005

262 27 4
                                    

Satu haripun, Jevin tidak pernah bolos untuk melihat Yara. Seperti biasa mengamati dari jauh. Duduk di spot pojok Cafe untuk melihat mantan istrinya menjadi kasir. Namun, kali ini berbeda. Jevin melihat Yara bertransaksi dengan pelanggan hanya dua jam. Selebihnya Yara belum terlihat lagi.

Tidak kehilangan akal, Jevin bertanya pada Tiara. Perempuan yang menjadi mata-mata untuk mengamati Yara dari dekat. Sudah Jevin bayar setiap bulan untuk selalu memberikan informasi terkait Yara atau sekedar mengirim foto mantan istrinya sedang melakukan kegiatan. Bahkan, yang sering menyuruh Yara menjadi kasir adalah Tiara karena tempat itu yang paling tepat dan mudah dilihat dari Cafe depan. Sehingga Yara tetap stay di satu lokasi tanpa perlu bolak-balik ke tempat lain untuk mencari barang atau menemani pelanggan.

'Mba Yara nangis habis angkat telfon. Saya ngga tau kenapa. Mba Yara ngga bilang apa-apa.'

Hal seperti ini yang selalu membuat Jevin khawatir. Ia ingin memastikan keadaan Yara dengan mata kepalanya. Jadi, Jevin segera keluar Cafe untuk menuju toko seberang. Tanpa mengambil mobilnya dan berjalan mengikuti zebra cross menemui Yara. Jevin dapat menggunakan dalih akan membeli pakaian jika mereka berjumpa.

Namun, baru saja Jevin membuka pintu kaca, Yara sudah berdiri di depannya. Perempuan itu juga mendorong pintu kaca untuk keluar toko dengan mata sembab. Jevin mematung, melihat Yara dengan mata merah. Namun, Yara segera berkata, "permisi." Seolah Jevin orang asing.

Jevin mundur, ia menepikan diri untuk mepersilahkan Yara keluar. Ia membuka ponsel sesekali dan terlihat gugup. Nafasnya masih tersengal. Hingga detik kemudian, Yara mendekati Jevin. Perempuan dengan wajah menyedihkan itu berkata, "Ka, minta tolong anterin boleh?"

Tentu. Jevin kabulkan segala permintaannya. Apapun itu untuk Yara asal tidak bersedih. Ia segera mengeluarkan mobilnya dari parkiran depan. Menjemput Yara untuk diantar menuju tujuan, yaitu rumahnya.

Bahkan selama perjalanan, keduanya diam. Yara terlihat kalut membuat Jevin takut bertanya. Ia tidak mau salah kata dan membuat segala sesuatu menjadi rumit. Namun, Jevin juga tetap peka untuk membawa kendaraannya melaju lebih cepat agar segera sampai.

Yara buru-buru keluar mobil tanpa kata. Ia berlari menuju rumah tanpa menghiraukan Jevin yang mengantarnya. Perilaku Yara yang ganjil ini membuat Jevin kian penasaran dan memilih mengikuti langkah mantan istrinya. Memasuki hunian yang Yara tinggali dengan pintu terbuka lebar. Meski ragu, Jevin tetap menuruti rasa ingin tahunya. Apalagi Yara semakin sesenggukan setelah masuk salah satu kamar terdekat dengan ruang tamu.

"Udah, Ra. Ngga papa, kok. Nono udah sehat." Terdengar suara Nesha dari dalam bilik. Jevin yang masih tau batasan hanya mematung. Bahkan dengan masuk rumah tanpa diizinkan saja sudah melanggar privasi. Jadi, ia sedikit mundur. Lebih mendekat ke pintu.

"Kenapa bisa gini?"

"Jatoh dari sepeda terus kena pecahan kaca di depan rumah."

Lalu terdengar suara tangisan Yara yang ditahan. Nesha juga bilang, "Yaya, kalo lo nangis, Nono jadi takut. Dia ikut panik. Tadi di rumah sakit aja dia udah anteng."

Tak berselang lama terdengar suara anak kecil merengek dengan menahan isakan. Entah masalah keluarga apa yang mereka alami, tapi Jevin bisa sedikit menyimpulkan. Dan setelah tau, Jevin balik badan. Baiknya ia keluar dan kembali ke restoran sambil mencarikan dokter terbaik untuk anak.

"Ka Jevin." Panggil Yara saat dirinya sudah melangkah keluar rumah. Yara juga berkata, "maaf, Kak. Tadi panik jadi ngga sempet bilang apa-apa."

"Iya, nggak papa." Ujarnya memaklumi.

"Duduk dulu, Kak. Sebentar ya, diambilin minum dulu."

Tanpa persetujuan, Yara sudah pergi ke dapur. Membuat Jevin terpaksa duduk pada sofa. Sambil menunggu Yara kembali, Jevin mengamati bangunan ini. Sudah banyak yang berbeda dari yang dulu. Tempat yang Jevin duduki sudah berubah menjadi lebih empuk, padahal sebelumnya keras dan beberapa bagian kulit sofa terlepas. Cat pada dinding rumah juga sudah halus setelah sebelumnya kusam dan terkelupas.

FINISH TO STARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang