CHAPTER 12

145 6 0
                                    

JERY POV
--------
Gue ke ruang tengah lagi buat pamit pulang, tapi ternyata Rafif udah tidur disofa, gue ga enak buat bangunin dia. Akhirnya gue putusin buat pulang tanpa pamit, tapi sebelumnya gue beraniin diri untuk cium keningnya Rafif. Gue menikmati wajah polos Rafif dalam tidurnya.

Saat ini gue udah ada dirumah, sebenernya pengen banget nemenin Rafif tapi gue ga berani. Sekarang gue mandi dan ngeflash back setiap kejadian hari ini bareng Rafif, gue senyum gaje.

Keesokan harinya....
Hari ini gue ada latihan buat persiapan pensi, tapi gue bangunnya telat. Gue mandi buru-buru, ga sempet sarapan, gue ambil kunci mobil dan saat gue ke garasi ternyata mobil gue ga ada. Gue baru inget kemaren sore gue ninggalin mobil di kampus. Saat gue lagi mikir bakal ke kampus naik apaan, tiba-tiba ada yang klackson didepan rumah.
Gue kaget, pucuk dicinta ulam pun tiba hehe. "Ngapain lu kemari? Udah baikan?"
"Elaaaaah Jer, alay lu ah, gue mau jemput lu biar bareng ke kampus."
Gue cengengesan gaje, hari ini Rafif masih terlihat ganteng meski ada beberapa lebam di wajahnya. "Elu udah nentuin lagu yang bakal lu nyanyiin lusa ntar?" gue memecah keheningan.
Rafif tampak lesu saat gue bahas soal pensi. "Udah sih, tapi masih galau nih gue."
"Galau kenapa Raf?" tanya gue kepo.
"Gue bingung mau tampil apa enggak, gue ga punya pengalaman tampil didepan orang banyak," ungkap Rafif jujur.
Gue modus pegang tangannya Rafif, dan Rafifnya ngebiarin. "Yaelah Raf, ini saatnya lu tunjukin kalo lu punya talenta."
Rafif ngejitak kepala gue, "omongan lu Jer udah kayak bener aja haha."
Akhirnya kita sampe di kampus, setelah memarkir mobil, gue ama Rafif jalan menuju ruang pak Ridho.

AUTHOR POV
----------
Dua pasang mata mengamati setiap gerak-gerik Jery dan Rafif yang tanpa sengaja mereka lihat saat keluar dari ruang pak Ridho. "Makin lengket aja Rafif ama tuh anak," Ghali membuka suara.
"Aku ga peduli dan ga mau peduli!" ungkap Davi dan berlalu.
"Rafif itu temen kita Dav," kali ini Ghali mencoba bicara serius.
Davi nampak jutek, "Dia pengkhianat! Dan aku ga sudi temenan ama pengkhinat!" tegas Davi.
"Udah sayang, ga boleh gitu. Mungkin Rafif bener, kita terlalu sibuk ama dunia kita berdua, kita jadi punya jarak ama Ki...."
Davi memotong, "Kamu apa-apaan sih? Kamu kenapa?"
"Aku cuma gamau persahabatan kita hancur gara-gara hal ga penting gini," jelas Ghali.
Davi nampak tersulut emosi dengan omongan sang kekasih tercinta, "APA? GA PENTING? jadi hubungan kita ga penting?"
Ghali mencoba menenangkan Davi, "bukan gitu sayang." Namun Davi malah berlalu. Ghali berusaha terus mengejar Davi. "Ayolah, jangan childish gini dong."

Davi pun langsung memasuki ruang Pak Ridho tanpa menghiraukan Ghali yg membuntutinya.
"Permisi pak," Davi duduk dihadapan Pak Ridho. "Saya mau laporan judul lagu yang akan saya bawakan lusa pak," tambah Davi.
"Ya silahkan," Pak Ridho mengamati Judul lagu yang diajukan Davi, ia berkali-kali menaik-turunkan kacamatanya.
"Saya boleh keluar sekarang pak?" tanya Davi seraya beranjak dari kursinya.
"Tunggu dulu, judul yang saudara ajukan ini sudah terdaftar, apakah ada yang lain?" Pak Ridho sedikit berpikir.
Davi terdiam, ia bergumam dalam hati "siapa sih yang udah ngajuin duluan? bikin bete aja. Padahal udah gue siapin mateng-mateng buat bawain lagu itu."
Pak Ridho menyadarkan Davi, "gimana saudara Davian? Atau saya saja yang memilihkan untuk anda?"
Davi menuliskan sesuatu didaftar tersebut, "ini lagu yang bakal saya bawain lusa pak."
Pak Ridho berpikir sejenak, "Oke baiklah. Jangan lupa besok kita ada Technical meeting."
"Baik pak, terimakasih.
Davi meninggalkan ruangan Pak Ridho, didepan ruangan Ghali masih setia menunggu sang pujaan hatinya. "Gimana sayang? Udah beres?" tanya Ghali.
"Udah," jawab Davi singkat.
Ghali merapatkan badanya ke badan Davi, "kamu masih marah ya? Aku minta maaf deh."
Davi menggeserkan badannya menjauh, "Kamu apa-apaan sih? Orang pada ngeliatin tuh."
"Mana? Mana? Ga ada orang tuh?" Ghali mengedarkan pandanganya ke sekeliling. Saat ia kembali ke fokusnya yaitu Davi, sosok tersebut sudah tak ada dihadapannya, Ghali hanya geleng-geleng kepala dengan kelakuan pacarnya itu.

Davi berjalan tanpa tujuan, hari ini benar-benar hari yang menyebalkan baginya. Ia melintas didepan ruang musik, ia menoleh dan nampak Rafif yang sedang berdebat dengan Kinar didalam sana, perlahan Davi mendekat untuk menguping pembicaraan mereka.

KINAR POV
---------
Gue bingung gimana caranya nyampein kabari ini ke temen-temen gue. Gue lihat Rafif masuk ke ruang musik sendirian, gue rasa Rafif orang pertama yang harus tau tentang ini. Gue berharap banyak ama Rafif, semoga dia bisa bantu gue buat menyelesaikan masalah ini.
Gue masuk ke ruang musik, tampak Rafif sedang melakukan beberapa pemanasan kecil sebelum latihan nyanyi. "Eheeemm," gue berdehem.
Rafif segera mengalihkan pandangannya ke gue, "Eh elu."
Gue ragu, gue ga tau harus bilang apa engga. Suara gue bergetar, air mata gue ga bisa dibendung, "Raf, gu.. guuuu..."
"Lu kenapa kin?" Rafif tampak mulai panik dan mendekat ke gue.
"Gu...gue.. Ham...mil..." ujar gue sambil tersedu.
Rafif diam terpaku!

tbc
---

Jatuh (boyxboy) (yaoi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang