Bab 8

13 1 0
                                    

Selamat membaca!

Pagi hari

Semua keluarga Alegro berkumpul untuk sarapan dan bersiap pergi ke beberapa tempat wisata. Hari ke-1 mereka begitu menikmati liburan keluarga ini, tanpa memikirkan pekerjaan yang menanti, berjalan-jalan mengunjungi tempat wisata populer, mengambil banyak foto bersama, membeli produk lokal, dan menonton tarian khas Bali. Hari ke-2 mereka menghabiskan waktu berjalan-jalan disekitar Villa dan berjemur ditepi pantai menikmati deburan ombak. Hari ke-3 Papa dan Mama menghabiskan waktu untuk berada di villa, sedang Alex dan Sia, pergi ke cafe untuk mengambil beberapa foto, karena Sia sangat suka berfoto ditempat yang aesthetic untuk koleksi pribadinya dan juga untuk dipamerkan kepada teman-temannya. Saat menikmati makan dan minuman di cafe bersama Alex, Sia didatangi seorang pelayan pria kemudian disajikan sepotong dessert spesial yang katanya sudah sold out.

"Nona ini dibuat dengan cepat oleh chef pastry kami, karena Nona mengatakan datang dari tempat jauh dan ini gratis."

"Wah aku sangat beruntung! ini adalah dessert incaranku saat datang kesini, tolong sampaikan terima kasihku kepada chef."

"Baik nona, kalau begitu silahkan dinikmati bersama kekasih anda. Saya permisi nona tuan".

Pelayan itu melirik Alex, Sia bergantian dan segera berlalu masuk ke dalam dengan wajah memerah. Bahkan Sia dibuat ternganga bagaimana cepatnya pelayan itu pergi, sebelum Sia mengkonfirmasi, bahwa pria dihadapannya ini bukanlah kekasihnya melainkan kakaknya. Sia bahkan tidak menyadari bahwa mereka berdua menjadi pusat perhatian karena visual mereka yang menakjubkan, bahkan sebenarnya sang chef pun rela membuat dessert agar tidak mengecewakan pelanggan cantiknya yang sudah datang dari jauh, seperti model yang sedang berkencan, Prianya tampan tinggi, tegap berbahu lebar, berkharisma dan Wanitanya cantik tinggi, bertubuh ideal, aura anggun dan mahal, sungguh pasangan surga, membuat siapapun yang melihatnya menatap tanpa sadar.

"Pfffft padahal Kakak ga masalah kalo dianggap kekasih kamu" ucap Alex santai sembari menyeruput minumannya.

"Eh!Kenapa gitu?"

"Mm biar ga ada perempuan aneh yang deketin Kakak."

"Ha jadi kakak pake aku buat jadi tameng gitu?"

"Ya bisa dibilang gitu." ucap Alex walaupun sebenarnya niatnya adalah sebaliknya, yaitu agar tidak ada lelaki yang berani mendekati Sia, apalagi saat ada Alex yang berada disampingnya, karena Sia adalah miliknya seorang.

"Hm, memangnya ada perempuan aneh deketin kakak? perasaan, Kakak itu jomblo abadi."

"Banyak tapi kakak udah punya perempuan yang kakak suka, dan kakak gamau perempuan itu salah paham." Faktanya Alex memang anti perempuan, terutama perempuan gatal, kalaupun ada, mereka hanya partner bisnis tidak lebih, karena Alex selalu menarik garis batas, sehingga para perempuan pun segan untuk mendekat.

"Waah, yang bener kak!!!! ternyata aku udah punya calon kakak ipar, kalo gitu kenalin biar aku punya temen main!." ucap Sia dengan excitednya.

"Kakak belum jadian"

"Yaa buruan jadian dong, nanti direbut yang lain loh"

"Ya iya, makanlah dessertmu setelah itu kita kembali" sembari mengalihkan pandanganya ke jendela, andai Sia tahu bahwa perempuan yang diincar Alex adalah dirinya. Sedangkan Sia mengangguk dan memakan dessertnya serta sesekali memaksa untuk menyuapi Alex, karena dia sebenarnya sudah kenyang. Setelah selesai mereka kembali ke Villa.

Malam hari

Keluarga Alegro berkumpul diruang keluarga setelah makan malam, mereka mengobrol sampai Sia membahas bahwa Alex sudah punya pacar, tentu saja disambut riang oleh kedua orangtuanya, sedangkan Alex hanya menghela nafas karena adiknya sangat ember, bagaimana menjelaskannya kalau perempuan yg dimaksud itu adalah Sia sendiri. Tidak lama kemudian sang Papa mengajak Alex ke teras untuk mengobrol berdua, Mama dan Sia sedang peluk-pelukan di sofa sambil menonton film.

Teras

"Ga kerasa, sekarang anak papa sudah besar dan siap menikah." Ucap Papa Tio sambil menepuk pundak putranya.

"Aku ga buru-buru Pa, mau fokus ke perusahaan dulu."

"Yaa Papa tau, Papa hanya berpesan kalo suatu saat sudah waktunya kamu menikah, jadilah lelaki setia, bertanggung jawab dan menyayangi keluarga."

"Iya Pa, itu pasti!"

"Dan juga Alex, kalau suatu saat Papa tiada terlebih dahulu, Papa titip Sia dan Mama sama kamu, jaga mereka, jadilah tempat mereka bersandar, karena kamu satu-satunya anak lelaki, yang Papa bisa andalkan."

"Papa ngomong apa, seolah ini pesan terakhir. Tanpa Papa minta Alex pasti jaga keluarga ini Pa. Papa gaperlu khawatir"

"Hehe gatau deh Papa tiba-tiba jadi kepikiran aja, kalo gitu ayo kita masuk, dingin nih"

Didalam kamar

Sia berada dikamar sang Mama, setelah mengeluh ngantuk Sia menempeli Mamanya tidak ingin lepas, sang Mama pun menyerah membiarkannya, tidak ada salahnya untuk tidur bersama, bagaimana pun buah hatinya ini tetaplah anak kecil dimatanya, Sang Mama menatap sang putri yang berada dipelukannya sembari mengelus rambutnya, bahkan tak terasa Sia kecilnya, yang selalu digendongnya kemana-mana kini sudah besar, bahkan sudah bisa berkelana sendirian menjelajahi dunia, dan akan sampai waktu dimana Sia akan membangun keluarganya sendiri, menjadi seorang istri, seorang ibu, rasanya sangat sayang sekali bagi Mama Sania, ingin rasanya selalu membiarkan Sia berada dipelukan hangatnya selamanya, melihatnya tertawa, tanpa terasa Mama Sania meneteskan air matanya, buru-buru ia mengelapnya dan mengecupi kening putrinya berkali-kali, membuat Sia terbangun.

"Mm Mama kenapa?" sembari mengusap matanya dan tetap berada dipelukan hangat sang Mama.

"Ga, gemes aja sama bayi kecil Mama satu ini."

"Hehe Sia memang menggemaskan" Sia tersenyum manja, yang membuat sang Mama menghujaninya dengan kecupan ringan.

"Haaa Mama khawatir bayi kecil ini akan jadi apa kalau Mama ga ada".

"Tentu saja akan jadi seperti Mama hehe, kan Sia anaknya Mama." Sia menjawab sekedarnya saja.

"Jadi Mama apanya, Mama itu mandiri, bisa cari duit sendiri kalo kamu?"

"Ngabisin duit Mama dong" jawaban yang tentu saja membuat Sia mendapatkan jitakan dari sang Mama.

"Mama dan Papa memang punya banyak harta, tapi Tuhan bisa saja mengambilnya, semudah membalikkan telapak tangan, jadi maksud Mama, kamu juga harus punya skill untuk bisa survive, tapi kalau skill ga digunakan lama-lama bisa tumpul dan ga berkembang, jadi cobalah asah skill kamu dengan mulai bekerja, belajar pegang salah satu bisnis Mama atau Papa, kamu tinggal pilih, kemudian kembangkan, dengan begitu kamu bisa buktikan skill kamu, karena ga selamanya Mama Papa maupun kakak berada disisi kamu, kamu harus bisa mandiri sayang, Mama ngomong gini untuk kebaikan kamu." Ucap Mama sembari mengelus pipi putrinya.

"Hmm iya-iya Sia bakal belajar jalanin bisnis Mama, kalau bisnis Papa biar Kak Alex aja hehe."

"Ya baguslah kalau gitu, anak Mama Sania pasti bisa diandalkan" mengeratkan pelukannya pada Sia, Sia hanya tersenyum dan membalas pelukan hangat sang Mama. Sampai akhirnya acara berpelukan mereka terganggu dengan kedatangan dua pria.

"Eh dicariin ternyata peluk-pelukan disini, Papa dan Alex ga diajak" ucap Papa pura-pura cemberut.

"Hehehe sini sini gabung, kita tidur berempat." Ucap Sia sembari membuka selimutnya.

"Hehe oke" Papa segera menaiki kasur, begitupun dengan Alex. *Posisi dikasur Mama-Sia-Alex-Papa. Sia yang memeluk Mama, Alex memeluk Sia dari belakang dan sang Papa yang memeluk Alex dari belakang juga dan segera terlelap karena malam pun sudah larut. Betapa harmonisnya keluarga kecil ini.

Bad Influence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang