012

155 18 1
                                    

"Ni anak empat hari ngga bisa dihubungi. Bilangnya mau ke New York kan-" Joni yang sedang menceritakan kronologis telah menemukan Jevin memilih diam sejenak. Ia sempat keceplosan pada rencana kawannya di depan Yara. Tapi, Juna yang tidak sadar malah menangguk-angguk seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sama seperti Emira dan Yasmin yang masih melirik Jevin tergeletak dengan infus di ranjang.

"Gue kira dia nekat. Apalagi sampe ngga ngehubungin gue. Ini sih, definisi kurang ajar karena mau pergi ngga pamit! Ya walopun gue tau dia emang nyebelin. Nah, terus Yasmin nyuruh gue cek ke rumahnya. Oke tuh. Gue cek sambil nelfonin juga, kan emang biasanya rumah dia ngga dikunci. Jam tujuh malem tuh gue masuk. Takutnya, dia teler lagi." Joni melanjutkan ceritanya sebagian besar mengandung pikiran negatif karena perilaku Jevin yang seringnya diluar nalar dan tindakan yang dilakukan tanpa pikir panjang.

"Taunya lagi muntah-muntah di wc. Itu gue periksa suhunya panas banget kan, hampir 40. Nah disitu gue panik. Gue ngga bisa mikir apa-apa jadi langsung nelfon Yasmin buat dateng. Karena gue sempet takut kalo dia pake narkoba. Kalo dibawa ke RS kan berabe ya, bisa kena lagi dia. Abis sama Om Yanuar dia kalo sampe beneran. Terus ngga lama ada Yasmin, diperiksa sebentar, ditanya-tanya jawabnya udah demam tiga hari." Joni menceritakan dengan menggebu-gebu. Ia juga sempat menyebutkan tugas istrinya sebagai perawat sebelum berhenti dan menjadi ibu rumah tangga seutuhnya.

"Emang orang tolol! Demam berhari-hari dibiarin aja, mau nunggu jadi mayat?" Sebab, Joni tidak pernah berhenti untuk memaki bila bersama Jevin. Bahkan, bila Jevin tidak merasa lemas dengan badan di atas kasur dan tangan diinfus, ia dengan senang hati balas mencaci kawannya. Ia juga sedang menabung dendam pada Joni untuk nanti dikeluarkan usai sehat.

"Dia kira ini demam biasa gitu, minumnya malah obat yang ada di rumah. Terus istri gue cek tangan kiri, katanya ada bintik merah. Nah, disini Yasmin nyuruh mending ke RS. Jadi malem itu, gue sama Yasmin bawa dia ke rumah sakit sambil nelfonin keluarganya. Mana dia lemes banget. Jalan aja sempoyongan ngga bisa berdiri sendiri. Terus langsung masuk IGD. Itu tuh, durhaka sama temen karena mau jalan-jalan sendiri."

Yara melirik Jevin yang masih diam. Tatapan mata Jevin yang sinis tertuju pada Joni meski wajahnya tertutup separuh oleh lengan. Yara tau, Jevin sedang menahan diri untuk tidak marah mengingat saat ini hanya mampu tiduran di ranjang.

"Ka Jevin sekarang udah mendingan kan?" Pertanyaan ini keluar dari bibir Emira yang berdiri menyender dinding berjarak dua langkah dari brankar. Mewakili hati Yara yang ingin bersuara sejak tadi, namun terhalang malu karena ada Yasmin dan Joni.

"Iya, udah mendingan." Jawabnya pelan.

Jevin selalu menutupi wajahnya. Ia malu ada Yara. Apalagi kondisinya sedang tidak gagah. Ia tidak gentle karena sedang lemah. Jevin juga sadar sudah tidak mandi hampir satu minggu, rambutnya berantakan dan bibirnya kering. Pasti penampilannya sedang tidak menarik. Jadi, sejak mereka bertamu, Jevin menaikkan lengan kiri yang tidak diinfus untuk menutupi sebagian wajahnya.

"Gue balik dulu ya. Udah malem." Joni berpamitan. Ia sudah menggandeng istrinya yang memakai jaket army.

Sejujurnya, Yara datang bersama Emira dan Juna. Dan kebetulan yang bagus, ada Joni yang sudah ada di ruangan sehingga Juna bisa menanyakan kronologi Jevin masuk rumah sakit. Di awal masuk, ada Oma dan Yanuar. Wanita tua itu sempat sinis, tapi Yanuar segera mengajak keluar ruangan meninggalkan lima penjenguk muda agar lebih nyaman tanpa orang-orang berumur.

Bagusnya, Yara memutuskan untuk menjenguk bergabung dengan Emira. Sebab, Yara belum sanggup jika kembali menghadap Oma. Tatapan tidak suka selalu diberikan membuat Yara berkecil diri. Merasa bersalah karena telah melanggar prinsip keluarga sang mantan suami.

"Gue juga, balik deh, Bang. Cepet sembuh ya. Ngga usah mikirin resto dulu." Ujar Juna setelah Joni pergi. Emira juga tidak kalah untuk ikut bersuara, "sehat-sehat juragan. Ditunggu tumpengan ya kalo udah sembuh."

FINISH TO STARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang