08

289 48 1
                                    

Minho memeluk satu-satunya keluarga yang ia miliki. Ia bersumpah untuk melindungi adik kecilnya, karena Minho tahu Felix tidak punya siapapun selain dia. 

Felix tidak pernah tahu perasaan memiliki seorang ibu. Beliau sudah tiada sejak Felix lahir. Meninggal saat melahirkan adalah hal normal di sebuah desa terpencil yang tidak punya pengobatan khusus. 

Ayah tidak pernah pulang dari sebuah perjalanan melintasi laut. Entah terhempas badai laut, entah tersesat di antah berantah, Minho sendiri tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak.

Semua yang Minho harapkan adalah Felix untuk hidup bahagia. 

Ia sudah memiliki kebahagiaan nya dengan orang tua yang saling mencintai, menyayangi keluarga, dan hidup sederhana. Bahkan ketika di detik-detik akhir mereka, mereka tinggalkan sisa kebahagiaan dalam wujud seorang adik kecil. 

Minho ingin Felix menemukan kebahagiaan seperti orang tuanya dulu. Bertemu orang yang dicintai, menikah, menjalani kehidupan yang sederhana.

Saat ini, untuk sekedar berkata 'esok akan baik-baik saja' terdengar tidak masuk akal. 

Minho merasakan tubuh yang ia dekap terasa makin kurus. Ia bahkan tidak berani mendekapnya terlalu erat, khawatir malah menghancurkan tulang-tulangnya. 

Minho tidak pernah tahu apa yang mereka perbuat dengan Felix setiap kali Penyihir Seungmin memisahkan mereka. Namun, yang tersisa dalam Felix saat kembali padanya adalah mata yang kosong dan tubuh yang lelah. 

Minho sangat ingin tahu dan takut untuk mendapat jawaban nya di saat yang bersamaan.

Felix sendiri tidak mengeluh apa-apa pada sang kakak. Lagipula bagaimana dia bisa di saat sang kakak terlihat siap untuk menghancurkan diri sendiri atas apa yang terjadi dengan mereka berdua saat ini? 

Minho mampu bertindak bodoh seperti menyerang Penyihir Seungmin jika tahu apa yang Penyihir itu lakukan pada Felix. 

Felix hanya ingin melindungi sang kakak dari bertindak sesuatu yang membuat Felix mungkin akan kehilangannya.

Dua orang prajurit berbaju zirah memasuki penjara bawah tanah. Mereka tidak membawa pedang melainkan dua karung penuh berisi kentang. 

Kedatangan mereka membuat penjara yang sunyi itu menjadi ramai. Manusia-manusia yang bermata cekung dan berbaju usang menjulur-julurkan tangan dari jeruji besi. Mengais sedikit makanan yang diberikan prajurit.

Minho menepuk halus punggung sang adik, "Bangun Felix. Kita tidak akan kebagian jika seperti ini."

Minho hampir minta maaf ketika adik nya berjengit kehilangan selimut yang ia kenakan. Selimut itu adalah jubah milik Minho. Tubuh kecil nya nampak kedinginan. 

Tanpa selimut, ia hanyalah tulang ditutup kulit. Minho berjalan mendekati jeruji besi. Prajurit zirah berjalan sambil menggelindingkan kentang di ruang-ruang penjara dengan kakinya. 

Hanya sisa beberapa meter lagi dan dua karung kentang tersebut nampak akan kosong.

Setiap hari dua karung kentang dibawa ke penjara. Jumlah makanan tidak ditambah meskipun jumlah tawanan terus bertambah.

 Ruang bawah tanah yang dulu hanya diisi Minho dan Felix semakin ramai. Semua orang berebut makanan untuk bertahan hidup di sisa hidup yang tidak lama lagi.

Minho tidak ingin mengingat cerita penjual kain beberapa minggu yang lalu. Minho berpikir sambil melihat sang prajurit zirah melewatkan sel penjara mereka. 

Minho menggertakkan gigi sambil melihat sang prajurit zirah memberikan kentang terakhir untuk sel di sebelah mereka.

"Hei, kau melewatkan kami begitu saja?" Minho memukul jeruji besi dengan tinju.

Prajurit zirah tidak bergeming, "Raja Christopher menginginkan kalian di perjamuan makan malam nanti. Bersabarlah hingga pukul delapan malam."

WITHERING ROSE • harem felix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang