Ibukota Georgia adalah kota yang megah dikelilingi dengan benteng batu. Jalanan bata di antara rumah-rumah kayu, gereja di empat sudut mata angin.
Ibukota Georgia terkenal dengan pasar yang tidak pernah sepi bahkan hingga malam larut.
Penduduk di kota menjual berbagai macam barang mulai dari kebutuhan sehari-hari, anggur kualitas terbaik, hingga barang-barang antik. Orang-orang bergembira diiringi musik dan penari jalanan.
Minho dan Felix adalah kakak-beradik gembala dari desa Greenshire. Setiap hari mereka memainkan seruling dan beternak domba.
Pada akhir musim gugur, Minho pergi ke kota untuk menjual kain wol. Kali ini, Minho mengajak Felix ke ibukota karena adiknya sudah mampu untuk melakukan perjalanan panjang.
Felix sangat bersemangat mengunjungi ibukota Georgia yang megah untuk pertama kalinya.
Perjalanan dari Greenshire melewati lima kota dan menyebrangi gunung. Felix sudah tidak sabar ketika melihat benteng kokoh Georgia dari kejauhan.
Namun, apa yang dia lihat tidak seperti ekspetasi yang diceritakan Minho.
Sepanjang perjalanan, suasana kota sangat sepi dan hening seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Penduduk kota masih terlihat , namun tidak ada kegembiraan di wajah mereka. Hanya ada rasa tertekan, ketakutan, dan kesedihan yang merana.
Tentu saja ada hal aneh yang terjadi di kota Georgia. Minho menjadi penasaran dan menanyakan hal ini pada pemilik toko kain di kota tersebut.
Pria tua hanya menggeleng-gelengkan kepala dan memilih menyelesaikan urusan berdagang secepat mungkin. Sebelum Minho meninggalkan toko, pria tua tersebut menarik pemuda , seolah tidak ingin percakapan mereka didengar oleh siapapun.
"Pemuda, lebih baik kamu cepat pergi dari kota ini" katanya berbisik dengan penuh ketakutan.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan orang-orang di kota ini? Tahun lalu ketika aku berkunjung, kota ini baik-baik saja." tanya Minho.
"Kami penduduk Georgia hanya manusia lemah yang tidak berdosa namun sepertinya kutukan telah datang dalam wujud Tirani Christopher."
"Tirani Christopher?"
"Ya, Raja sebelumnya telah dibunuh oleh seorang tirani yang begitu kuat. Saat ini, jika ada hal sepele yang tidak sesuai dengan keinginan tirani, kita akan dibunuh dalam sekejap!"
Minho menyadari kenapa wajah penduduk terlihat sangat meyedihkan.
"Lebih baik kamu cepat selesaikan urusanmu dan usahakan jangan berpapasan dengan prajurit zirah. Bahkan walaupun kalian tidak berbuat salah, kalian akan tetap ditangkap untuk pembunuhan massal sang tirani!"
"Apa-apaan itu? Apakah seorang raja boleh dibiarkan begitu saja? Bagaimana dengan para pendeta?"
"Shhh... Seorang raja yang besar karena kekuatan jahat akan mampu mengalahkan takdir Tuhan! Itu sebabnya dia melakukan pembunuhan massal agar tetap menjadi yang paling jahat dan yang paling kuat!"
"Kalau begitu apa aku harus bersembunyi dan menunggu malam tiba?"
"Tidak! Tidak! Lebih baik pulanglah secepat mungkin. Ini, aku berikan dua tudung untuk kalian."
Pria tua tersebut memberikan dua tudung yang sudah usang, namun itu lebih baik daripada tidak sama sekali.
"Terima kasih atas bantuan dan sarannya, pak tua. Kami harap saat berkunjung kembali tahun depan, kota Georgia akan lebih baik."
"Tentu saja. Oh, dan satu lagi, jagalah adikmu dengan baik. Kamu tidak ingin meremehkan apa yang para prajurit tirani itu bisa lakukan"
Minho memakaikan tudung di kepala Felix setelah memasang untuk dirinya sendiri. Begitu berjalan keluar toko, tangannya tidak sekalipun melepas genggaman dengan sang adik.
"Maafkan kakak ya? Padahal kakak berjanji untuk membelikanmu cokelat di pasar, namun sepertinya kita tidak punya banyak waktu untuk bersantai."
Felix hanya mengangguk patuh, "Tidak apa-apa. Lagipula, sebaiknya uang kita disimpan untuk persiapan musim dingin."
Minho tersenyum kecil. Dalam hati ia merasa bersalah karena mengajak adiknya menuju bahaya yang tidak ia tahu seperti ini.
Jika sesuatu terjadi dengan Felix, sebagai kakak ia tidak akan memaafkan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITHERING ROSE • harem felix ✔
Fanfiction🥀 ꒰ skz x felix ꒱ ━━━ ❝ apa kita berhak untuk bahagia? ❞ ❝ dunia ini memang tidak pernah adil. ❞ ••• [ desc.] felix dan kakaknya, minho berkunjung ke ibukota. tidak ada yang pernah tahu bahwa perjalanan itu adalah kali terakhir felix mengerti arti...