tidak mengenalnya."

"Pasien? Kamu sakit, Jaem?" Raut wajah Winter berubah jadi khawatir.

"Tidak, itu hanya pemeriksaan rutin, seperti vitamin." Jelas Jaemin.

"Masa iya?" Winter merasa kurang puas atas jawaban sepupunya itu, "aku tanya eomma nanti."

"Keponakan Uncle yang manis, mending kita makan dulu ya. Kalau mau debat nanti lagi."

"Iya Uncle, ini makan kok."

Sesaat meja makan menjadi hening. Hanya dentingan sendok yang menjadi backsound. Dalam keheningan itu, seseorang mengerling  ke setiap penjuru restoran.

Di sana, dia ada di sana. Menarik.

Sret

Sret

Sret

Di keheningan malam, seseorang setengah sadar diseret melewati lorong panjang di sebuah rumah megah tak berpenghuni. Rumah yang menjadi saksi bisu atas kekejaman seorang pemudi yang haus akan kepuasan.

Mereka begitu menarik untuk dinikmati. Cairan dan tekstur lunak yang terkontaminasi atas kegelapan menjadikannya semakin menarik.

Pupil yang semula normal kini melebar. Mata hitam itu mengkilap terlihat begitu excited. "Cantik, jari-jari indah yang begitu menarik."

Lidah panas itu terjulur melingkupi jari-jari yang perlahan kehilangan kecerahannya.

"Tidakkah ini berhasil?"

"Gelap, dia begitu melekat, membawa kesadaran tuannya tanpa bisa dicegah."

"Jung, bukan kah dia bisa?"

"Dia harus memiliki cara tersendiri. Pasangan yang bisa mengambil alih sepenuhnya. Dia harus menunjukkan kepada dunia itu, bahwa di dalam kegelapan masih ada dia yang jauh lebih kuat."

Tap

Tap

Langkah kaki berat melangkah dengan pasti menghampiri dua orang  berbeda usia yang tengah berdiri di depan pintu utama. Di dalam gendongannya sang keponakan tertidur dengan damai. Wajah itu begitu menggemaskan, wajah yang tidak akan membuat orang-orang berpikir lebih tentang dirinya.

"Aku akan mengurusnya, Uncle."

"Hm, ambillah. Aku ingin berdua dengan istriku malam ini."

Jaemin meraih tubuh Winter, membawanya masuk untuk segera beristirahat. Karena pagi menyinsing mereka akan terbang ke Korea.
Membawa tubuh itu dibawah guyuran shower. Tubuh cantik dan menawan ini tidak lah pantas terpercik oleh noda. Jaemin begitu mengagumi, Winter-nya, Jaemin akan menjaga.

Sepertiga malam yang dingin, tubuh berbalutkan selimut tebal mencoba menghangatkan suhu tubuh yang tak normal. Sepasang lengan kekar menarik dan mendekap tubuh itu, membagi kehangatan untuk sang terkasih.

"Selamat tidur, Winter."

"Hm, Jaem."

Winter menggelit perlahan, kemudian semakin merapatkan tubuhnya mencari kehangatan yang menenangkan.

Hening, sesaat kemudian bayangan hitam pergi meninggalkan tempatnya.




Darah Biru ; Grandee Mugunghwa. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang