AUTHOR POV
----------
Setengah jam berlalu, Kinar nampak biasa dengan ngotak-ngatik gadgetnya sedangkan Rafif mulai gelisah pikirannya melayang entah kemana membayangkan apa yang sedang dilakukan Davi dan Ghali didalam kamar. Rahang Rafif mengeras saat Kinar mulai memecah keheningan.
"Padahal udah janjian ama kita, eh mereka malah party berdua," ucap Kinar sebal melirik Rafif yang semakin gusar.
"Gue pulang aja deh Kin, udah ga mood!" Rafif membalik badannya beranjak pergi namun langkahnya terhenti karena seseorang tengah berdiri dihadapannya.
"Yaaaaaaaaaaa kok gitu sih Raf?" Davi memasang tampang sedihnya.
Rafif masih tetap berlalu, namun tangannya ditahan seseorang, tanpa menoleh Rafif menghentakkan tangannya. "Gue capek! Capek nunggu!"Tidak ada seorang pun yang mampu menghentikan setiap hal yang akan dilakukan Rafif kecuali, DAVI. Namun saat ini Davi pun tak mampu mencegah Rafif agar tak meninggalkan kediaman Ghali. Mereka hanya menatap punggung Rafif yang kian jauh kian menghilang. Party yang direncanakan itu pun gagal total, tak ada party malam itu.
Satu minggu kemudian...
KINAR POV
---------
Setelah malam itu, Rafif jarang ikut ngumpul bareng kita-kita. Sekalinya ngumpul Rafif malah sibuk ama gadgetnya, kadang dia senyum sendiri meski ketika tertangkap basah sedang senyum gaje dia langsung pasang tampang datar lagi, dia seperti menemukan kehidupan lainnya di dunia ini. Rafif pasti sangat kecewa pada dirinya sendiri karena tak mampu mengungkapkan perasaannya pada Davi, ia semakin kecewa sejak Davi mengumumkan hubungannya dengan Ghali. Rafif begitu mencintai Davi, itulah kenapa Rafif nolak gue. Terkadang gue iri ama Davi, dia begitu beruntung bisa dicintai dua orang pria yang luar biasa, tak hanya karena tampang mereka di atas rata-rata tapi mereka memenuhi setiap kriteria sebagai pria idaman.
Kini gue, Davi dan Ghali lagi nongkrong asik di kantin Fakultas dan lagi-lagi tanpa Rafif. "Gue kangen ama Rafif nih!"
Davi dan Ghali menoleh bersamaan ke arah gue, gue ga nyangka Ghali malah tertawa menanggapi omongan gue. "HAHAHAHAHAHAHA."
Davi menatap kekasihnya itu dengan pandangan aneh. "Kok kamu ketawa sih Ghal?" gue mulai terbiasa mendengar panggilan aku-kamu diantara Davi dan Ghali.
"Rafif kan pacar lu Kin! Tinggal bilang aja kali ama dia kalo lu kangen! Hahahahaha!" ucapan Ghali penuh penekanan.
"Tapi Rafif kayaknya lagi sibuk Ghal, kita aja sering dikacangin apalagi Kinar, ya ga Kin?" nada bicara Davi terdengar tulus.
"Ini semua karena lu berdua! Rafif jadi gini karena elu Dav! KARENA ELU! GUE JUGA KEHILANGAN RAFIF KARENA ELU DAV!" gatau kenapa gue jadi emosi gini, Davi emang bego atau pura-pura bego. Gue rasa sikap Rafif selama ini cukup menjelaskan bahwa dia sayang ama Davi, bahkan dia ampe masuk ke kampus ini cuma karena Davi.
Ghali berdiri dan mendamprat meja tepat didepan muka gue, dan kini semua mata tertuju pada kami. "Nyante aja dong Kin! Gausah senyolot itu! Kalo bukan cewek aja lu udah gue tonjok!"
"Aku gapapa kok Ghal, Kinar cuma terlalu kangen ama sosok Rafif doang kok!" Davi mengelus pundak Ghali lembut berusaha menenangkan Ghali, buktinya Ghali kini duduk kembali.
Gue masih aja dongkol ngeliat tingkah Davi yang udah ngelebihin cewek yang terlalu menye-menye, otaknya ga jalan semenjak pacaran ama Ghali. "Muak gue ama lu berdua!" gue pun bangkit dari kursi gue dan berlalu meninggalkan kantin.Setelah meninggalkan kantin, gue berniat menuju ruang musik kali aja disana gue bisa nemuin Rafif. Langkah gue terhenti saat melihat Rafif di ruang baca sedang berbincang dengan seseorang, tampang lawan bicara Rafif ga bisa gue tangkep soalnya posisinya membelakangi gue. Gue yang penasaran kini ikut masuk ruang baca untuk yang pertama kalinya, Rafif menangkap sosok gue yang baru saja akan mengisi daftar pengunjung ruang baca, Rafif pun melambaikan tangannya, gue sesegera mungkin menuju ke arah Rafif dan menarik bangku disebelahnya.
Sebelum gue duduk pandangan gue menabrak seseorang yang sekarang berada dihadapan gue, gue shock memyadari ternyata Jery yang sedari tadi berbincang bersama Rafif. "Elu ngapain disini Jer?"RAFIF POV
---------
Kok Kinar kenal ama Jery? Pikir gue, Ah mungkin karena insiden tempo hari.
Oh ya kini gue lumayan deket ama Jery, meski Jery anaknya nyebelin tapi dia lumayan menjadi pendengar yang baik dalam setiap kegalauan gue akhir-akhir ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh (boyxboy) (yaoi)
Fiksi PenggemarJatuh itu sakit, namun mereka bilang ada jatuh yang tak menimbulkan rasa sakit yaitu ; jatuh cinta. Jatuh cinta adalah sebuah rasa yang indah, itu memang benar namun jika rasa itu terbalas. Bagaimana jika orang yang tlah membuatmu jatuh cinta mencin...