𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟏𝟏

2.5K 353 77
                                    


***

Peter menggendong tubuh [name] ala bridal style ke dalam sebuah gubuk kecil yang tak berpenghuni tersebut. Keduanya terbatuk setelah berhasil membuka pintu yang penuh akan debu dan juga sarang laba-laba itu.

Dibaringkannya tubuh sang gadis diatas kasur lapuk kemudian beralih mencari sebuah lampu obor guna menjadi penerangan di tengah kegelapan malam yang menyelimuti. [name] terus mendesis membuat Peter segera menghampirinya bersama lampu obor tua yang berhasil ia nyalakan.

Diletakkan lampu bercahaya remang itu ke atas meja di samping kasur yang ditiduri [name], kemudian beralih menyingkap gaun yang dipakai sang gadis hingga menampilkan bagian bawah tubuh [name] yang masih tertutupi kain berwarna hitam.

Peter tak kuasa menelan saliva nya kala dihadapkan pemandangan yang begitu menggoda imannya. Di tatapnya sang gadis yang pelipisnya kini dipenuhi akan peluh, "Aku mulai." ucap sang lelaki di angguki oleh sang gadis.

Grep

Peter mencengkram paha [name] yang membuat sang gadis tersentak, "P-pelan-pelan shhh." pintanya menggigit bibirnya kuat akibat rasa sakit yang semakin mendera paha nya itu. Tangannya pun tak kalah kuatnya mencengkram sprei usang itu kala Peter memulai aksinya dibawah sana.

"Akhhh— Peter!" sentak [name] menggigit bibirnya lagi hingga berdarah, gadis itu bahkan kini berlinangan air mata, "Arghhh! Ss-sakit." ujarnya terus berteriak kesakitan, ia terus menjerit membuat Peter menatapnya iba.

"Tahan sebentar." ucap Peter semakin tegang hingga berkeringat melihat sang gadis yang terus mendesis kesakitan.

"Mmmmhhh."

"S-sebentar lagi."

"Berhenti— sebentar, kumohon." pintanya, berusaha meraih tangan Peter agar lelaki itu berhenti barang sejenak saja.

"Maaf, Maria. Aku tidak bisa berhenti. Tahan sebentar lagi, ya? Aku hampir selesai." ucap Peter mengusap peluh yang terdapat di dahi gadis itu, 'Sialan.' umpat Peter dalam hati kala mendengar rintihan sang gadis yang terdengar seksi di telinganya. Ia kembali mempercepat aksinya kemudian menarik tubuh [name] yang terbaring ke dalam pelukannya setelah selesai menjahit luka mengangah yang terdapat di paha mulus sang gadis.

"Sudah selesai." bisiknya tepat di telinga [name], "Maaf, jika aku menyakitimu." lanjutnya, merasakan anggukan dari sang gadis.

Napas [name] terengah-engah, begitupula dengan Peter, "Apa masih sakit?" tanyanya menatap wajah sang gadis yang terlihat seksi akibat peluh yang memenuhi seluruh tubuhnya.

[name] hanya mengangguk sebagai jawaban karena tak mampu lagi untuk berbicara selain mendesis kesakitan, membuat pandangan Peter kini terfokus pada bibirnya yang mengeluarkan darah.

Peter meraih dagu sang gadis, "Lihat. Kau terlalu kuat menggigit bibirmu, Maria." ucapnya, kemudian langsung saja menyambar bibir kenyal itu dan menyesapnya kuat bak seorang vampir yang tengah menghisap darah mangsa nya melalui bibir.

[name] hanya terdiam tak menolak maupun memberontak sebab ciuman yang Peter berikan padanya mampu membuat rasa sakit yang mendera pahanya kini teralihkan. Tapi, Semakin lama ciuman Peter semakin menjalar ke leher jenjang [name] yang mengkilap akibat keringat, bahkan sebelah tangan Peter dengan nakalnya kini menyelusup masuk kedalam gaunnya dan hendak melepaskan kaitan branya. Dengan cepat [name] memukul pelan dada sang lelaki sebelum Peter benar-benar dikuasai oleh nafsunya.

Napas Peter terengah-engah, ia menempelkan dahinya pada dahi sang gadis sembari memejamkan matanya, "Maaf." ucapnya, kembali menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher [name].

"...ter."

"Peter!"

"Peter!" panggil [name] sekali lagi.

𝐊𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫 𝐏𝐞𝐭𝐞𝐫 ft. 𝐹𝑒𝑚𝑅𝑒𝑎𝑑𝑒𝑟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang