CHAPTER 8

169 10 0
                                        

AUTHOR POV
----------
Setelah hari dimana Rafif memergoki Davi dan Ghali lagi suap-suapan, Rafif jarang bersapa ria dengan Davi, kadang dia coba buat nyapa tapi apa daya Davi selalu ditempelin oleh Ghali dan semuanya kini terasa begitu canggung. Rafif yang selalu dapat jatah jaga malem dikamar inap pacar boongannya itu pun jarang ditemani oleh Davi dan Ghali, hampir setiap malam Davi dan Ghali selalu keluar bersama begitulah yang diketahui Rafif melalu update'an Davi di Pathnya.

Rafif kini sedang bersiap untuk berangkat kuliah, sebenarnya semalam Kinar udah siuman seharusnya dia bahagia namun pagi ini dia menekuk wajahnya, ia selalu terbayang adegan-adegan kebersamaan Davi dan Ghali. Tiba-tiba saat Rafif sibuk mencari kunci mobilnya, bel rumahnya pun berbunyi.
Ting tong Ting tong...
Rafif mengurungkan niatnya untuk mencari kunci mobil dan menghambur ke arah pintu kemudian membukanya.
"Lama amat sih Raf, ngapain lu di dalem?" omel Davi.
"Gue lagi nyariin kunci mobil," jawab Rafif jujur. Rafif menatap Davi aneh. "Oh ya lu ngapain kemari?"
"Oh itu, ngampus bareng yuk," tarik Davi menuju mobil yang begitu Rafif kenali. Mobil Ghali, gumamnya.

GHALI POV
---------
Pagi ini gue sengaja jemput Davi buat ngajak ngampus bareng, tapi Davi malah nyuruh jemput Rafif juga biar bareng ngampusnya. Kadang gue rada bingung ama Rafif, gue perhatiin dia perhatian banget ke Davi trus dia juga suka godain Davi, Rafif juga kadang blushing karena sikapnya sendiri yang kayak orang yang lagi falling in love. Gue ngerasa ada yang ga beres ama tuh anak, jangan-jangan dia mulai suka ama Davi, Davinya juga kadang blushing kalo lagi digodain Rafif. Sebenernya Davi suka gue atau Rafif -_- gue bingung.

Sebuah ketokan ringan dikaca mobil membuat gue sadar dari lamunan. "Masuk gih buru, telat nih ntar," perintah gue. Dan mereka masuk berdua, duduk dibangku tengah.
"Yaudah jalan deh Ghal!" seru Davi tak kalah memerintah.
"Elu kira gue sopir apa? Sini duduk disamping gue."
"Yaelah gitu aja ribut lu berdua kayak laki bini," Rafif memecah kesengitan antara gue dan Davi. Yang gue liat Davi blushing haha.
Gue ga tau kenapa gue jadi senyam-senyum denger omongan Rafif. "Iya nih si mama gamau banget duduk bareng papa," goda gue ke Davi, kini Davi makin memerah, kemudian beringsut keluar dari mobil dan pindah duduk disamping gue. "Nah gitu dong ma," sambung gue sambil pasangin sabuknya.
Yang gue liat sekarang Rafif malah keliatan masam. "Udah ah, jijik gue! Inget disini ada cowok NORMAL!," tekan Rafif pada kata terakhirnya.
Davi keliatan bergumam ga jelas, dan gue juga ga mau ambil pusing ama omongan Rafif barusan, suasana hening menyelimuti perjalanan menuju kampus.

RAFIF POV
---------
Gue menyesali omongan gue yang nyebut mereka kayak laki bini, awalnya pengen becanda doang tapi malah gue nyesek sendiri. Akhirnya kita sampe dikampus, sebelum turun dari mobil gue ngabarin kalo Kinar udah siuman, mereka berdua keliatan bahagia terutama Davi yang berbinar dan kemudian dipeluk oleh Ghali. Gue turun dari mobil dan menutup keras pintu mobil membuat sang empunya mobil teriak kearah gue yang berlalu ga ngehirauin.
"Gila lu Raf, mobil baru nih bego!"

Gue jalan di koridor sendirian, gatau Davi ama Ghali kemana -_- didepan papan pengumuman banyak mahasiswa yang berebutan untuk melihat isi pengumuman di papan. Beberapa mahasiswa/i bersorak gembira, ada juga yang bersedih dan berjalan lesu meninggalkan papan pengumuman. Gue akhirnya memutuskan untuk bergabung kedalam kerumunan namun langkah gue terhenti ketika sebuah tangan mendarat dibahu gue.
"Hoy," kata pertama yang mampu gue denger dari sosok dibelakang gue itu.
Gue menatap aneh ke sosok makhluk yang kini tersenyum manis ke arah gue. "Lu siapa? Ada urusan ama gue?"
"Lu pacarnya Kinar kan? Cewek yang gue tusuk tempo hari," ujarnya santai tanpa dosa dengan puppy eyesnya.
"Bangsat lu, masih berani lu ngadep gue?" tangan gue udah mengepal dan siap melayangkan tonjokkan.
Namun Si brengsek ini menangkis pukulan gue. "Eh slow bro, gue kemari mau minta maaf ama lu dan temen-temen lu."
"Kinar hampir mati gara-gara lu, dan sekarang lu tanpa dosa minta maaf gitu?"
"Gue disuruh orang buat nusuk Davi, tapi malah Kinar yang ketusuk," jelasnya jujur masih dengan puppy eyesnya.
"Siapa yang nyuruh lu?" tatap gue sangar.
"Oh ya, nama lu ada didaftar 10 pengisi acara pensi bulan depan," jelasnya mengalihkan pembicaraan. "Gue Fadhlan Jeryan, senior lu, kita cuma beda satu tingkat kok," tambahnya.
"Badan lu gagah, cakep, gue kira macho ternyata kayak cewek haha," ejek gue dengan nada super nyindir.
"Anjing lu!" hanya itu kata yang keluar dari mulutnya saat gue mulai jalan menjauh menuju kelas.

Gue memutar otak memikirkan siapa yang berniat melukai Davi, gue jadi khawatir ama Davi, dan saat gue sadar orang yang gue khawatirin masuk kelas berdampingan dengan sahabat gue, GHALI. Kekhawatiran gue luntur ketika sadar Davi udah punya bodyguard yang siap melindungi Davi lahiriah.
Ghali ngegetok kepala gue lumayan keras, gue ga sigap menghindar ya akhirnya kena getok. "Sekali lagi lu banting pintu mobil gue, lu gue banting!" seru Ghali sambil becanda sih kalo gue perhatiin tampangnya.
"Iye maaf, khilaf gue,"
"Balik ini nengokin Kinar yok, gue mau minta maaf, gara-gara kesongongan gue ke senior dia jadi kayak sekarang," mata Davi mulai memerah.
Belum sempat Ghali menjangkau Davi untuk dipeluk, Davi udah berada dalam pelukan gue. Dada gue berasa basah, gue elus-elus puncak kepalanya. Kecemburuan Ghali nampak jelas terlihat, wajahnya merah tangannya mulai mengepal.
"Udahan kali pelukannya, gue kan pacar elu Dav, kok malah meluk Rafif," kini Ghali merengek.
Davi tersenyum dibalik pelukan gue, wajahnya merah dan secepat kilat dia berbalik dan memeluk Ghali. Dada gue sesak saat melihat Davi berpaling dari gue, dia terlihat lebih nyaman dibalik pelukan Ghali.

Tiba-tiba sosok yang ga diduga berdiri didepan pintu, dan ia pun memekik.
"Gays gue balik!"
Merasa mendengar suara yang begitu familiar Davi berbalik dan menghambur memeluk ke arah sumber suara.
"Kyaaaaaaa, Kinar maafin gue," isak Davi terdengar jelas.
"Haha gapapa kali Dav, elu kan sahabat gue," tenang Kinar mengelus pundak Davi.
"Jangan lama-lama pelukan ama Kinar, ntar pacarnya marah," goda Ghali.
Davi refleks langsung ngelepas pelukannya. "Maaf Raf, khilaf gue hehe."
"Selamat ya buat kalian berdua," sahut Kinar.
Ghali dan Davi jadi salah tingkah dibuatnya. "Lu tau dari mana kalo gue ama Davi jadian?" tanya Ghali kegeeran.
Kinar pasang tampang super bingung. "Bukan itu wey," Kinar menoyor Ghali. "Davi ama Rafif kan terpilih buat ngisi acara pensi bulan depan," sambungnya.
Ghali dan Davi nampak kaget. "Oh soal itu, gue aja ga tau kenapa ada nama gue disono," kini gue angkat bicara.
Davi nampak bingung. "Akademisi terbaik katanya yang dapet jatah ngisi acara, kok elu bisa kebagian jatah gitu ya Raf?" terdengar biasa sih ucapan Ghali, tapi ada aura rasa tak percaya dari dalam dirinya.

Gue juga ga tau kenapa ada nama gue, kalo Davi emang jago nyanyi jago main musik, lha gue ga pernah nyanyi dan ga bisa main musik.
"Lu jangan ngerusak pensi ya Raf," nada bicara Davi terdengar mengejek dan gue maklumi karena gue emang khawatir bahwa gue bakal ngerusak pensi haha. "Oh iya, gue udah jadi pacar Ghali sekarang," tutur Davi malu-malu.
Gue kaget, nyaris lompat nih jantung, kayak disambar petir gue cuma bisa bengong nahan sakit didada gue disaat mereka lagi ketawa-ketiwi bahagia gue cuma senyum hambar dan Kinar terdengar ngasih selamat ke mereka berdua. Gue udah nebak sih kalo Davi bakal luluh karena sikap Ghali, secara Ghali orangnya keren ganteng gagah humoris dan hangat beda ama gue yang ga jelas. Gue sadar saat tubuh gue hangat ada seseorang meluk gue dan saat gue sadar ternyata itu Kinar.
"Senyum dong, move on!" bisik Kinar.

***
Tbc
Next part 17+

Jatuh (boyxboy) (yaoi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang