𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟖

2.8K 428 137
                                    


***

'Senior benar-benar tidak memberiku jeda untuk bernapas.' ucap [name] dalam hati, saking gugupnya ia akibat jarak mereka yang benar-benar tidak ada celah nya.

Sudah dipastikan sih jika Peter mendengar degupan jantungnya yang berdetak tak karuan itu. [name] menggigit bibirnya kala tangan besar Peter memegang dadanya, membuat sang gadis terperanjat karena perlakuan Peter saat ini.

Peter terkekeh, merasakan detakan jantung [name] dari balik baju gadis itu, "Jantungmu berdetak kencang sekali." ucapnya, masih tak menjauhkan tangan kirinya dari dada sang gadis. Seperti nya ia menikmati irama jantung gadis itu.

Sret

Dengan tenaga nya yang kuat itu, Peter membalikkan tubuh [name] agar menghadap dirinya. Gadis itu terlihat menutup kedua matanya karena malu, "Lihat aku, [name]." ucapnya, memanggil gadis itu dengan nama barunya atas kemauan sang gadis.

Dia hanya merasa nyaman saat orang-orang memanggilnya demikian dibanding Maria— entahlah, sebutan Maria sendiri membuat ia mengingat masa lalu.

[name] membuka perlahan kelopak matanya, dan mendapati iris merah itu yang menatapnya intens dan dengan penuh kehangatan. Peter tersenyum mengusap kembali surai [name] yang selembut sutra.

"Memangnya kau tidak rindu padaku, hn?" tanyanya setengah berbisik.

"B-berhenti seperti itu, senior." ucap [name] sudah tidak tahan lagi. Ia lagi-lagi meremang akibat terpaan napas Peter yang begitu dekat dengannya.

Gadis itu mendengus sebal lantaran Peter yang lagi-lagi hanya terkekeh. Sebelah tangannya ia angkat lalu meraih helaian rambut Peter yang putih itu— sehingga membuat sebelah tangan Peter yang sebelumnya mengusap surai nya kini melingkar di pinggang nya, membuat [name] lagi-lagi berjengit untuk sesaat.

Omong-omong, posisi mereka saat ini sedang berbaring di atas ranjang milik [name] dengan jarak yang begitu sa~ngat dekat. Di dalam satu selimut yang menutupi tubuh keduanya yang masih terbalut pakaian itu.

Tak ada yang [name] katakan selain terus memainkan rambut putih itu. Peter pun sama, ia hanya menikmati pemandangan di depannya yang ia rindukan selama puluhan tahun. Tidak pernah ia pikirkan sebelumnya akan sedekat ini dengan sang gadis, lagi.

Tangannya yang melingkar mengelus-elus punggung [name] dan membuat gadis itu seakan-akan tersihir untuk masuk ke dalam dunia mimpi. [name] yang merasakan kantuk kini memejamkan mata, tak merasakan tangan nakal Peter yang kini menyusup masuk ke dalam bajunya.

Tenang saja, Peter tidak macam-macam kok. Ia hanya ingin merasakan kehangatan tubuh sang gadis dengan mengelus nya tanpa ada yang menghalangi.

"Selamat malam, Maria." ucapnya, ikut kedalam dunia mimpi bersama sang gadis.

•••

Keesokan harinya, Peter yang baru saja pulang ke tempat Jiwon membuat wanita itu curiga terhadapnya, "Kau tidur dimana semalam? Kenapa tidak pulang dari kemarin?" tanya Jiwon kelihatan sebal.

Peter hanya terdiam dengan muka datar, hingga ia berjengit akibat Jiwon yang mengendusnya seperti seekor anjing, "Bau ini— kenapa bau mu seperti wangi nona [name], huh!?" tanyanya, ia menyalak bak Mcking.

Pemuda— atau mantan pemuda? Whatever— mencium dirinya sendiri dan benar saja, wangi [name] menguar dari dalam dirinya. Yah~ maklum saja, sebelum kembali Peter kan mandi terlebih dahulu dengan memakai alat mandi sang gadis.

"Kau tidak menidurinya, kan?" tuduh Jiwon, Peter hanya diam sembari bersedekap dada. Sedangkan Kageo, pemuda tinggi itu terlihat terkejut mendengarnya.

𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 𝐏𝐞𝐭𝐞𝐫 ft. 𝐹𝑒𝑚𝑅𝑒𝑎𝑑𝑒𝑟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang