kekecewaan Rissa

54 0 0
                                    

"Kesalahpahaman bagaikan racun yang bisa membunuh persahabatan yang sudah berjalan belasan tahun."

~ Leon Bramasta Wiliam

Clarissa memukul dada bidang Leon lalu menampar Ocha seraya melampiaskan emosinya.

Tapi tak lama kemudian, terdengar sirine polisi yang mengeledah mansion Wiliam. Seketika Leon, Ocha, Wiliam dan wanita itu mengangkat kelapanya lalu menatap pemuda di hadapannya dengan tak percaya.

Clarissa menatap Leon dengan tatapan yang sulit di artikan ia meneteskan airmata ketika mengingat kematian saudara kembarnya. Dan mirisnya, dalang dibalik pembunuhan itu adalah pria yang baru saja mengambil hatinya.

"Permisi. Tuan Wiliam, tuan Leon, dan nona Ocha di laporkan karena kasus pembunuhan berencana dan pencemaran nama baik," titah komandan polisi.

"Kami mengakuinya," kata Leon.

Komandan polisi itu mengangkat tangannya seolah memberintahkan bawahannya untuk menangkap mereka.

2 polisi pria memborgol tangan Wiliam dan Leon, sementara polwan memborgol tangan Ocha.

"Bawa mereka ke kantor sebelum persidangan besok," perintah sang komandan.

"Siap dan." mereka memberi hormat sebelum membawa ketiga penghianat itu pergi beriringan.

Tepat ketika Leon dan Ocha berhadapan dengan inti gang Silent Boom ... Para inti gang silent boom membuang wajahnya seolah tak mau berhadapan dengan mereka.

Kesalahpahaman bagaikan racun yang bisa membunuh persahabatan yang sudah berjalan belasan tahun.

"Pak, jangan bawa suami saya," cegah wanita itu.

Wanita itu pergi meninggalkan para inti gang Silent Boom yang larut dengan pikirannya masing-masing.

Clarissa berlutut lemas.

"Rissa," kompak semua.

Gadis itu meneteskan airmata dengan pandangan kosong.

Zhiro merangkul tubuh Clarissa yang lemas untuk keluar dan meninggalkan mansion yang di tinggali pemiliknya itu.

Nio, Keyla, Arhan dan Arkana mengekor dibelakang Zhiro dan Clarissa.

Zhiro menepuk lembut pipi Clarissa. "Jangan melamun."

"Kenapa lo menyembunyikan hal sebesar ini dari gua, Zhi?" Clarissa menatap Zhiro dalam.

Pria itu menghela napasnya lalu melihat kearah Nio dan Keyla sesaat.

"Jawab Zhi?!" tekan Clarissa.

"Ini semua demi kebaikan lo. Rissa," timpal Nio.

"Kebaikan apa?" tanya Clarissa. "Kebaikan apa?!" lanjutnya berteriak.

"Tissa saudara kembar gua Zhi, gua berhak ikut campur urusannya! Gua kecewa sama lo." Clarissa pergi meninggalkan para sahabatnya dengan menaiki motornya.

"Rissa." Arkana mencegah kedepan motor Clarissa yang ingin pergi.

"Minggir atau gua tabrak!" ancam Clarissa.

"Gua nggak akan biarin lo pergi!" tantang Arkana.

Clarissa menatap tajam Arkana dibalik helmnya ia menancap gas tak peduli bahwa ada sahabat baiknya dihadapannya.

Arkana mundur ke samping lalu menggelengkan kepalanya tak percaya. "Serem juga kalau lagi emosi ya?"

"Sebenarnya ada apa sih?" tanya Arhan.

kebencian dan dendamnya || Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang