CHAPTER 11

234 15 2
                                    

GHALI POV
---------
Gue terlalu asik milihin lagu buat performnya Davi ampe lupa kalo sekarang gue sendirian di ruang musik ini. Davi kemana sih? Gue merutuk dalam hati. Gue segera menyambet tas gue, eh tas Davi kok masih disini? Pergi ga bilang-bilang nih anak, gue juga menyambet tas Davi. Gue bersiul santai sembari berjalan menuju pintu, dan saat gagang pintu gue puter Klek.. Nampak dua sosok yang sangat gue kenal, Davi dan Rafif dan satu orang lagi, wajahnya familiar gue mengingat keras dan akhirnya gue shock sendiri setelah mengingatnya. "Elu yang nusuk Kinar kan? Ngapain lu disini?" gue mencengkram kerah bajunya.
Itu makhluk diem aja, malah Rafif yang ngerespon dengan menepis kasar tangan gue. "Lu apa-apaan sih Ghal? Nyante dong!"
"Oh jadi ini kerjaan lu kalo lagi ga ngumpul bareng kita? Lu ternyata ada main ama orang yang nusuk Kinar?" suara Davi terdengar bergetar dan saat ini gue ga bisa ngebaca tampang Davi, ini terlalu absurd.
"Dia satu-satunya temen gue saat LU DAN PACAR LU INI sibuk ama dunia lu berdua doang" tunjuk Rafif tepat dihadapan Davi.
Bughhhh
Sebuah pukulan dari tangan gue menghantam wajah mulus Rafif. "Brengsek lu! Berani-beraninya lu ngebentak pacar gue!"
Rafif menyeka darah yang kini mulai mengalir dari sudut bibirnya. Dan tanpa gue sadari cowok yang sedari tadi hanya diam dan menunduk ikut menyeka darah segar itu dari sudut bibir Rafif, Davi tercengang.
"Gu..gue minta maaf ama lu semua atas kejadian tempo hari," ujarnya gugup namun terlihat tulus dari raut wajahnya. "Udah cukup, Rafif ga salah apa-apa!"
"Gue gapapa kok Jer, mereka bahkan ngelupain sahabatnya demi cinta mereka!" tungkas Rafif.
Mata Davi mulai berkaca-kaca, wajahnya merah padam nampaknya ia diselimuti emosi. "Apa lu bilang? Bukannya lu yang ngejauh dari kita karena lu ga terima gue pacaran ama Ghali? Hah? Lu pengecut, pecundang bahkan untuk ngungkapin perasaan lu sendiri lu ga berani! Dan mungkin lu ama DIA sengaja ngerencanain pembunuhan gue tempo hari?"

DAVI POV
--------
Gue bener-bener kalut, kali ini gue ga nyia-nyiain kesempatan buat keluarin semua uneq-uneq dalam hati gue. Gue ga bisa nahan lagi, gue merasakan pipi gue mulai basah. Rafif tak merespon, dia hanya begitu terlihat menahan emosi, sesaat kemudian Rafif menarik tangan pria itu dan berlalu, pria itu nampak berkali-kali menundukkan badannya kearah gue dan Ghali.

Dada gue bener-bener sakit saat melihat Rafif pergi menjauh dan menggenggam erat tangan pria itu, air mata tak mampu terbendung lagi, dan akhirnya gue menangis tanpa suara kemudian diikuti pelukan hangat dari pacar gue, Ghali. Gue menyesali setiap ucapan yang keluar dari mulut gue barusan, gue kelewatan dan pasti Rafif sangat marah dan kecewa. Ghali menuntun gue untuk masuk lagi kedalam ruang musik dan dia merapatkan lagi tubuhnya ke tubuh gue. Ghali mendongakkan wajah gue dan melumat lembut bibir gue, entah mengapa gue enggan ngebales perlakuan pacar gue ini, gue masih kebayang gurat wajah kecewa Rafif setelah mendengar tuduhan gue yang ga berarah. Ghali menghentikan lumatannya. "Kamu gapapa kan sayang?"
Gue hanya mengangguk lemah. "Aku mau pulang," gue pun menyambar ransel gue. Seakan tersadar dari sesuatu yang aneh, gue pun menoleh ke arah Ghali yang masih mematung ditempat.
"Kenapa?" itu doanh yang keluar dari mulutnya.
Gue memasang tampang jutek. "Ga mau nganterin nih?"
Ghali pun mendekati gue, melingkarkan tangannya di pinggang gue. "Tadi situ langsung nyelonong aje, kirain ga mau dianterin haha," kekehnya terdengar renyah.

Sepanjang perjalanan gue hanya diam, ada perasaan aneh yang menyelimuti gue. Tiba-tiba gadget gue bergetar dan sebuah notif dari line muncul.

Pentas Seni STMM'15
Hallo Partisipant! Kami dari pihak panitia penyelenggara hanya mengingatkan kembali bahwa besok adalah hari terakhir pengumpulan judul lagu yang akan partisipant bawakan. Ada sedikit perubahan jadwal dan tema pensi kita, pensi kita akan dilaksanakan dalam kurun waktu 3 hari lagi dan tema yang diusung adalah CINTA. Terimakasih

Saat ini gue lagi ga mood soal apapun, ditambah lagi masalah yang satu ini! Gue hanya memandang jutek gadget gue dan suara Ghali menyadarkan gue. "Kamu kenapa?"
"Coba kamu lihat nih," gue memberikan benda kotak itu pada Ghali.
"Ohhhh, jadi masalahnya?" tanyanya bodoh.
Gue menatapnya jutek, dan menatap keadaan jalan kemudian. Ga ngerti situasi banget sih! Dasar bego! Gumam gue dalam hati.

Akhirnya mobil Ghali berhenti di dalam pekarangan rumah gue, untuk beberapa menit kami ga ngelakuin apa-apa hingga akhirnya saat gue mulai beranjak turun Ghali menahan lengan gue dan gue ga jadi turun.
"Hmmm, aku ga mampir ya. Kamu lagi ga mood kayaknya," Ghali mengusap lembut puncak kepala gue.
Gue jadi ga enak ama Ghali kalo gini, gue selalu egois, selalu pengen dimengerti. "Maaf ya Ghal," gue hanya mengerucutkan mulut.
Ghali mengecup lembut bibir gue sebagai salam perpisahan malam itu.

RAFIF POV
---------
Saat ini gue masih ditemenin Jery, soalnya tadi dia nganter gue balik -pakai mobil gue-. Jery nampak begitu telaten ngurusin gue, mulai dari ngompresin lebam disudut bibir gue, sampe yang dilakuinnya saat ini yaitu masak buat gue, gue ga minta dan gue malah ga yakin dia bisa masak. Kini gue lagi duduk cakep sambil ditemenin TV diruang tengah, TV nya nyala sih tapi gue ga nonton, pikiran gue ngeflash back ke kejadian tadi siang dikampus. Jujur gue kecewa ama ucapan Davi, sebagian memang ada benarnya dan sisanya hanya omong kosong. Gue ga tau harus ngapain saat ini, haruskah gue ngebenci Davi? Haruskah gue saat ini minta maaf atas kesalahpahaman ini? Atau bahkan haruskah gue ngejauh dari Jery? Jery terlihat baik, dan kenyataannya dia memang baik. Hanya saja Jery terlalu alay dan agresif, meski kadang Jery terlihat menarik.

Gue terkejut bukan main saat suaranya memecah lamunan gue. "Taaaadddaaaaaa... Supnya udah jadi," Jery meletakkan semangkuk sup hangat yang terlihat uapnya masih mengepul ke atas meja tepat dihadapan gue. "Gue ga yakin ama rasa supnya soalnya ini masakan pertama yang berhasil gue buat," ujarnya tulus.
Gue hanya melirik sepintas ke arah sup buatannya, bentuknya aneh. Gue bergidik geli sekaligus ngeri, kini gue menatap matanya serius. "Pertama, sebenernya lu ga harus masak gini, gue cuma kena tonjok Jer. Kedua, bentukan masakan lu ini aja ga meyakinkan, apa bisa dimakan? Ntar kalo gue keracunan gimana?"
Jery terlihat lesu dan memasang wajah kecewanya. "Gue udah nyobain sup itu berkali-kali kok, buktinya sekarang gue ga kenapa-napa," jawabnya lemah.
Gue teringat pengakuan dari mulut Jery bahwa ini adalah kali pertamanya masak, dan itu buat gue. Gue tersenyum tipis dan mulai menyuapkan sendok yang berisi kuah sup dan potongan wortel kemulut gue, gue sengaja melakukan slow motion untuk melihat respon Jery dan ternyata benar saja ia tampak tegang dan bergumam -mungkin berdoa-. Saat isi sendok tersebut menyentuh bagian dari lidah gue, gue ngerasain sensasi yang luar biasa, ini sup home made pertama yang berhasil memikat gue, rasanya fantastis. "Sup lu enak, sumpah!" ucap gue jujur sambil mengembangkan senyum termanis gue.
Respon selanjutnya dari Jery bener-bener ga gue sangka, Jery kini berlari kecil kearah gue, mendekap tubuh tegap gue. Dekapannya terasa hangat dan nyaman, dan selanjutnya gue dikejutkan dengan kecupan hangat dipipi gue. Gue hanya mematung tak mempercayai, namun ada getaran aneh di dada gue yang ga bisa gue pungkiri, hanya seulas senyum yang menghias bibir gue saat ini.
Secepat kilat ia melepaskan dirinya, dan nyaris terjatuh. Ia hanya menundukkan wajahnya yang sedari tadi merona merah. "Thanks buat supnya, thanks buat perhatiannya, dan maaf soal ucapan gue tadi, maaf juga karena ngebuat lu khawatir."
Wajahnya kini benar-benar merah padam, ia senyum tertahan. Ia kini membalikkan tubuhnya dan beranjak pergi ke arah dapur. "Gu...gue beresin dapur lu dulu Raf," Jery nampak canggung kini.
Sebelum punggungnya benar-benar hilang, gue bergumam halus nyaris tak terdengar. "Thanks juga buat kecupannya," perut gue berasa diterbangi ribuan kupu-kupu.
Sepertinya Jery mendengar gumaman gue, diapun semakin mempercepat langkah kakinya, dan gue tersenyum lebar.

Tbc
***

Jatuh (boyxboy) (yaoi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang