12

270 46 8
                                    

Ada yang mau pites Abang Saso? 😁



HAPPY READING



Sakura menyesuaikan cahaya begitu membuka mata. Ini bukan kamarnya. Sakura terduduk saat mencapai ingatan terakhirnya.

"Sasuke!" Sakura menatap punggung suaminya yang sedang membaca buku.

"Lanjutkan tidurmu!" Ketika Sasuke terbangun di pagi yang masih gelap, dia langsung meminum obat mabuk yang disediakan di atas meja nakas. Kemudian dia datang ke kamar Sakura.

Sakura merangkak dan meraih tangan Sasuke. "Apa kau berpikir aku bisa istirahat?"

Sasuke menoleh dan menatap tangan Sakura dengan tatapan remeh. "Kenapa aku harus peduli tentang itu?"

Sakura meremas pegangannya karena bergetar. Kemudian dia melepaskannya. "Apa aku punya kesempatan untuk membela diri?"

Sasuke hanya diam tanpa kata. Dia menunggunya. Dia ingin mendengar lebih dulu dari pada yang lain yang akan menghakimi istrinya.

Namun Sakura telah kembali masuk ke dalam jurang. Dia bahkan tidak percaya diri lagi. Kemudian memilih diam dan memeluk lututnya erat. Tidak menangis, hanya saja matanya memerah menahan tangis.

Sampai pintu kamar tiba-tiba dibuka. Itu adalah tim medis yang mengatakan permisi dan melakukan pemeriksaan. Kondisi psikis Sakura yang mengatakan jika saat ini tubuhnya tidak baik-baik. Namun, Sakura memilih melakukan sidang hari ini. Dia tidak ingin menundanya lagi dengan perasaan bagai ditusuk jarum.

"Lakukan itu satu atau dua hari lagi!" Sasuke menentangnya.

"Bagaimana Sakura?" Tsunade menatap Sakura dengan tatapan intimidasi.

Sakura hanya terpaku pada tatapan Tsunade dan meneguk ludahnya yang kering. "Sekarang."

"Sakura!" Sasuke kembali menentang.

Namun Sakura hanya menatap Sasuke penuh luka. Dia sudah berjanji tidak akan mengkhianatinya dan akan selalu begitu.

Sasuke dibuat jengkel. Mereka bisa berembuk untuk melakukan sidang dengan cara terbaik.

Sakura menolak kursi roda. Dia bisa berjalan. Dia tidak terluka parah dibandingkan Sasori yang dia ingat. Namun tidak ada waktu untuk memikirkan pria itu.

Setelah berganti pakaiannya, Sakura keluar kamar tanpa menghiraukan Sasuke. Lalu, Saara datang dan membawanya pada pelukan hangat. Pelukan keluarga yang sebenarnya. Pelukan yang Sakura harapkan bisa datang dari Sasuke juga. Namun, andai Sakura ada di posisi pria itu, dia pasti akan melakukan hal sama.

Sakura menumpahkan air matanya yang dia tahan mati-matian di dada Saara. Menyembunyikan diri jika dia sedang dilanda kebingungan.

"Yosh... Yosh... Tidak ada Sakura yang lemah, oke!"

Sakura mengangguk dan mendongak setelah menghapus air matanya. Menghilangkan semua isak tangis yang memang nyaris tidak terdengar. Lalu menatap Saara yang menatapnya tegar.

"Maafkan aku!" Saara menunduk. Dia menyesal tidak mempercayai adiknya.

Di pintu ruangan sebelah, Sasori membuang wajah sambil mengeratkan genggaman. Tulang rusuknya agak retak setelah kejadian semalam, tapi dia memilih untuk keluar rumah sakit pagi ini. Semata-mata untuk menyadari rasa sakitnya sebagai hukuman. Bukan hanya dirinya yang terkena imbas, namun Sakura. Orang yang dengan sombongnya ingin dia lindungi.

Lalu, bukan hanya Sasuke yang memperhatikan momen yang tidak dapat mereka pahami itu. Kemudian Kakashi dan Karin datang. Mereka memang agak terlambat, namun ruang sidang sudah terlanjur dibuka.

KONOHA NEXT GENERATION ACADEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang