CHAPTER 13 (END)

88 4 0
                                    

AUTHOR POV
----------
Davi yang saat itu menguping pembicaraan antara Rafif dan Kinar, langsung memerosotkan dirinya di depan pintu ruang musik. Perasaannya berkecamuk, antara percaya atau tidak, antara sedih atau kecewa.
Kinar tak henti menangis, "Gue udah ga tau lagi harus gimana dan ngelakuin apa sekarang Raf."
"Gue juga ga tau harus gimana Kin," Rafif semakin gusar, ia kini mondar mandir ga karuan.
Kinar kini duduk lemas dilantai, ia masih saja menangis, ia meratapi nasibnya. "Ini salah gue yang ga bisa jaga diri sendiri, seharusnya malem itu gue ga keluar," ia memukul-mukul perutnya.
Rafif yang melihat hal itu, langsung menghentikan aksi Kinar. "Elu apa-apaan Kin! Lu ga boleh nyalahin diri lu! Gue bakal ngehabisin orang yang udah ngelakuin ini ama lu! Aaaaaaaaaaaargggghhh!!!" Rafif menghamburkan kursi dan meja yang ada diruangan tersebut. "Maafin gue Kin, gue gagal jadi sahabat buat lu, gue ga bisa ngelindungin elu!" sesal Rafif, tampak titik air mata disudut matanya.
"Elu ga salah Raf, lu udah terlalu banyak berkorban demi gue Raf, lu ngorbanin perasaan lu ke Davi demi gue. Dan sekarang gue ga mau lu kenapa-napa karna gue Raf," Kinar beranjak dan memeluk Rafif.

Diluar sana, Davi terkejut mendengar ucapan Kinar. "Rafif suka gue? Kenapa dia ga pernah bilang?" gumam Davi. Ia melangkah gontai menjauh meninggalkan ruang musik, dan ucapan Kinar terus membayanginya.

RAFIF POV
---------
Gue ga tau harus ngapain, ngeliat Kinar nangis dan murung kayak gini bikin hati gue sakit. Sekarang gue ama Kinar lagi terkapar galau dirumah gue, ga ada yang berani buka suara hanya detik jam yang berbunyi terasa begitu kencang. Hingga suara bell rumah berbunyi.
Ting..tong-Ting..tong...
Gue melangkah menuju pintu dan dengan lesunya membuka, "sia..?" belum sempat gue menyelesaikan kalimat, gue dikagetkan dengan kedatangan dua orang yang ga asing dalam kehidupan gue. -dulu-
"Hey Raf, Davi maksa ngajak kemari, katanya ada yang mau didiskusiin," jelas Ghali.
Gue berpikir sejenak namun tak terpikir apapun, "Oh ya? Kalo gitu ayo masuk."
Belum sempat gue persilahkan duduk, Davi angkat bicara. "Ini soal Kinar, Raf."
"Kinar? Kenapa tuh anak?" Ghali tampak bingung.
"Kinar hamil," ucap Davi ragu. "Gue tadi ga sengaja ngedenger omongan Rafif ama Kinar," sambungnya.
Kegalauan kembali menghampiri gue, gue kepikiran lagi soal kehamilan Kinar. "Oh soal itu," cuma kata-kata itu yang berhasil keluar dari mulut gue.

AUTHOR POV
---------
Di dalam kamar, Kinar menyadari bahwa dia sekarang lagi sendirian. Bukankah ia tadi mendengar suara bel, akhirnya ia ke ruang tamu untuk melihat siapa yang datang.

Davi terkejut ketika Kinar tiba-tiba muncul dari dalam rumah Rafif. "Elu disini Kin?" tanya Davi dan langsung menghambur memeluk Kinar.
Nampaknya Kinar masih jengkel akan sikap Davi, ia berusaha menjauh. "Apaan sih lu."
"Maafin gue Kin, gue tau gue salah," sesal Davi.
"Elu hamil Kin?" pertanyaan Ghali kali ini membangkitkan rasa sakit di hati Kinar. Kinar mematung, wajahnya pucat, air mata mulai turun mengalir di pipi indahnya. Ghali tau sesuatu terjadi pada Kinar, ia tau apa yang harus ia lakukan saat ini. Ghali memeluk erat Kinar, mengusap punggungnya. "Udah, lu tenang. Ceritain semuanya ama kita."

Rafif dan Davi yang melihat adegan mengharukan itu langsung ikut memeluk Kinar. Kinar semakin menjadi-jadi, ia menangis hingga sesegukan. Davi ikut menitikkan air mata, Rafif dan Ghali terlihat berkaca-kaca menahan air mata yang hampir jatuh.

"Kita sayang sama lu Kin, kita bisa lewatin ini sama-sama," suara Rafif mulai bergetar.
Davi mengusap lembut rambut Kinar, "Lu ga boleh cengeng gini, lu harus kuat. Gue, Ghali, Rafif akan selalu ada disamping elu."

Akhirnya Kinar buka suara, "Gue sayang banget ama lu bertiga," ucapnya diiringi sesegukan.

"Kekuatan terbesar setelah seluruh dunia menjauh ialah genggaman dan pelukan erat dari orang-orang terdekat. Mungkin mereka tak mampu menyelesaikan, namun mereka akan setia menemanimu hingga selesai"

Akhirnya Kinar menceritakan detail kejadian malam itu yang menyebabkan kehamilannya saat ini. Mereka memutuskan untuk pergi ke diskotik yang dikunjungi Kinar malam itu.

Kinar berpikir sejenak, "Mending ga usah deh, soalnya Rafif ama Davi lusa udah mau tampil."
"Gue ga tampil gapapa kok Kin," tegas Rafif.
Davi mendekati Kinar, "Kita selesain dulu masalah lu, tampil atau engga urusan belakang."

Mereka akhirnya pergi menuju diskotik, Kinar terlihat semakin gusar. Wajahnya pucat. Ghali memarkiran mobilnya, Kinar ragu untuk keluar.
"Lu kenapa Kin?" tanya Davi.
"Buruan Kin," seru Ghali.
Kinar menggenggam erat tangan Rafif. Rafif merasa tangan Kinar begitu dingin.
"Lu gapapa Kin?" Kinar hanya mengangguk lemah.

Mereka menyusuri setiap sudut ruangan di diskotik itu. Langkah Kinar terhenti, tubuhnya mematung, matanya terpaku tertuju pada sosok pria berumur yang sedang bercengkrama dengan beberapa wanita malam. Ia ragu, ragu untuk mengucapkan bahwa pria di ujung sana yang telah menghamilinya.

Ketiga sahabatnya yang menyadari ketegangan dan kegundahan Kinar, mendekati Kinar.
"Kenapa Kin? Lu liat orangnya?" tanya Davi antusias.
Kinar hanya mengangguk lemah, air matanya lolos mengalir begitu saja.
Rafif menelisik sekitar, matanya tertuju pada pria yang sama yang dilihat Kinar. Rafif mengerutkan keningnya, menatap pria itu lekat. "Apa itu orangnya Kin?" tanyanya ragu.
Kinar mengeratkan genggaman tangannya ditangan Rafif, Rafif mengerti.

Emosi menyelimuti Rafif, rahangnya mengeras. Saat ia hendak menghampiri pria itu tangan Kinar menahannya, Rafif menoleh, Kinar hanya menggeleng mengisyaratkan "Jangan! Please!"

Davi menangkap sosok yang sedang Kinar dan Rafif lihat. Tubuhnya menegang, air mata lolos membasahi pipinya. Ia bergetar, ia tak yakin namun mencoba menguatkan hati untuk bertanya pada Kinar. "Dia?" tunjuk Davi.
Kinar menatap Davi lemah, air matanya makin menjadi.
Tubuh Davi lemah, ia nyaris jatuh namun ditahan oleh Ghali. "Kamu gapapa?" Ghali memastikan.
Davi bergumam lirih, "Daddy!"
Ketiga sahabatnya menegang, sesaat setelah itu tubuh Davi kian melemah, ia jatuh, ia kehilangan kesadarannya.

-End-

Thanks For Reading 😍😚

Jatuh (boyxboy) (yaoi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang