Seminggu telah berlalu sejak malam saat mereka bertemu dirumah Ghali. Mereka pun telah melalui masa Pengenalan Kehidupan Kampus (PK2). Tak ada yang spesial dari program PK2 tersebut, mereka mendapatkan OSPEK layaknya kampus-kampus lainnya. Mereka berempat pun tak begitu eksis, meski dikalangan mahasiswa setingkat mereka tampang mereka terlihat lebih unggul. Beberapa kakak tingkat mulai mendekati mereka satu persatu, namun sayangnya mereka masih enggan membuka diri untuk kehidupan baru mereka dikampus. Minggu pertama sedikit longgar, kegiatan perkuliahan tak begitu ketat, bahkan hanya perkenalan-perkenalan saja.
"Bosen gue sumpah, bolos yuk," ajak Ghali bersemangat. Hubungannya dengan Davi tak ada kemajuan, hanya seperti tahun-tahun lalu sebelum dia mengungkapkan isi hatinya.
"Gue setuju ama Ghali," kini Davi angkat bicara, dan berhasil membuat Ghali senyum gaje.
Kinar yang saat ini bergelayut dilengan Rafif, menatap Rafif dengan manja, mencoba merayunya agar menyetujui usul kedua sahabatnya itu. "Ayolah Raf, kita jalan aja, aku bosen nih."
"Iya nih, paling cuma perkenalan doang didalem kelas kayak kemaren," tambah Ghali.
"Gue juga setuju kali ini sama Ghali," ucap Davi yang kini bergelayut dilengan Ghali.
Rafif menatap Davi seolah meminta Davi untuk berhenti menggelayuti lengan Ghali. "Iya deh, gue ngikut aja kali ini. Ini yang pertama dan terakhir, okay?" ucapnya tanpa melepas pandangannya pada Davi.
Seolah mengerti arti tatapan Rafif, Davi kini memberanikan diri untuk bertanya. "Kenapa? Heh? Ga suka gue gelayutan ke Ghali? Lu sendiri betah-betah aja digelayutin Si Kinar, huh."
"Dia pacar gue kali Dav", jelas Rafif.DAVI POV
--------"Dia pacar gue kali Dav", jelas Rafif.
Ada yang aneh didalem dada gue mendengar penuturan Rafif. Rasa aneh ini kerap muncul setiap Rafif dan Kinar bermesraan dihadapan gue.
"Plis GOD, gue normal! Gue normal! Ga mungkin gue cemburu!" batinnya.
"Iya deh, lu pacarnya!" tegas gue. Sumpah bete jadinya.
"Lu kenapa Dav?" Ghali yang terlalu peka dengan perubahan mood Davi pun mulai mencoba memberikan sedikit guyonnya. "Lu cemburu? Kan ada gue Dav."
Muka gue memerah, PASTI.
"Apaan sih Ghal, gue NORMAL!" gue memberi penekanan untuk kata terakhir yang gue ucapin.
"Buru ah, kebanyakan bacot nih, ntar keburu sore," tungkas Kinar yang masih aja bergelayut dilengan Rafif.Kita pun sepakat untuk ke mall. Dan sepakat juga untuk nonton. Itu sih usulnya si Kinar biar bisa modus peluk-peluk Rafif. Kita ga butuh waktu lama buat milih film, Kinar lagi-lagi bersuara untuk nonton film horor, tau banget dia kelemahan Rafif. Akhirnya dengan ogah-ogahan Rafif pun setuju. Kita sekarang udah duduk di seat masing-masing, dengan posisi berempat dalam baris yang sama -Ghali-Gue-Rafif-Kinar- gatau kenapa gue bersyukur untuk penempatan seat ini haha.
"Kalo lu takut tinggal peluk gue aja," bisik Ghali tepat di telinga gue, nafasnya menggelitik telinga gue sumpah geli tapi gue bahagia.
Ditelinga lainnya Rafif juga berbisik, pelan dan teramat pelan, pengaruh parno nya dia nonton film horor kali. "Kalo lu takut, genggem tangan gue aja."
Gatau kenapa gue juga bahagia saat Rafif berbisik, namun gue malah nyikut perutnya dan ngegodain dia, "Ga kebalik nih?"
Dia ga jawab, tapi dia bales dengan senyuman tipis namun begitu menyejukan hati, dan gue pun tersenyum gaje hehe.
Eh iya hampir lupa, Kinar posisinya sandaran dibahu Rafif. Tapi gue ga terlalu peduli toh bener kata Rafif tadi, mereka kan pacaran.Awalnya Rafif lumayan tenang, namun dibagian tengah film yang menampakan sosok gadis berambut panjang bergaun putih sontak membuat nafas Rafif memburu dan gue tertarik untuk memperhatikannya, benar saja wajahnya pucat haha. Gue ngerasain sesuatu menyentuh punggung tangan kanan gue, ada tangan hangat yang berusaha menautkan jarinya ke jari gue, gue yakin itu tangan Ghali -ya siapa lagi kali, masa' setan- gue ngerasa nyaman sumpah nyaman banget. Baru kali ini ada yang megang tangan gue seerat ini. Jantung gue memburu, gue ga fokus lagi sama filmnya, sesaat gue ngelirik Ghali yang senyum gaje. Dan tanpa gue sadari gue pun tersenyum tipis. Muka gue panas, pasti merah untung teaternya gelep jadi gaada yang liat. Gue alihkan pandangan kearah kiri soalnya Kinar heboh sendiri padahal dia bukan tipe penakut, pasti lagi modus sama Rafif pikir gue. Gue liat wajah polos Rafif yang begitu tegang, gue ketawa dalem hati. Tanpa gue sadari Rafif menoleh kearah gue tiba-tiba, gue belum sempet ngelak, bibir gue bertautan dengan bibir Rafif, kenyal dan hangat. Gue kira Rafif bakal ngelepas tempelan bibir kami, ternyata engga. Kami sama-sama mematung.
RAFIF POV
---------Bibir Davi terasa hangat meski kami berada diruangan yang super dingin ini. Gatau kenapa gue enggan melepas tautan bibir kami, gue menikmatinya meski hanya menempel! Tapi beberapa detik kemudian, Davi melepas tautannya, ada perasaan kecewa yang muncul saat itu.
Tak lama kemudian, lampu teater kembali dinyalakan menandakan film berakhir. Namun hingga kami meninggalkan ruangan pengap nan dingin itu, jantung gue masih berdegub kencang. Gila nih jantung, berhenti dong- gumam gue.
AUTHOR POV
----------"Filmnya seru ya Raf," Kinar membuka suara saat ketiga sahabatnya masih sibuk senyam-senyum gaje.
Seakan tersadar dari magnet cinta, Ghali menanggapi Kinar yang mulai cemberut karena Rafif ga ngerespon.
"Ah serunya elu cuma dibagian grepe-grepe si Rafif doang kan Kin," goda Ghali membuat Kinar menatapnya horor.
"Hahaha kayak ga grepe-grepe Davi aje lu nyet," balas Kinar tak mau kalah.
"Eh gue ga digrepe-grepe kok! Ghali cuma pegang tangan gue!" bela Davi ga kalah bego buka aib sendiri.
Raut muka Rafif seketika berubah, dadanya sesak mendengar pengakuan Davi yang begitu polos.
"Hahaha aelah Dav, sama aja tuh bego!" ejek Kinar.
"Eh Rafif malah nyium gue tadi, dibibir malah," ungkap Davi semangat, saking semangatnya dia malah jadi bego. Kinar dan Ghali cengo kayak orang bego. Wajah Davi memerah seperkian detik setelah menyadari pengungkapannya barusan.
"Fix kali ini gue salah omong, gue ngelantur bawaan laper," elak Davi meyakinkan sahabatnya itu.
"Elu kenapa masih bengong kayak ayam sakit gitu Raf?" tanya Ghali mengalihkan pembicaraan karena hatinya sedikit miris membayangkan ciuman singkat Davi dan Rafif.
"Gue lagi mikir bego, ga bengong!" Rafif buka suara sambil noyor kepala Ghali.
"Mikir apaan? Heh?" tuntut Ghali yang kini menarik pinggang Davi mendekat dan dengan mudah Ghali melingkarkan tangannya disana. Davi tak protes sesikitpun, dia mulai terbiasa dengan perlakuan Ghali, namun masih tak terbiasa dengan gejolak aneh dihatinya.Rafif mengalihkan pandangannya dari adegan pelukan Davi dan Ghali. Dadanya sesak lagi kali ini. Rafif tak menghiraukan pertanyaan terakhir dari Ghali.
"Gue ketoilet bentar, udah kebelet nahan kencing, didalem dingin banget tadi," papar Rafif dengan nada dan tampang sedatar-datarnya kemudian beranjak pergi.
"Gue ikut," seru Davi sambil mengekori Rafif. Ghali tak tega meninggalkan Kinar sendirian, bahkan terkesan tak sopan jika mengajaknya ketoilet bersama-sama.Di Toilet Mall
Rafif ga ke bilik ataupun urineter, dia malah memilih washtafel dan membasuh mukannya. Dia juga tadi tak berniat untuk buang air kecil, ia hanya mengindari kemesraan Davi dan Ghali. Ia menyadari Davi yang sedari tadi mengekorinya kini sedang menyelesaikan urusannya di urineter, kemudian Davi berjalan menuju Rafif, Rafif kikuk seketika."Hey, ga jadi kencing lu?" tanya Davi polos.
"Udah ga berasa pengen kencing," jawab Rafif sekenanya.
"Kenapa lu tadi nyium gue?" lagi-lagi pertanyaan polos Davi keluar dari mulut mungilnya, sesaat Rafif memandang bibir yang tadi ia cium.
"Gue ga sengaja, refleks, elu sih pake acara noleh ke gue," jawab Rafif santai tak menyadari bahwa lawan bicaranya kali ini kecewa atas jawabannya.
"Kalo refleks kok ga langsung dilepas?" tanya Davi lagi dengan polos.
"Hmmm, karena-..." Rafif tak mampu menyebutkan alasannya bahwa ia menikmatinya. "Lu juga kenapa diem aja ga berusaha ngelepas?" todong Rafif memutar pertanyaan.
"Gu...gue.. Hmm tapi kan gue yg ngelepas akhirnya huh," jawab Davi gugup dan berhasil mengelak.
"Hmm yayaya.. Atau jangan-jangan lu suka ama gue?" ledek Rafif.
Davi salah tingkah, namun segera menjawab dengan lantang dan beranjak pergi, "GUE NORMAL!"
Rafif hanya terkekeh geli melihat sikap Davi barusan, namun perasaan kecewa membalut dadanya saat ia berkali-kali mencerna ucapan Davi barusan. "GUE NORMAL!" "GUE NORMAL!" "GUE NORMAL!" kata-kata itu menggema ditelinganya.
"Perasaan gue kenapa? Selalu gini kalo lagi deket-deket Davi, jangan-jangan GUE GA NORMAL," gumamnya.
DEG...***
TBC
Maaf makin gaje -_- terlalu datar kayaknya -_- pasti kalian bosen -_-
Gue mohon Commentnya ya :')
Thanks for readDiatas film yang ditonton mereka ;)

KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh (boyxboy) (yaoi)
FanfictionJatuh itu sakit, namun mereka bilang ada jatuh yang tak menimbulkan rasa sakit yaitu ; jatuh cinta. Jatuh cinta adalah sebuah rasa yang indah, itu memang benar namun jika rasa itu terbalas. Bagaimana jika orang yang tlah membuatmu jatuh cinta mencin...