26

280 42 7
                                    


HAPPY READING




Sasuke hanya duduk kaku dari posisinya. Kelas prenatal Sakura di mulai sejak usia kandungan enam bulan. Itu tepat bersama Hinata yang katanya tinggal menghitung hari. Dia harus mengalah, itu kata kakak iparnya. Izumi. Ah, dasar mereka. Tidak akan mengerti jika laki-laki itu terlalu cepat bosan.

Sakura hanya melakukan gerakan-gerakan aneh sesuai instruksi seorang mentor. Sasuke pikir lebih baik melakukan gerakan seni pedang atau dansa cepat, biar cepat-cepat lahir. "Gerakan lambat seperti itu mana mempan."

"Kau berkata sesuatu Uchiha Sasuke?" Naruto yang juga duduk terbengong bersama Sasuke, menolak bergabung pada kerumunan di sana.

"Seperti yang kau dengar." Sasuke hanya bertopang dagu.

"Kau berpikir mereka lebih baik melakukan tarian brutal atau lari mengelilingi lapangan sepuluh putaran setiap hari?" Naruto hanya geleng kepala.

Sasuke menarik sudut bibirnya. "Tepat. Itu akan lebih bertenaga dan membangkitkan semangat."

"Memang kau tahu bagaimana proses melahirkan?" tanya Naruto meragukan.

"Hanya menebak dari kejadian Karin Sensei dan Temari. Atur napas! Atur napas! Dorong! Itu yang aku dengar setiap kali pintu ruang bersalin terbuka."

Sontak saja Naruto tertawa. "Ya, ya, ya, begitu kedengarannya."

"Seperti kau tahu saja." Sasuke juga meremehkan Naruto.

"Itu seperti buang air besar, katanya seperti itu," balas Naruto.

"Ah, sial! Seharusnya Shikamaru dan Kakashi menceritakannya dengan benar." Sasuke menghela napas panjang.

"Sepertinya kecerdasan mereka berkurang tentang itu."

Ketika Naruto tertawa dengan ucapannya sendiri, sudut bibir Sasuke ikut melebar. Diikuti dengan gelengan kepalanya. Apa kecerdasan seseorang bisa tumpul saat istri mereka melahirkan? Ada-ada aja.

Istri Shikamaru telah melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Shikadai. Sasuke turut serta menunggu temannya itu karena lahir di larut malam.

"Bayi Shikamaru dan Kakashi akan menjadi boneka." Komentar Naruto sambil menunjuk dengan dagu.

Sasuke terkekeh. Dia melirik ke ruang bayi. Ruangan senam hamil dan ruangan untuk belajar menggendong bayi hanya diberi sekat kaca. Benar saja, ada kedua tetangga wanita di sana. "Ah, mereka akan belajar cara merawat bayi."

"Kau pikir Temari bisa merawat bayi?" tanya Naruto sanksi.

"Tidak akan bisa." Sasuke hanya menebak dan meremehkan.

"Tepat seperti yang aku pikirkan. Jadi Temari tidak bisa jadi mentor di sana." Naruto langsung berkomentar.

"Lagi pula yang bertugas tetap para mentor, Naruto." Mana bisa Temari jadi mentor. Kejeniusan absolut hanya milik Shikamaru, bukan pasangannya.

"Ngomong-ngomong, istrimu nampak paling semangat di antara kita." Naruto sempat tidak perduli dengan kehadiran Sakura. Namun lama-lama Sasuke jadi agak terbawa sensitif.

"Ah, biarkan saja." Lagi pula, Sasuke akan kalah jika melarang istrinya ini itu. Sakura itu, biar pun berkata tidak nyaman berada dalam lingkaran pertemanannya, tapi istrinya itu punya banyak pendukung.

.

"Sasuke!"

Sasuke mengalihkan perhatian saat namanya dipanggil. Istrinya melambaikan tangan. Artinya, dia harus menghampiri. Bahkan Naruto mengikuti untuk berjalan ke arah Hinata.

KONOHA NEXT GENERATION ACADEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang