12

253 43 0
                                    

Keluar dari benteng Georgia, Minho berlari. 

Ia tinggalkan semua yang dimiliki di gerbang benteng Georgia. Menyisakan Jenderal Changbin dan Penyihir Seungmin menatapnya seperti dia adalah orang gila. 

Mungkin benar, dia memang sudah gila. Saat ini, Minho tidak bisa berpikir apapun selain Felix, Felix, Felix. Felix sedang menungguku. 

Felix yang sabar dan tidak pernah meragukanku. Dia memercayaiku. Dia sedang menungguku.

Minho berlari selayak angin puting beliung. Tidak ada yang bisa menghentikan Minho. Minho berlari sekuat tenaga dengan pikiran kosong. 

Gunug es itu sudah di depan mata. Puncak gunung tidak terlihat karena diselimuti awan tebal. Di balik puncak gunung tersebut hanya ada hamparan salju yang putih dan dingin. 

Minho memastikan jubah nya tidak akan terlepas diterjang badai.

Ia tidak menghabiskan banyak waktu untuk mendaki. Perjalanan menanjak. Kulit tergores ranting pohon yang tajam. Telapak kaki menghitam dan berdarah-darah karena berlari tanpa henti. 

Minho tidak merasa haus dan lapar. Tubuh terus berkeringat meskipun hawa dingin badai salju menusuk tulang. Minho tidak menyisakan ruang untuk beristirahat.

Minho berada di puncak gunung. Matahari tidak mampu menembus awan tebal. Di sekitarnya hanya ada badai salju yang mengamuk. Tumpukan salju membekukan darah yang mengalir dari telapak kaki. 

Minho jatuh berlutut. Ia mengeluarkan hanya dua benda yang ia bawa dari kota Georgia dengan hati-hati. Sebuah robekan kertas dan gunting kain. Minho memerhatikan benar-benar motif yang terdapat dalam kertas kecoklatan tersebut.

Satu kesempatan untuk memerbaiki hidupnya dan hidup sang adik.

Minho tidak memberikan ruang untuk rasa takut. 

Ia menancapkan gunting kain di telapak tangan. Ujung gunting yang tajam menembus tulang dan daging. Tetesan darah nampak kontras dengan salju yang putih. 

Darah mengalir hingga ujung jari-jemari. Minho menggunakan jari yang bertinta darah untuk meniru pola di robekan kertas di atas hamparan salju putih.

Pola itu terdiri dari lingkaran besar, bintang, dan garis-garis yang kompleks. Butuh waktu apalagi jika melakukannya untuk pertama kali. 

Minho harus gergerak cepat sebelum badai salju menumpuk menutupi pola yang sudah ia gambar. Dalam hati ia mengulang-ulang mantera yang tertulis di kertas kuno.

lividos quam tusculevi sunt circumnavigum,

lividos quam tusculevi sunt circumnavigum,

lividos quam tusculevi sunt circumnavigum,

"lividos quam tusculevi sunt circumnavigum!!"

Suara gemuruh terdengar dari dalam gunung. Gempa terjadi selama beberapa saat dan Minho terjatuh di atas salju yang empuk. Badai salju semakin mengamuk, bahkan salju ikut keluar dari pola yang di gambar Minho. 

Oh, dan sekedar informasi pola tersebut mengeluarkan cahaya biru menyilaukan. Itu sangat menakutkan. Asap putih muncul entah darimana. Terus menghitam dan menggumpal di atas pola satanik. 

Entah iblis macam apa yang Minho panggil.

"Siapa yang berani mengganggu tidur siang ku?!" suara itu menggelegar di udara. Cakar raksasa keluar dari asap putih, menarik tubuh Minho dengan kuku-kuku tajam nya.

Minho berhadapan dengan sepasang mata sedingin es. Tusuk-tusuk es yang tajam siap menyambut Minho jika dia jatuh dari genggaman cakar mahluk tersebut. 

Ia melihat wajah monster putih bertanduk putih, menghembuskan asap putih. Entah seberapa besar ukuran mahluk tersebut. Minho tidak berniat untuk berkenalan akrab dengan mahluk segila itu.

Ia menggenggam erat cakar naga tersebut dengan tangan bersimbah darah, "TOLONG SELAMATKAN ADIKKU!"

WITHERING ROSE • harem felix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang