014

131 16 1
                                    

Jevin selalu menyerahkan segala keputusan pada Yara. Ia juga sesekali memberikan opsi untuk wanita tercantiknya bila Yara bingung. Seperti, "lagi pengen makan apa?"

Jika Yara menjawab, "terserah, ka Jevin."

Maka pria itu akan bertanya lagi, "makanan western, jepang atau indonesia?"

Jevin selalu ingin memberi Yara kebebasan berekspresi. Tidak ingin mengekang seperti dulu dan memberikan banyak hal yang Yara inginkan. Jadi setiap jawaban yang Yara beri hanya berisi keraguan, Jevin akan memberinya pilihan lain. Dan baiknya, Yara segera menentukan kemauannya. "Ka Jevin mau nasi padang ngga?"

"Ayo!"

Apa saja untuk Yara, Jevin lakukan.

"Sebenernya ini rekomendasi temennya Andy waktu gue main kesini. Cuma belom sempet. Katanya enak banget dan jadi langganan mahasiswa sini. Tapi kalo Ka Jevin ngga pengen, kita-"

"Gue pengen kok. Gue mau." Menjadi jawaban Jevin agar Yara tidak merubah pilihan dan merasa berkecil hati.

Berencana makan berdua, Jevin harus sial karena ada Joni yang datang tiba-tiba. Tidak sengaja bertemu saat sedang memesan. Saling mengenal dan dekat, bagi Yara akan tidak sopan bila tidak menawari untuk duduk bersama. Apalagi ada Yasmin di samping Joni.

Hingga sekarang, Joni dan Yasmin sudah duduk berdua menunggu pesanan. Dan Yara selalu berusaha untuk memulai basa basi. "Darimana, Kak?"

"Abis foto. Nih, dia tiba-tiba mau foto berdua gitu di studio. Jadi kita ke tempatnya Andy. Terus direkomendasiin makan ke warung nasi padang."

Yara mengangguk dengan jawaban Joni. Lalu Yasmin juga ikut menambahkan, "kalo kalian abis darimana?"

"Habis ke toko boba tadi sama Ka Jevin."

"Ngga mampir ke studio foto? Bukannya sebelahan ya?" Joni bertanya. Mengingat Andy adalah adik Yara, maka ada peluang wanita itu mengunjungi adiknya. Yang bahkan, siapa tahu bersama mantan suaminya pula.

Tapi jawaban Yara berupa gelengan, "enggak, Kak. Cuma ke toko boba aja tadi."

Sepanjang obrolan hingga makanan datang, Jevin hanya diam. Sesekali melirik Joni dengan kesal. Kebetulan seperti ini sangat tidak baik untuk dirinya dan Yara. Sebab, suasana menjadi canggung. Bahkan selama makan pun, mereka diam. Faktonya, memang tidak ada pembahasan dan rasa kaku yang hadir. Jevin dan Yara tidak mungkin membahas masa lalu di depan pasangan ini. Sementara Joni dan Yasmin tidak berani bersuara, takut menyinggung perasaan kedua belah pihak dari sisi manapun. Apalagi, mereka sudah mengerti kondisi Yara dan Jevin yang salah paham terakhir kali.

Pada keadaan ini, yang lebih banyak menggerutu adalah Jevin. Paling tidak, ia bisa membahas hal random apapun dengan Yara jika tidak ada Joni dan Yasmin. Hingga tiba-tiba, Joni bersuara, "tumben, Vin."

Yang menjadi pusat perhatian hanya melongo. Menaikkan kedua alis menatap Joni dengan mulut terbuka karena menjeda kunyahan.

"Tumben makannya abis. Biasanya tiga sendok udah mentok ngga mau masuk lagi."

"Duta makan slay itu Ka Jevin. Soalnya kalo makan ngga kayak orang susah. Beda sama Mas Joni." Ujar Yasmin menambahkan sambil melirik Joni.

Dan Joni berusaha membela diri dengan bilang, "gimana sih, sayang? Makan banyak salah, ngga mau makan juga salah."

"Enggak kok sayang, enggak. Maaf ya." Yasmin juga memberikan suapan pada suaminya agar tidak marah-marah.

Lalu, baru Yara bersuara, "sejak kapan Ka Jevin ngga suka makan?"

Seingatnya, selama menjadi suami, porsi makan Jevin cukup banyak. Bahkan, pria itu sering menghabiskan sisa makanan Yara.

"Lupa, Ra. Ada kali tiga-empat tahun dia kaya gitu. Liat aja badannya, kayak ikan dikeringin."

FINISH TO STARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang