Skip bagian bawah jika merasa tidak nyaman.
♡
Suasana kembali hening ketika makan siang berlangsung. Keheningan yang membuat beberapa orang sulit menarik alam sadarnya. Sunyi, rasa untuk membangunkan suasana panas begitu bersemangat.
Sejak bertatapan kemarin membuat sosok ini begitu saja membangkitkan gairah yang sulit dikendalikan. Sosok yang membuat dirinya harus menjaga jarak sedari remaja. Senyum itu, cahaya itu, aroma itu, begitu menarik.
Brak!
Gebrakan meja secara tiba-tiba setidaknya membuat semua orang disana terdiam menghentikan acara makan siang itu. Dan seseorang yang tengah tersenyum tidak biasa itu pun langsung menarik kesadarannya.
Seseorang berdiri dari tempatnya, berjalan tergesa menuju meja seberang, dengan iris mata yang berubah setiap kedipan mata."Karin, ayo!"
"Ke mana?"
Tidak menjawab pertanyaan tersebut, dia begitu saja menarik lengan Karina untuk segera mengikuti dirinya pergi.
"Itu Karina mau dibawa ke mana?" Winter yang sudah sadar menatap bingung kepergian kedua sepupunya.
"Apa tidak apa-apa kita membiarkan tanpa memberi tahu Karin dulu?" Onyang sedikit khawatir akan tanggapan putrinya nanti.
"Karina mungkin terkejut, tapi kurasa Jeno bisa menjelaskan nanti." Jaehyun bisa melihat itu. Ikatan keduanya terlihat lebih kuat.
Srak
Brak!
Pintu terbuat dari kayu itu tertutup kencang.
"Cantik, Karin cantik." Jeno menatap Karina lekat.
"Ada apa dengan matamu, Jen?!" Karina panik melihat iris mata Jeno yang berubah warna tiap detik.
"Dia begitu excited. Apa kamu bisa merasakannya juga, hm?" Kedua tangan Jeno membingkai sisi wajah Karina.
Karina menahan Jeno yang semakin mendekat. Deru napas menerpa kulit membuat Karina begitu tidak nyaman. Ada apa dengan sepupunya ini?
"Kamu kenapa sih, Jen?"
"Aku menginginkanmu."
"Hah?"
"Aku menginginkanmu, sungguh."
"Jeno!" Karina refleks teriak ketika Jeno menarik dirinya. "Jen, jangan main-main! Ini tidak lucu!" Kepanikan tanpa bisa Karina cegah menguasai diri. Dirinya yang terbaring di atas futon dengan Jeno yang berada diatas dirinya yang menjadi agresif layaknya binatang pada musim kawin.
Srak!
"Yak!" Teriakan Karina tidak tertahan lagi. Bagaimana beringasnya Jeno begitu saja merobek bajunya.
Seolah tuli, Jeno begitu semangat melepas tiap lembar kain yang menempel di tubuh sepupunya itu. Mengunci tenaga Karina yang berontak hingga tubuh tanpa balutan kain itu terpampang jelas dimatanya. Merasa aman, Jeno melepas kuncian nya, berniat melepas juga pakaiannya.Ketika Jeno lengah, Karina beringsut menjauh dari Jeno. Tapi belum sempat melangkah, tubuh Karina tertarik kebelakang.
"Dengar Jeno, aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, tapi kamu harus sadar bahwa aku ini sepupumu, mungkin kamu mabuk, jadi tolong sadarlah."
Jeno tidak menggubris ucapan Karina sama sekali. Niatnya tidaklah surut.
Mendorong tubuh Karina terlentang. Sebelah tangan menahan pergerakan Karina dan sebelahnya membuka paha Karina.Tidakkah ini hal gila?
♡
Brak!
Sehun yang barusan mau, jadi balik belakang lagi mendengar suara pintu tertutup begitu kencang. Apa yang terjadi sampai segaduh itu?
"Jeno!"
Mata Sehun melotot kaget seketika otaknya langsung mengetahui apa yang tengah terjadi. "Apa yang terjadi dengan Karin ku?" Ucapan panik.
"Biarkan saja." Jaehyun menahan Sehun yang siap mendobrak pintu yang bahkan tidak terkunci sama sekali.
"Tiba-tiba saja, bagaimana kalau Karin trauma?" Sehun semakin khawatir mendengar teriakan keponakannya itu.
"Karina cuma kaget diawal saja. Bukankah daddy sudah menjelaskan kemungkinan hal ini."
"Tetap saja aku khawatir."
"Jeno, kumohon sadarlah."
"Apa yang Jeno lakukan kepada Karina?" Bisik Winter kepada Jaemin yang berdiri disampingnya.
"Sesuatu hal yang memang seharusnya."
"Akh!"
"Sepertinya itu tidak benar, Uncle Sehun. Karina sepertinya kesakitan." Sehun ngangguk menyetujui ucapan keponakannya ini.
"Sudah-sudah. Jangan ganggu mereka. Mending kita balik makan lagi."
"Tapi Karin?"
"Iya, keponakan ku bagaimana?" Sehun bahkan terlihat tidak ingin beranjak.
Jaehyun menghela napas, ada apa dengan saudaranya ini? Seperti tidak tahu saja.
♡
Jeno memejamkan mata merasakan kepalanya sakit seperti dihantam benda berat. Sesaat dirasa sakit itu hilang, kesadaran Jeno perlahan kembali. Matanya kembali terbuka penasaran dengan suara ringisan tertahan tertangkap oleh indera pendengarannya.
Begitu menunduk, Jeno kaget bukan main. Buru-buru Jeno mengangkat tubuhnya berniat menjauh. Tapi tangan Karina lebih sigap menarik dirinya untuk tidak menjauh.
"Jangan menjauh tiba-tiba." Peringat Karina masih dengan ringisan pelan.
"Aku tidak tahu. Aku tidak sadar, Karin. Tolong maafkan aku." Ucap Jeno penuh dengan penyesalan.
"Nanti saja bahas itu. Tolong ini perih, Jen." Jeno refleks nunduk kebagian bawah mereka. "Jangan dilihat!" Protes Karina kesal.
"Maaf!"
"Kamu membentakku?"
Jeno menggeleng cepat. "Tidak, maafkan aku."
"Hah, sudah, ayo cepat!" Suruh Karina galak.
Secara naluri Jeno merengkuh tubuh Karina sembari keluar. Andai Karina tahu, walaupun kepanikan melanda dirinya, dibalik itu dari dalam diri Jeno sendiri, bahwa dia begitu senang.
Pasangannya, kini ada didalam rengkuhannya.
♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Biru ; Grandee Mugunghwa.
FanfictionSampai usia ke 22 tahun ini, Karina tidak pernah merasakan yang namanya pacaran. Kenapa? Dari sekian banyak alasan, Karina paling menghindari dimana masa yang akan datang membuat dirinya mau tidak mau menjauhi orang yang sedang menjalin asmara denga...