Manik mata yang sangat
indah membuatku tak ingin memalingkan wajah.**
Bel pulang telah berbunyi. Seluruh murid berlarian menuju gerbang sekolah. Tanpa terkecuali Habian, pemuda itu berjalan dengan santai menuju ke tempat parkiran motor. Diikuti oleh kedua teman di belakangnya.
Habian berjalan menghampiri motor miliknya berada lalu menaiki motor dan memakai helm untuk bersiap-siap pergi meninggalkan sekolah.
"Lo mau langsung pulang Bim?" tanya Davin yang juga sedang bersiap-siap untuk pergi meninggalkan sekolah. Habian mengangguk sebagai jawaban.
"Kenapa?"
"Anak anak yang lain minta kumpul di markas, lo mau ke markas gak?" celetuk Leo yang tiba-tiba datang dan langsung memberikan pertanyaan pada Habian.
Habian terdiam sesaat lalu menggelengkan kepala. "Gue pulang sekolah gak bisa," jawab Habian yang membuat Leo mengangguk mengerti.
"Tumben lo gak bisa. Ada acara kah?" tanya Davin dengan penasaran, Habian menatap Davin dengan tatapan tajam mengisyaratkan untuk diam dan tak banyak bertanya.
Davin yang mendapatkan tatapan tajam dari Habian menciut lalu menyengir bagai kuda. Setelahnya, Habian menyalakan motornya dan menancap gas pergi meninggalkan kedua temannya.
∆∆
Sebuah bel pintu kafe berbunyi ketika seseorang sedang membuka pintu. Seorang laki-laki dengan baju seragam yang dilapisi dengan jaket hitam menarik gagang pintu dan berjalan masuk ke dalam.
Hal yang pertama kali ia dengar saat masuk kedalam kafe ialah sebuah sambutan dari karyawan yang ada. Habian tersenyum ramah untuk membalas sambutan dari karyawan itu.
Mata Habian tak sengaja bertemu dengan manik mata yang kemarin ia bertemu. Gadis berambut panjang yang kemarin tak sengaja ia tabrak. Tanpa sadar bibirnya mengulas senyuman manis.
Gadis yang tak sengaja bertatapan mata dengan Habian memanglingkan wajahnya guna menutupi semburat merah di pipinya. Habian terkekeh kecil lalu berjalan menuju tempat duduk kosong yang ada.
"Permisi, mau pesan apa kak?"
Suara dari pelayan kafe itu membuat Habian yang sedang melamun langsung tersadar dan mendongak menatap pelayan itu.
Habian tersenyum manis lantaran yang bertanya pesanan apa yang akan ia pesan adalah gadis cantik yang tadi sempat bertatap mata dengannya.
"Mau coffe latte aja," ucap Habian dengan senyuman yang sedari tadi tak luntur juga. Pelayan itu mengangguk sembari menuliskan pesanan Habian. Lalu, bergegas pergi untuk menyiapkan pesanan.
"Tunggu sebentar."
Langkahnya terhenti saat Habian seperti memanggil dirinya lagi. Gadis itu berbalik badan dan menatap Habian dengan tatapan bingung.
"Nama lo siapa?" tanya Habian dengan tiba-tiba membuat gadis itu terkejut lalu tersenyum kikuk.
"Nama saya Reinara biasa di panggil Reina ataupun Nara," jawab gadis itu dengan senyuman manisnya."Salam kenal Nara, gue Habian." Nara tersenyum manis untuk menanggapi ucapan Habian lalu pamit pergi untuk membuatkan pesanan habian.
Habian tersenyum manis dengan kekehan kecil saat mengingat ekspresi lucu yang di berikan oleh Nara padanya. Saat ia menanyakan namanya secara tiba-tiba, hal itu membuat Habian terus menerus tersenyum-senyum bagaikan orang yang kehilangan akal bagi orang-orang disana.
Beberapa menit kemudian, pesanan Habian telah sampai. Habian mendongak saat melihat bukan Nara, melainkan pelayan lain. Habian mencoba untuk tersenyum walau ia berharap yang mengantarkan pesanan dirinya ialah Nara.
Namun, Habian tak bisa egois. Mungkin saja Nara sedang ada pekerjaan yang lain, makanya Nara tak mengantarkan pesanan miliknya.
Habian meminum coffe yang telah ia pesan sambil menatap jendela yang menampilkan banyaknya orang berlalu lalang.
Setelah selesai menghabiskan coffe yang dipesannya, Habian keluar dari kafe tempat Nara bekerja. Habian berjalan kearah parkiran motor untuk bergegas pulang kerumah.
Habian menaiki motor dan memakai helm lalu menancap gas hingga menjadi kecepatan sedang. Hingga sampai di halaman rumah, Habian memarkirkan motornya. Habian turun dari motor dan melepas helm lalu bergegas masuk kedalam rumah.
***
Ayo dong vote sama komennya!!!
Sampai jumpa di kisah Habian selanjutnyaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Habian || On Going
Genç KurguKisah dari seorang pemuda yang mempunyai hidup dengan penuh cobaan di dalamnya. Tuhan mengirim cobaan yang bertubi-tubi padanya untuk menguji apakah ia mampu untuk bertahan. "Kalau Bian mati, Bian gak bisa bertemu bunda dan ayah. Setidaknya sebelum...