Hari berlalu begitu cepat, tak terasa sudah 2 minggu mereka tinggal berdua di gubuk.
"Fre, kamu mau makan apa?" Tanya Christy.
"Bebas, eh kamu kepikiran sesuatu gak?" Dengan tatapan penuh keheranan Christy terus memperhatikan Freya.
"Udah 2 Minggu kita gak sekolah, dan apakah guru dan temen-temen nyariin kita yah?" Tanya Freya.
"Semoga."
"Sampe sekarang Zee belum pernah cari dan berusaha cari, apa terjadi sesuatu sama Zee ya Fre?" Tanya Christy.
"Mungkin dia udah berusaha cari, tapi karena tempat tinggal kita yang sekarang terpencil ditambah gaada alat komunikasi jadi dia lebih susah" Jawab Freya.
"Fre, apa coba ya kita sekolah buat absensi dan tau keadaan Zee gimana. Aku takut kalo dia kenapa-kenapa Fre" ucap Christy.
"Yaudah besok yah!"
Keesokan harinya pun mereka bersiap siap untuk berangkat sekolah.
Namun disekolah mereka tidak di terima baik, bahkan mereka malah dilempari dan ditatap dengan tatapan sinis. Mereka berdua keheranan, namun seseorang menarik paksa Freya menuju balkon sekolah dan Christy di tarik paksa menuju Toilet sekolah dekat gudang.Di sisi lain, Freya, dia di paksa berdiri di tengah-tengah balkon sekolahan.
"Dasar beban sekolah! Lo mikir gak sih, nama sekolahan sebagus dan guru-guru lain jaga, lo malah hancurin dan bikin nama sekolah ini ternodai karena kelakuan lo dan sodara kembar lo! Kemana aja selama 2 minggu ini?! Menghindar dari amukan guru? Dasar pengecut," ucap Nia sang pembully.
"Maksud kalian apaan?"
"Haduh, Nia-nia. Mana ada maling ngaku, kalo semua maling ngaku penjara penuh! Eh ini malah beneran ada maling!" Sahut Dimas.
"Maksud kalian apaan sih? Gua bahkan gak paham sama pembicaraan kalian!" Sahut Freya.
"Lo maling duit ibu dan kakak lo, dan lo tau? Semua pemberitaan ini masuk dan bikin nama sekolahan kita buruk di mata semua guru. Padahal lo sekolah disini juga kan karena bokap atau nyokap lo orang kaya, tapi kenapa malah maling sih?" Tanya Nia sembari perlahan maju menuju Freya, yang membuat Freya reflek mundur.
"Kalian semua tuh cuma salah paham, jadi gausah merasa jadi si paling tau!" Jawab Freya.
"Oh ya? Buktinya gara-gara berita itu, investor atau orang yang memberikan kepercayaan pada sekolah ini gajadi melakukan kerjasama. Padahal kalau jadi, orangtua gue, nia dan semua orang yang punya peran besar disekolahan ini termasuk bokap gua bakalan mendapatkan keuntungan besar!" ucap Dimas dan maju dengan cepat sembari membawa sebuah gunting dan—.
Creeek
Dimas berhasil memotong rambut Freya, saat berada di ujung balkon dan hanya satu langkah lagi untuk terjatuh. Freya langsung secepat mungkin berlari ke arah lain, namun seseorang membantu.
"Kalian ini gabisa ya kalau gak membully dia?! Kalau lo emang cowo jangan berani cuma sama cewe, ribut sama gua sekarang dimas!" Teriak dia melindungi Freya dengan memasang badan.
"Ka-kamu?"
"Lari Fre Lari!" Teriaknya.
Tanpa membuang waktu Freya segera meninggalkan balkon tersebut dan segera menemui Christy dan membawa pergi jauh jauh.
"Hei ini ada apa sih Fre!" Tanya Christy sembari masih berlari-lari.
"Gaperlu banyak tanya dulu, lari dulu." Jawab Freya.
Christy hanya bisa mengangguk dan menuruti semua permintaan Freya.
Hari demi hari berlalu, karena kekurangan makanan memaksa mereka harus berjualan tisu dan kerupuk untuk memenuhi kehidupan mereka di kemudian hari.
Mereka berjualan berkeliling di daerah-daerah tersebut namun tanpa di sadari seseorang memperhatikan mereka sembali menitihkan air mata.
"Kasian sekali kalian nak, maaf karena papa belum bisa jadi sosok dan peran ayah yang sempurna." Gumam Alex.
"Aku harus segera kasih tau sama Zee biar dia yang menemui mereka," Lanjutnya.
Tak lama Alex segera menelpon Zee untuk segera datang ke lokasi dimana Alex melihat Freya dan Christy. Tak berselang lama Zee datang, Alex kemudian menitipkan uang sejumlah tiga juta untuk Freya dan Christy.
"Fre!" Teriak Zee sembari berlari ke arah mereka berdua.
Karena terlalu banyak kendaraan yang lewat dan mengurangi kecelakaan, Zee menarik tangan mereka dan menuju ke taman kosong di dekat jalan raya tersebut.
"Kalian—apa kabar?" Dengan nada yang bergetar Zee langsung memeluk Freya dan Christy.
Terbawa suasana Akhirnya Freya dan Christy juga menangis sesegukan di dalam pelukan. Perlahan mereka melepaskan pelukan mereka, sambil masih tersedu-sedu Freya menjawab. "Kurang baik—semenjak kejadian itu perasaan kita yang tadinya menerima dan berusaha sabar berubah menjadi rasa takut berlebihan," Jawab nya.
"Maaf—Maaf karena aku datang terlambat, mama sama Chika merahasiakan ini semua tentang kejadian itu juga. Sampai akhirnya aku tau karena ga sengaja denger pembicaraan mereka."
"Kamu gasalah Zee, dan ga perlu merasa bersalah." Sahut Christy.
"Kalian Jualan apa ini?" Tanya Zee.
"Kerupuk sama Tisu, dan baru laku 5 kerupuk kami. Gaada yang mau beli karena takut di tipu," Jawab Christy.
"Bukan, kata mereka muka kita seperti orang kaya, jadi takut di tipu dikasih racun." Sahut Freya.
Zee kemudian terkekeh pelan menertawakan tingkah dua adik kembar nya, tak berselang lama seseorang datang bertubuh jangkung dan berkulit putih. "Freya? Kalian berdua ngapain disini?" Tanya nya.
"Dia siapa?"
"Kenalin kak, nama aku Darendra Leo!" Jawab nya sembari tersenyum.
"Oh—"
"Yaudah deh gua kesana dulu ya Fre, bye."
"Azizi asadel!" Teriak Christy.
"Kamu kenapa malah bengong Zee? Jangan yah dia seumuran kamu jangan macarin dia." Timpal Christy.
"Enak aja, aku juga mikir kali pacaran sama dia!"
"Kalian tinggal dimana?" Tanya Zee.
"Sini biar aku tunjukin,"
Mereka kemudian berjalan dan menemukan sebuah rumah yang hanya di susun oleh kayu dan ranting-ranting pohon di kebun orang lain. Zee kemudian menangis kembali,
Jangan lupa vote & komen yah !
See u next chapter! >33
Jumat
13-09-2024
Jam 11.37

KAMU SEDANG MEMBACA
PENUH DENGAN LUKA
De Todo"Lalu.. Kapan kebahagiaan untuk ku, akan datang?" "Benar! Apakah kita berdua akan bahagia bersama di dunia ini?" ... Jika kebahagiaan adalah mimpi bagi semua orang, mungkin mimpi kita sama! Kita tak pernah meminta kekayaan, kita meminta kebahagia...